Warga Terdampak Gempa Lombok Terpaksa Tambah Biaya untuk Bangun Rumah
Warga terdampak gempa di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, harus mengeluarkan uang lagi untuk menambah kelengkapan rumah tahan gempa (RTG) seperti kamar mandi, dapur, dan plester dinding dalam rumah. Dana stimulan Rp 50 juta per kepala keluarga hanya digunakan untuk anggaran biaya rehabilitasi-rekonstruksi (rehab-rekon).
Oleh
KHAERUL ANWAR
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Warga terdampak gempa di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, harus mengeluarkan uang lagi untuk menambah kelengkapan rumah tahan gempa, seperti kamar mandi, dapur, dan plester dinding, dalam rumah. Dana stimulan Rp 50 juta per kepala keluarga hanya digunakan untuk anggaran biaya rehabilitasi-rekonstruksi.
”Bantuan yang Rp 50 juta untuk biaya membangun bagian luar rumah saja, sisanya kami pakai uang sendiri kalau mau bangun kamar mandi dan dapur,” ujar Jumadi, warga Dusun Montong Dao, Desa Teratak, Lombok Tengah, Sabtu (6/4/2019), di sela-sela kunjungan Wakil Presiden Jusuf Kalla meninjau perkembangan rehabilitasi-rekonstruksi (rehab-rekon) rumah terdampak gempa Lombok Juli-Agustus 2018.
Wapres Jusuf Kalla seusai meninjau rumah rehab-rekon mengatakan, pemerintah tetap memberikan bantuan bagi warga terdampak gempa, rumah baru yang sudah terbangun dinilai bagus. Oleh sebab itu, masyarakat perlu menjaga rumah yang sudah terbangun.
Jumadi bersama enam anggota Kelompok Masyarakat Mekar Jaya memilih model rumah konvensional. Karena rumahnya rusak berat, mereka mendapat dana stimulan Rp 50 juta per kepala keluarga. Namun, dana stimulan itu cukup untuk membangun bagian luar rumah termasuk membeli jendela, pintu, kusen sampai atap.
Sedang dalam anggaran rehab-rekon tidak ada biaya untuk pembangunan dapur, kamar mandi, plester dinding dalam rumah, membangun teras dan ongkos tukang sehingga untuk membangun kelengkapan rumahnya Jumadi harus mengeluarkan biaya Rp 8,5 juta.
”Habis bagaimana, masa dinding luar halus, sedangkan dinding dalam kasar, ya kurang enak kesannya,” ujarnya.
Uang tambahan itu didapat dari menyisihkan upahnya selaku petugas pencatat meteran listrik. Rumah-rumah konvensional berukuran 6 meter x 6 meter itu meliputi dua kamar tidur dan satu ruang tamu, sudah ditempati Jumadi bersama istri dan dua anak mereka. Jumadi bersyukur mendapat dana stimulan karena tanpa bantuan, ia tidak bisa memiliki tempat berteduh yang layak dalam waktu singkat.
Hal senada dikatakan Khairil Anam, warga Dusun Montong Dao. Rumah baru yang ditempatinya berukuran 6 x 6 meter dengan dua kamar tidur dan satu ruang tamu. Ia membangun satu kamar mandi dengan uang sendiri dan menyisihkan uang honor sebagai guru madrasah ibtidaiyah swasta di Desa Teratak.
Sebelumnya, Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah, dalam sejumlah kesempatan mengingatkan pentingnya rehab-rekon rumah terdampak gempa dilengkapi fasilitas sanitasi: kamar mandi dan jamban.
Sitti Rohmi Djalilah mengatakan itu dalam acara Peluncuran Proyek Winner dan Water For Women untuk program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), Kamis (15/11/2018) di Hotel Santika Lombok, Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Sedikitnya 801 kepala keluarga/KK terdampak gempa di Desa Teratak, tetapi yang sudah menerima rekening 501 KK. Rumah yang selesai dibangun 105 unit, terdiri dari rumah instan sederhana sehat dan rumah konvensional. (HAR)