Ungkapan apa lu minta, gua ada atau palugada mungkin cocok disematkan pada kali-kali di Jakarta. Dari kasur, sofa, kotoran manusia, potongan kayu, hingga mayat mengapung di sana. Kehadiran barang-barang itu semakin nyata di kala hujan melanda.
Jumat (8/3/2019) siang Ari Darmawan (28) tengah menunggu kumpulan sampah yang melaju bersama aliran kali Banjir Kanal Barat, di dekat Mal Seasons City, Tambora, Jakarta Barat. Sambil menunggu sampah terkumpul, ia tampak terus melihat ke arah hulu, seakan menunggu sesuatu.
Sebagai petugas Unit Pelaksana Kebersihan (UPK) Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta yang berjaga di sana, ia sedang mewanti-wanti adanya kasur, sofa, atau batang kayu berukuran besar yang datang dari kejauhan. Sepekan terakhir, barang-barang yang hanyut terbawa aliran kali semakin banyak, sebagian memenuhi Kanal Banjir Barat.
"Entah dari mana datangnya, tiba-tiba ada kasur yang mengarah ke sini. Saya pikir, siapa juga yang mau buang ya?" ucap Ari sambil melakukan tugasnya, Jumat (8/3/2019).
Kekhawatiran Ari menjadi hal yang lazim saat musim hujan. Sebab, sejak Senin (4/3/2019) hingga Jumat, media sosial UPK Badan Air DKI Jakarta membagikan lima publikasi terkait sampah berupa sofa, kasur, kursi, hingga batang kayu berukuran besar yang tergenang di kali.
Anggota Tim Media Sosial UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Apit Raharjo mengatakan, dari sejumlah laporan foto yang ia terima di tiap wilayah. Seluruhnya terjadi saat kegiatan bersih-bersih sampah setelah hujan. Misalnya, Pada Selasa (5/3/2019) lalu, Petugas UPK Badan Air di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, menemukan sofa dan kursi yang tergenang di Kali Besar.
Adanya barang besar semacam itu membuat pekerjaan petugas UPK Badan Air bertambah. Di Kali Banjir Kanal Barat depan Mal Seasons City, misalnya, Selasa lalu, ada batang kayu besar berukuran tujuh meter yang melintasi arus Banjir Kanal Barat. Kedatangan kayu ini tidak dapat dihalau oleh pelampung penahan sampah layaknya sampah berukuran kecil pada umumnya.
Alhasil, hari itu, petugas UPK Badan Air di sekitar wilayah operasi Mal Seasons City harus memotong kayu besar menjadi 4 bagian agar muat diangkut ke truk sampah. Kayu besar itu kemudian baru berhasil diangkut pada malam hari.
Koordinator petugas UPK Badan Air DKI Jakarta wilayah Mal Seasons City, Faiq Ismawan, mengatakan, semacam ada hubungan antara turunnya hujan dengan sampah yang ukurannya semakin besar di kali. Ia menduga, sampah ini berasal dari Bogor yang mengalir dari Bendungan Katulampa.
"Mungkin sekitar 5 tahun terakhir, setiap hujan, kasur hingga sofa, semua barang yang besar bisa hanyut di Kali Banjir Kanal Barat," tutur Faiq.
Fenomena ini turut menyebabkan muatan sampah harian meningkat. Bila di musim kemarau, sampah yang diangkut hanya cukup dengan satu truk bermuatan 24 meter kubik. Saat musim hujan, dibutuhkan empat sampai lima truk untuk mengangkut sampah di kali Banjir Kanal Barat depan Mal Seasons City.
Hal yang menjadi masalah lain, yaitu sampah berupa kayu, kasur, ataupun sofa ini tidak dapat diolah menjadi barang lain. Dari beberapa jumlah sofa yang pernah diangkut dari kali Banjir Kanal Barat, seluruhnya langsung diangkut ke truk besar menuju Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) di Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat.
Kepala Satuan Pelaksana Prasarana dan Sarana UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Barat, Haryanto Silalahi, mengatakan, sejauh ini belum ada pengolahan khusus untuk sampah terkait kasur, sofa, dan batang kayu yang dihanyutkan ke kali. Menurut dia, langkah yang paling aman dilakukan yaitu menyerahkan sampah jenis tersebut ke TPST Bantar Gebang.
"Karena umumnya sudah tidak bisa digunakan, kasur yang kita temukan di kali langsung kita buang ke TPST. Walau begitu, kadang ada kasur yang diambil oleh petugas karena dianggap masih bisa dipakai," kata Haryanto.
Soal kebiasaan
Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti Nirwono Joga berpendapat fenomena banyaknya sampah di sejumlah kali di Jakarta menjadi penanda kesadaran warga menjaga kebersihan belum terbangun. Hal ini terutama didukung dengan banyaknya letak rumah yang membelakangi bantaran kali di Jabodetabek.
Dengan banyaknya rumah yang membelakangi kali, warga secara tidak sadar menjadikan kali sebagai halaman belakang untuk membuang sampah. Dalam tingkat yang ekstrem, menurut dia, warga bisa saja membuang kayu hingga sofa ke sungai karena pola letak semacam ini.
"Pola pikir sungai sebagai halaman belakang rumah ini yang mesti diubah. Di sisi lain, penegakan hukum untuk warga yang membuang sampah juga perlu digiatkan," ucap Nirwono. (ADITYA DIVERANTA)