Gabriela Michetti menjawab keraguan banyak orang. Kisah hidupnya mematahkan anggapan orang bahwa penyandang disabilitas tidak memiliki masa depan yang gemilang. Ternyata dia mampu melampaui keterbatasannya. Michetti kini dikenal sebagai Wakil Presiden Argentina.
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
Gabriela Michetti menjawab keraguan banyak orang. Kisah hidupnya mematahkan anggapan orang bahwa penyandang disabilitas tidak memiliki masa depan yang gemilang. Ternyata dia mampu melampaui keterbatasannya. Michetti kini dikenal sebagai Wakil Presiden Argentina.
Kemandirian Michetti mendorong semangatnya untuk melampaui keterbatasan. Ia ingin bisa membesarkan anaknya yang saat itu berusia dua tahun dan hadir dalam kehidupannya sehari-hari. Memandikannya, memeluknya, dan bercanda dengannya.
"Obsesi saya saat itu adalah menjadi mandiri dan mampu menggunakan badan saya secara mandiri," kata Gabriela.
Kemandirian itu tampak ketika Michetti mengunjungi Kantor Kementerian Sosial di Jakarta, Rabu (8/7/2019). Ia bergerak leluasa dengan mendorong kursi rodanya sendiri, tanpa bantuan orang lain. Di sana, ia disambut Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita serta ratusan penyandang disabilitas Indonesia.
Michetti menceritakan, kakinya menjadi lumpuh pada 1994 atau ketika ia berusia 30 tahunan. Saat itu, ia sedang mengunjungi orangtuanya yang berada di sebuah desa, sekitar 500 kilometer dari Buenos Aries, Argentina. Ia ke sana bersama anaknya yang berusia dua tahun dan mantan suaminya.
Suatu saat, Michetti jalan-jalan bersama suaminya saat itu dengan mobil. Gabriela menyetir. Keduanya tidak mengenakan sabuk keamanan karena pada saat itu penggunaannya tidak diwajibkan dan belum lazim digunakan secara umum.
"Tiba-tiba kami mengalami kecelakaan dan tulang belakang saya kena benturan, sehingga menimbulkan kelumpuhan pada setengah badan saya di bagian bawah. Suami saya mengalami luka di kepala. Untungnya, luka itu tidak menimbulkan suami saya cedera seumur hidup," ucap Michetti.
Sejak kakinya lumpuh, Michetti selalu berusaha untuk bahagia dan berusaha untuk jadi mandiri. Meskipun demikian, ia mengaku rasa kehilangan dan perubahan tentu terasa cukup berat bagi dia karena ada banyak hal baru yang harus ia pelajari. Untungnya, ia dikelilingi oleh keluarga dan teman yang mendukung dia, tanpa menganggapnya sebagai seorang abnormal.
"Pelajaran paling penting bagi saya adalah, disabilitas bukan halangan bagi kita untuk mencintai dan dicintai. Kita harus terus mengembangkan persaudaraan dan solidaritas di antara kita semua," ucapnya.
Michetti pun tidak pernah membayangkan mampu menjabat sebagai wakil presiden, sejak Desember 2015. "Yang saya harapkan setelah kecelakaan adalah untuk bisa kerja sama dengan kelompok masyarakat yang memiliki visi dan misi yang sama dengan saya untuk membangun negara," tambahnya.
Penyandang Disabilitas di Indonesia
Menteri Sosial Agus menyebutkan, di Indonesia, pada 2018 ada total 30 juta orang penyandang disabilitas. Sebagian besar dari mereka adalah perempuan yang berada di pedesaan.
Disabilitas juga ditemukan di seluruh kelompok usia, termasuk usia produktif, meskipun jumlahnya masih lebih banyak pada kelompok lansia. Di antara para penyandang disabilitas yang menganggur, ada 24 persen di antaranya bersatu sebagai kepala rumah tangga atau mereka yang berperan besar pada perekonomian keluarga.
"Warga penyandang disabilitas merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap kemiskinan. Untuk itu, Pemerintah Indonesia terus melakukan upaya pemenuhan hak-hak disabilitas dan inklusifitas dalam setiap aspek kehidupan," tutur Agus.
Contohnya, Indonesia telah meratifikasi Konvensi tentang Hak-Hak Disabilitas pada 2011 dan menerbitkan Undang-Undang 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Regulasi itu menjadi referensi utama peraturan daerah dan pelaksanaan perlindungan dan pemajuan hak penyandang disabilitas di seluruh Indonesia.
Terkait kerja sama yang dapat dijalankan oleh Indonesia dan Argentina, Agus menjelaskan, ia sudah bertemu dengan Gabriela sebelumnya untuk saling bertukar pengetahuan dan pengalaman terkait pemenuhan hak penyandang disabilitas.
Meskipun bentuk kerja sama sosial itu belum ditentukan, Agus yakin ada banyak kerja sama yang bisa dilakukan antara Indonesia dan Argentina untuk saling membantu memperjuangkan hak penyandang disabilitas.