Padi Reborn dan TNI AU Konser di Ketinggian 15 Ribu Kaki
Hamparan langit maha sempurna, bertahta bintang-bintang angkasa.
Vokalis grup musik Padi Reborn, Andy Fadly, menyenandungkan lirik lagu "Mahadewi", diiringi alunan musik band yang melegenda sejak akhir tahun 1990-an itu. Grup musikberaliran pop rock tersebut mengadakan konser mini dengan personil lengkap di ketinggian 15.000 kaki, menggunakan pesawat Boeing 737-400 milik TNI Angkatan Udara seri A-7305.
Dalam ruang seluas sekitar 20 meter persegi di kabin pesawat, pemain drum Surendro Prasetyo alias Yoyo, gitaris Satrio Yudi Wahono alias Piyu dan Ari Tri Sosianto, dan Rindra Ristyanto Noor selaku basis, beraksi tanpa hambatan berarti. "Mahadewi" jadi lagu kedua yang dibawakan band yang sempat vakum selama tujuh tahun tersebut. Lagu lain yang dibawakan antara lain "Begitu Indah", "Tempat Terakhir", "Semua Tak Sama", dan "Sobat".
Dalam beberapa penampilan lagu, Fadly tidak menyanyi sendirian. Ia turut ditemani Kepala Sub Dinas Penerangan Umum Angkatan Udara, Letnan Kolonel (Letkol) Korps Dinas Khusus (Sus) Muhammad Yuris.
"Ku bagaikan angin di bawah sayapku. Sendiri aku tak bisa seimbang. Apa jadinya bila kau tak di sisi," begitu duet Fadly dan Yuris melantunkan lirik lagu "Tempat Terakhir", ciptaan Yoyo dan Fadly, di depan mikrofon.
Suara mereka yang terdengar jelas dari dua buah alat pengeras suara diikuti puluhan penumpang. Mereka antara lain awak media, kru Padi Reborn dan personil TNI Angkatan Udara (AU). Tak ketinggalan, beberapa masyarakat yang berhasil memenangkan tiket joy flight atau penerbangan santai pada Sabtu (6/4/2019) pagi itu.
Penerbangan dilakukan selama kurang lebih satu jam setengah, dengan titik awal dan akhir di Landasan Udara (Lanud) TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Konser diadakan selama kurang lebih 45 menit saat pesawat mengudara di atas pesisir pantai selatan Jawa, tepatnya di Pelabuhan Ratu.
Kegiatan itu terselanggara jelang hari ulang tahun Padi dan TNI AU yang hanya terpaut sehari. Padi Reborn akan merayakan ulang tahun ke-22 pada 8 April 2019 mendatang. Sementara, TNI AU akan mencapai usia 73 tahun pada 9 April 2019. Konser itu disebut menjadi catatan sejarah pertama di dunia, konser band secara penuh diadakan di dalam pesawat yang terbang mencapai ketinggian ribuan kaki.
"Alhamdulillah, Padi Reborn diberi kesempatan untuk mengisi joy flight ini. Kami merasa terhormat bisa berkolaborasi dengan TNI AU yang sangat terlatih dan profesional," kata Fadly di tengah konser.
Konser itu disebut menjadi catatan sejarah pertama di dunia, konser band secara penuh diadakan di dalam pesawat yang terbang mencapai ketinggian ribuan kaki.
Keseimbangan
Sebelum konser tersebut, para bintang Padi Reborn tidak melakukan gladi resik di atas udara. Suasana manggung di ketinggian sedikit menyulitkan Yoyo, yang harus memastikan tabuhan drumnya tetap stabil. Masalah keseimbangan juga sempat dirasakan Piyu maupun Rindra saat memetik gitar dan basnya.
"Pengalaman ini seperti album kelima Padi, yang berjudul \'Tak Hanya Diam\'. Itu artinya semua serba bergerak, tidak statis. Untuk itu, kita harus atur keseimbangan, atur ritme," ujar Piyu.
Ia mengakui, konser di atas awan itu menjadi pengalaman menegangkan bagi dia dan rekan-rekannya. "Bermain di atas udara menegangkan sekali. Tetapi, ini keren. Ini pertama kalinya kita lakukan konser di atas pesawat. Mungkin kita pernah lihat akustik di dalam penerbangan, tapi kami bisa full band, menggunakan peralatan dan listrik yang cukup, sehingga suasana konser terasa di dalam pesawat," komentarnya.
Baca juga: Kala Anak-anak Tuna Netra Mengikuti "Joy Flight"
Atraksi itu sekaligus memutar memori Padi sekian tahun lalu. Pada 12 November 2007, Padi menggelar pertunjukan musik di atas geladak KRI Teluk Mandar 514 yang berlayar di perairan Teluk Jakarta. Saat itu, mereka berkolaborasi dengan TNI Angkatan Laut (AL).
Pengalaman unik tersebut juga menjadi hal baru bagi Mayor Penerbang, Septi Arun Dwi Saputra, yang membawa pesawat tersebut bersama Kapten Penerbang, Phoenix. Septi mengaku, ia sampai perlu melakukan riset dan percobaan terbang untuk menyiapkan konser musik, di dalam pesawat yang biasanya mengantarkan orang-orang penting di pemerintahan dan militer tersebut.
"Saat gladi resik, kami melakulan assesment bersama Tim Keselamatan Terbang dan Kerja TNI AU. Kami awalnya merencanakan kegiatan ini dilakukan di ketinggian 25.000 kaki. Namun, saat uji coba, kami optimis di ketinggian 15.000 yang terbilang aman, baik dari segi cuaca maupun sistem tekanan," kata dia.
Untuk memastikan konser musik berjalan dengan lancar, tim dari Skadron Udara 17 Landasan Udara Halim Perdanakusuma itu juga menyiapkan beberapa hal.
"Pertama, kami membawa sumber listrik ekstra. Kalau menggunakan sumber listrik dari pesawat mungkin cukup, tetapi dikhawatirkan ada gangguan. Jadi, kami bawa baterai UPS 6kVA. Kami cari baterai yang tidak berbahan litium agar aman untuk penerbangan," kata pilot yang telah mengantongi 2.800 jam terbang tersebut.
Selain urusan pasokan listrik, timnya juga mengantisipasi hilangnya keseimbangan pesawat saat konser berlangsung di ruang duduk penumpang. Load master yang berwenang memastikan kestabilan pesawat mengantisipasi hal yang tidak diinginkan dengan membawa kantong pasir dengan total berat 650 kilogram. Kantong pasir itu ditempatkan di bagian VIP atau depan pesawat.
Dekati rakyat
Kepala Sub Dinas Penerangan Umum Angkatan Udara, Letnan Kolonel (Letkol) Korps Dinas Khusus (Sus) Muhammad Yuris, mengatakan, ada banyak pelajaran yang dapat diambil masyarakat dari acara tersebut. Salah satu pesan yang ingin disampaikan dari rangkaian HUT ke-73 TNI AU tersebut adalah untuk menunjukkan bahwa TNI AU bisa dekat dengan masyarakat.
"Tahun ini, kami mengedepankan kemanunggalan bersama rakyat, artinya TNI angkatan udara harus lebih mendekatkan diri ke masyarakat. Hari ini, kami buktikan bahwa TNI bisa berkolaborasi bersama rakyat dengan berinovasi, mengadakan konser di atas 15.000 kaki. Hal ini jelas tidak semudah membalikkan telapak tangan," tutur Yuris.
Tahun ini, kami mengedepankan kemanunggalan bersama rakyat, artinya TNI angkatan udara harus lebih mendekatkan diri ke masyarakat.
Sebelumnya, pada 10 Februari 2019, TNI AU pernah mengadakan kegiatan joy flight dengan mengundang mantan atlet bulu tangkis Indonesia, Liliyana Natsir. Sebagai bentuk penghargaan pada prestasinya di bidang olahraga, TNI AU mengajaknya bermain bulu tangkis di ketinggian 17.000 kaki di dalam pesawat C-130 Hercules.
Baca juga: Liliyana Natsir dan Bulu Tangkis 17 Ribu Kaki
"Ke depan, kami berharap ada inovasi baru lainnya yang bisa kami kembangkan untuk menciptakan keseimbangan antara TNI dan masyarakat sipil. Itu persis lirik lagu Padi yang bunyinya \'Kau bagaikan angin di bawah sayapku. Sendiri aku tak bisa seimbang\' tadi. Jadi, harus ada dua sayap, TNI dan sipil agar ada keseimbangan," pungkas Yuris.