Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy (tengah) berfoto dengan siswa SMK yang karyanya dipamerkan dalam Young Technopreneur 2019 di Jakarta, Jumat (22/2/2019).
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah terus mendorong sekolah menengah kejuruan, yang telah memiliki teaching factory unggul, untuk menjadi badan layanan umum daerah atau BLUD. Dengan menjadi BLUD, sekolah akan termotivasi untuk berproduksi karena lebih mandiri mengelola keuangan. Siswa juga dinilai akan lebih siap masuk dunia kerja karena telah terasah di sekolah.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy di Jakarta, Jumat (22/2/2019), mengatakan, beberapa sekolah menengah kejuruan (SMK) sudah mulai menjadi BLUD. Di Jawa Timur misalnya, setidaknya sepuluh SMK telah berstatus BLUD dan dikelola daerah.
“Untuk sementara, kita serahkan sepenuhnya ke provinsi. Kita lihat perkembangannya. Kalau bagus dan menjanjikan, kita atur dengan peraturan yang lebih tinggi. Bisa berupa peraturan presiden ataupun peraturan pemerintah,” kata Muhadjir saat membuka pameran Young Technopreneur 2019 yang diadakan oleh Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta.
Menurut Muhadjir, SMK, terutama yang telah direvitalisasi, perlu menjadi BLUD agar lebih termotivasi untuk berproduksi.
Selama ini, SMK enggan serius memproduksi dan memasarkan karya siswa karena penghasilannya harus disetor ke negara sebagai penerimaan negara bukan pajak. Padahal, karya siswa SMK dinilai punya potensi besar jika dikembangkan. Dengan menjadi BLUD, SMK bisa mengelola sendiri uangnya untuk menghasilkan pendapatan.
Muhadjir melanjutkan, dengan memproduksi karya berstandar industri, siswa juga akan lebih terasah. Tidak hanya dalam keahlian dan keterampilan, tetapi juga mentalnya. Pasalnya, banyak siswa yang pintar dan terampil, tetapi belum siap mental untuk masuk dunia kerja.
“Siswa sejak awal dilatih sungguh-sungguh. Ketika keluar lulus dari SMK, mentalnya sudah terasah, tidak perlu dipoles lagi. Karena sebetulnya, penyiapan tenaga kerja SMK tidak soal keahlian dan keterampilan saja, tetapi juga soal mental masuk ke dunia kerja. Itu lebih penting,” ujarnya.
YOLA SASTRA UNTUK KOMPAS
Produk karya siswa SMK yang dipamerkan dalam Young Technopreneur 2019 di Jakarta, Jumat (22/2/2019).
Revitalisasi
Sembari mendorong SMK menjadi BLUD, pemerintah terus melakukan revitalisasi terhadap SMK. Program ini menjadi prioritas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak terbitnya Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK.
Muhadjir memaparkan, sudah ada 2.300 SMK yang direvitalisasi hingga 2019 dari total 13.000 SMK. Adapun tahun ini pemerintah akan merevitalisasi 280 SMK lagi. Bidang yang menjadi prioritas, yaitu kemaritiman, pertanian, pariwisata, dan industri kreatif.
Selain itu, SMK juga mulai melibatkan dunia industri dan usaha dalam menyusun kurikulum. Tujuannya, lulusan SMK sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Sebanyak 60-70 persen kurikulum ditentukan oleh dunia industri dan usaha, sisanya oleh sekolah.
“Sekarang kita undang dunia industri duduk bersama dengan sekolah. Kita susun kurikulum. Kita bentuk teaching factory. Siswa sekarang berproduksi tidak boleh sekadar main-main. Betul-betul barang jadi dan terstandar oleh dunia industri,” ujarnya.
YOLA SASTRA UNTUK KOMPAS
Siswa SMK memamerkan karyanya dalam Young Technopreneur 2019 di Jakarta, Jumat (22/2/2019).
Potensi
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Harian Dekopin Agus Sudjatmiko mengatakan, siswa SMK punya potensi menjanjikan dalam menghasilkan karya. Namun, dia menilai masih banyak siswa belum siap dari segi mentalitas.
Oleh karena itu, Dekopin mengadakan pameran Young Technopreneur 2019 untuk membangun mentalitas mereka. Dalam pameran yang berlangsung dua hari ini, dipamerkan karya-karya terpilih dari enam SMK di Jabodetabek dan Jawa Tengah.
“Tidak hanya memamerkan karya siswa, kita juga akan memberikan masukan bagaimana menyiapkan mentalitas mereka. Besok (Sabtu) akan ada diskusi dengan para pakar untuk masuk ke perspektif itu,” ujarnya. (YOLA SASTRA)