Walther Hewel, Sobat Hitler yang Pernah Tinggal di Jawa
Oleh
Iwan Santosa
·4 menit baca
Salah satu pejabat tinggi dan teman dekat Sang Diktator Nazi Adolf Hitler adalah Walther Hewel. Hewel yang lahir di Koln tahun 1904 dan menjadi wakil dari Menteri Luar Negeri Nazi Joachim von Ribbentrop, pernah dipenjara bersama Hitler setelah kudeta Nazi yang gagal pada bulan September 1923 di Munich, Bavaria (Bierkeller Putsch).
Penulis Jejak Hitler di Indonesia, Horst Henry Geerken menceritakan, Walther Hewel ditahan di sel sebelah ruang tahanan Adolf Hitler. Dia terlibat dalam penulisan buku ideologi Nazi, Mein Kampf. Tidak heran, jika ia dikenal sebagai murid ideologi Hitler-sosok yang kelak menjadi diktator dan memicu Perang Dunia II bulan September tahun 1939.
Hewel berada di Jawa pada medio 1920-an hingga medio 1930-an, sebelum kemudian kembali ke Jerman karena dipanggil Hitler untuk membantunya di kekuasaan rezim Nazi. Selama di Indonesia, Hewel diketahui berteman baik dengan Theodor Helfferich dan Emil Helfferich, usahawan besar Jerman yang tinggal di perkebunan Cikopo, Gadog, Jawa Barat.
Dalam buku "The Pepper Trader" karya Geoffrey Bennett dijelaskan tentang keluarga Helfferich dan para pengusaha Jerman yang berbisnis di Jawa dan Sumatera bersama jaringan mereka di Hamburg, kota pelabuhan utama Jerman ketika itu.
Mereka membangun jejaring media massa, perkumpulan pro-Jerman, dan memberikan berbagai bantuan kepada orang Jerman dan warga Belanda keturunan Jerman yang berada di Hindia Belanda serta kepada para pelaut Jerman semasa berkecamuknya Perang Dunia I (1914-1918) di Asia.
Aktivitas tersebut mendapat dukungan dari Walther Hewel yang merantau ke Jawa selepas keluar dari penjara setelah kudeta Nazi yang gagal. Menurut Henry Geerken, Walther Hewel bekerja di perkebunan milik Inggris di Malabar, Jawa Barat.
Perkebunan tersebut berada di selatan Kota Bandung. Di kawasan tersebut terdapat stasiun radio serta telekomunikasi penting yang menghubungkan Jawa dengan Negeri Belanda. Keberadaan stasiun komunikasi tersebut diabadikan dalam lagu era voor de Oorlog (pra-Perang Dunia II), yakni lagu “Halo Bandoeng” yang dipopulerkan Willy Derby tahun 1929.
Hewel aktif menyokong gerakan pro-Nazi di Hindia Belanda seperti NSB (Nationaal Socialistiche Beweging) tahun 1934. Ketua NSB Belanda Anton Mussert berkunjung ke Hindia Belanda tahun 1935 dan mendapat sambutan meriah seperti sambutan terhadap Adolf Hitler yang menjadi idola kelompok fasis dan rasis tersebut.
NSDAP Hindia Belanda menjadi perwakilan Nazi nomor dua terbesar di kawasan Asia-Pasifik setelah Tiongkok.
Partai sejenis juga tumbuh lebih awal, yakni Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (NSDAP) atau Partai Nasionalis-Sosialis Pekerja Jerman di Hindia Belanda pada tahun 1931, sebelum Hitler menjadi Kanselir Jerman pada 1933. Kantor Pusat NSDAP berada di Batavia dengan cabang-cabangnya yang tersebar di Surabaya, Bandung, Medan, Padang, dan Makassar.
NSDAP Hindia Belanda menjadi perwakilan Nazi nomor dua terbesar di kawasan Asia-Pasifik setelah Tiongkok. Semasa tahun 1930-an, Jerman Nazi sempat memberikan bantuan militer dan pelatihan bagi tentara Republik Tiongkok di bawah rezim Kuomintang pimpinan Generalissimo Chiang Kai Shek sebelum Jerman Nazi bersekutu dengan rezim Fasis Jepang.
Partai-partai berafiliasi fasis Nazi Jerman di Hindia Belanda mendapat dukungan penuh dari Walther Hewel dan tumbuh berkembang selama masa Belanda belum menghadapi konfrontasi fisik dengan Jerman di Eropa.
Berbagai terbitan pro-Jerman juga tumbuh di Hindia Belanda. Tidak sedikit orang biasa yang berlatar belakang kelas menengah bawah, terbuai propaganda ala Nazi. Ketika itu, Nazi Jerman memiliki konsulat di Medan Merdeka Selatan yang kini menjadi bagian dari Kompleks Kedutaan Besar Amerika Serikat.
Menjelang akhir tahun 1930-an, Hitler memanggil Hewel kembali ke Jerman untuk mengabdi di Kementerian Luar Negeri. Diktator Adolf Hitler mencoba menjodohkan Hewel dengan gadis pilihan Der Fuhrer. Namun tidak berhasil. Meski demikian Hewel sepenuh hati tetap membantu Hitler.
Jadilah Hewel yang juga bersahabat dengan Rudolf Hess dan Joseph Goebbel-- sang Menteri Propaganda Nazi--kembali ke Jerman dengan membawa segudang informasi dan pengetahuan tentang kekayaan Kepulauan Nusantara. Dia pun tetap menjalin korespondensi dengan keluarga pengusaha Helfferich.
Tidak heran, kelak lebih dari 60 kapal selam Kriegsmarine (Angkatan Laut) Jerman dikirimkan ke Jawa semasa pendudukan Jepang. Ini demi keperluan mengambil bahan material strategis bagi kepentingan Jerman serta membantu pihak Jepang. Henry Geerken menceritakan, Hewel memberikan banyak masukan bagi Hitler tentang nilai strategis Jawa dan Kepulauan Nusantara.
Dalam satu kesempatan, Henry Geerken mengirimkan kutipan catatan Walther Hewel yang ikut bertahan hingga hari-hari terakhir Hitler dan Eva Braun dalam bungker di Berlin. Catatan itu ternyata ditulis dalam Bahasa Sunda yang terpatah-patah.
“Mungkin itu cara Walther Hewel membuat catatan rahasia karena tidak ada orang yang paham Bahasa Sunda,” kata Henry Geerken yang bermukim di Jakarta sejak tahun 1960-an hingga awal 1980.
Selanjutnya, catatan tentang Hewel dan jejak-langkahnya pun menghilang seperti misteri yang dibawa para petinggi rezim Nazi yang berambisi menguasai dunia di bawah kekuasaan Reich Ketiga.