Pilot Bertindak Sesuai Prosedur, tetapi Pesawat Tetap Tidak Bisa Dikontrol
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
ADDIS ABABA, KAMIS — Kru pesawat Ethiopian Airlines telah menjalankan semua prosedur yang direkomendasikan Boeing ketika hidung pesawat Boeing 737 MAX mulai menukik tajam. Namun, pesawat tetap tidak bisa dikontrol sehingga kecelakaan terjadi.
Demikian laporan awal hasil investigasi atas jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines yang disampaikan pada Kamis (4/4/2019). Laporan itu didasarkan atas interpretasi data pada kotak hitam B737 MAX.
Sebelum jatuh, pesawat B737 MAX milik Ethiopian Airlines berulang kali menukik dan pilot berjuang untuk mengendalikannya. ”Kru pesawat berulang kali melakukan semua prosedur standar yang disiapkan oleh produsen pesawat, tetapi tetap tidak bisa mengontrol pesawat,” kata Menteri Perhubungan Etiopia Dagmawit Moges dalam jumpa pers.
Pesawat B737 MAX milik Ethiopian Airlines jatuh beberapa menit setelah lepas landas dari Addis Ababa pada 10 Maret 2019. Sebanyak 157 orang di pesawat itu meninggal.
Pesawat B737 MAX berada dalam pengawasan sejak jatuhnya pesawat jenis tersebut milik maskapai Lion Air di Laut Jawa, Oktober 2018.
Pimpinan Ethiopian Airlines menyatakan bangga terhadap usaha pilot B737 MAX untuk mencegah pesawatnya jatuh. ”Kami sangat bangga atas kepatuhan pilot kami untuk mengikuti prosedur darurat dan profesionalitas mereka dalam situasi yang luar biasa sulit,” kata CEO Ethiopian Airlines Tewolde GebreMariam dalam pernyataan tertulisnya.
Keluarga korban, regulator keselamatan penerbangan, dan publik telah menunggu apakah ada kaitan antara kecelakaan Ethiopian Airlines dan Lion Air. Bagaimana pula sebenarnya teknologi yang dimiliki Boeing pada B737 MAX serta sejauh apa peran pilot dalam dua kecelakaan tersebut.
Para penyidik memeriksa peranan sistem kendali penerbangan MCAS yang pada situasi tertentu dapat secara otomatis menurunkan hidung pesawat untuk mencegah terjadinya stall (pesawat kehilangan gaya angkat).
Penyidik Etiopia tidak secara khusus menyebut MCAS, tetapi merekomendasikan Boeing untuk meninjau ulang sistem kendali penerbangan pesawat yang terkait dengan kemampuan kontrol penerbangan. Mereka juga merekomendasikan petugas maskapai memastikan semua kelaikan pesawat sebelum mengizinkan pesawat untuk terbang.
Pesawat B737 MAX telah dilarang untuk terbang di seluruh dunia sambil menunggu perbaikan sistem oleh Boeing yang masih memerlukan persetujuan dari Badan Penerbangan Federal (FAA) Amerika Serikat.
Boeing menjadi fokus penyelidikan oleh Departemen Kehakiman AS, inspektur jenderal pada Departemen Perhubungan AS, dan komite kongres. Investigasi juga ditujukan untuk melihat peran FAA yang memberikan sertifikat kelaikan B737 MAX dan menolak untuk melarang terbang semua B737 MAX setelah insiden Lion Air terjadi.
Dalam sebuah pernyataan, FAA menyebutkan bahwa mereka memahami apa yang terjadi dan terus bekerja serta akan mengambil langkah yang diperlukan apabila menemukan sesuatu.
Analis penerbangan sekaligus editor media industri penerbangan Airliners.de yang berbasis di Berlin, David Hasse, mengatakan, mengetahui bahwa pilot sudah bertindak sesuai prosedur adalah temuan yang signifikan. Hal ini akan membuat kasus Ethiopian Airlines serupa dengan Lion Air.
”Apa yang istimewa dari kasus ini adalah dua kecelakaan memiliki penyebab yang sangat mirip. Ini adalah sesuatu yang sangat langka dalam dunia penerbangan. Pertanyaannya adalah apakah B737 MAX perlu dilarang terbang setelah insiden Lion Air dan sebelum kecelakaan Ethiopian Airlines,” kata Hasse.
Hasse menggarisbawahi bahwa laporan kecelakaan tersebut bukan dimaksudkan untuk langkah hukum. Terlalu dini untuk mengetahui apa implikasi hukum yang mungkin terjadi pada Boeing. Yang jelas, tekanan terhadap perusahaan ini meningkat.
”Jika pilot duduk di sana dan mengikuti aturan yang telah diberikan kepada mereka oleh produsen, mereka sudah bertindak benar,” ujarnya.(AP/REUTERS/AFP)