Pendidikan Vokasi Diperkuat untuk Hadapi Revolusi Industri 4.0
Oleh
HARIS FIRDAUS
·5 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Pemerintah terus menjalankan sejumlah upaya untuk menghadapi era Industri 4.0. Salah satu upaya yang menjadi prioritas adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan tujuan memacu produktivitas dan daya saing. Peningkatan kualitas SDM itu antara lain dilakukan melalui penguatan pendidikan vokasi industri.
”Sesuai arahan Bapak Presiden Joko Widodo, pembangunan nasional saat ini difokuskan pada pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga perlu dilakukan berbagai program pendidikan dan pelatihan vokasi secara lebih masif,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat menyampaikan pidato ilmiah dalam peringatan Hari Pendidikan Tinggi Teknik Ke-73, Jumat (22/2/2019), di Grha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Airlangga memaparkan, sejak 2011, dunia telah memasuki revolusi industri generasi keempat atau kerap disebut Industri 4.0. Revolusi industri generasi keempat ini ditandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi, serta konvergensi antara manusia, mesin, dan sumber daya lain. Pada era Industri 4.0, teknologi informasi dan komunikasi memegang peranan sangat penting.
”Revolusi tersebut merupakan sebuah lompatan besar di sektor industri di mana teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya tidak hanya dalam proses produksi, tetapi juga di seluruh rantai nilai guna mencapai efisiensi yang setinggi-tingginya sehingga melahirkan model bisnis yang baru dan berbasis digital,” ujar Airlangga.
Airlangga menyatakan, Indonesia telah menyiapkan diri untuk menghadapi era Industri 4.0. Hal ini ditandai dengan peluncuran roadmap atau peta jalan Industri 4.0 yang diberi nama Making Indonesia 4.0 pada April 2018. Dalam peta jalan itu, Indonesia memiliki tujuan besar, yakni masuk ke dalam 10 negara dengan perekonomian terbesar di dunia pada 2030.
Untuk mencapai tujuan besar tersebut, berbagai upaya terus dilakukan, termasuk meningkatkan kualitas SDM melalui penguatan pendidikan vokasi industri. ”Peningkatan kompetensi SDM menjadi salah satu program prioritas karena dapat memacu produktivitas dan daya saing sektor industri nasional,” ujar Airlangga.
Airlangga menuturkan, penguatan pendidikan vokasi dilakukan melalui sejumlah cara. Salah satu cara penguatan itu adalah menyelenggarakan pendidikan vokasi dengan sistem ganda (dual system) yang mengintegrasikan pembelajaran di kampus dengan praktik kerja di industri.
Selain itu, pemerintah juga membangun politeknik industri dan akademi komunitas di kawasan industri untuk mendorong peningkatan SDM lokal. Sejak 2017, pemerintah juga mengembangkan pendidikan vokasi dengan model link and match antara SMK dan industri. Program ini telah dijalankan di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
”Sejak digulirkan pada 2017, program ini telah mampu menggandeng 2.074 SMK dan 745 perusahaan dari wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi serta melibatkan 441.800 siswa,” ujar Airlangga.
Di sisi lain, pemerintah juga menginisiasi program pelatihan industri berbasis 3 in 1, yakni pelatihan, sertifikasi, dan penempatan kerja. Program itu ditargetkan bisa menjaring 72.000 peserta pada 2019. Selain itu, dibuka pula program diploma 1 yang lulusannya langsung bekerja di industri dengan target 600 mahasiswa.
Sektor prioritas
Selain meningkatkan kualitas SDM, pemerintah juga telah menerapkan lima sektor prioritas untuk menyambut era Industri 4.0. Kelima sektor itu adalah makanan dan minuman, tekstil, otomotif, elektronik, serta kimia dan biokimia.
Menurut Airlangga, dalam peta jalan Industri 4.0 yang telah dibuat, pemerintah telah menyiapkan sejumlah inisiatif strategis untuk mendukung pengembangan sektor-sektor tersebut. ”Sektor-sektor prioritas adalah sektor yang kita percaya, apabila dilakukan implementasi Industri 4.0 dengan benar, akan dapat membawa capaian aspirasi yang telah kita tetapkan dan ekonomi Indonesia akan leapfrog (melompat) ke arah ekonomi yang lebih kuat,” ujarnya.
Airlangga juga meyakini, Indonesia memiliki potensi besar untuk meraih keuntungan dalam era Industri 4.0. Sebab, menurut Airlangga, sejak tahun ini sampai 2030, Indonesia akan mengalami bonus demografi, yakni keadaan di mana jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk usia nonproduktif.
”Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk era 4.0 ini karena sejak tahun ini hingga 2030, Indonesia akan mengalami bonus demografi. Negara-negara seperti China, Jepang, dan Korea mengalami booming (perkembangan pesat) pertumbuhan pada saat bonus demografi,” kata Airlangga.
Kompetensi baru
Rektor UGM Panut Mulyono mengatakan, di era Industri 4.0 saat ini, para lulusan perguruan tinggi dituntut memiliki kompetensi baru yang tidak diperoleh dari model pendidikan konvensional. Hal ini karena pasar kerja membutuhkan berbagai keterampilan yang berbeda dengan keterampilan yang diajarkan dalam sistem pendidikan tinggi.
”Kondisi ini harus disikapi dan direspons oleh perguruan tinggi melalui penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta dengan sistem pembelajaran yang sesuai dengan zaman masa kini,” ujar Panut.
Sementara itu, Dekan Fakultas Teknik UGM Nizam menyatakan, mengahadapi era Industri 4.0, Indonesia harus bisa memperkuat kreativitas dan kemampuan inovasi para anak mudanya. Di sisi lain, lembaga pendidikan juga harus mampu mencetak pemimpin masa depan yang bukan hanya cerdas dan kreatif, tetapi juga mesti memiliki integritas, tangguh, serta peka terhadap masalah sosial.
Dalam acara peringatan Hari Pendidikan Tinggi Teknik Ke-73, Fakultas Teknik UGM dan Keluarga Alumni Fakultas Teknik UGM (Katgama) juga memberikan penghargaan Herman Johannes Award 2019 kepada tiga menteri Kabinet Kerja, yakni Airlangga, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi.
Airlangga menerima Herman Johannes Award 2019 bidang industri, Budi Karya mendapat penghargaan di bidang transportasi, dan Retno menerima penghargaan di bidang diplomasi.
Selain tiga menteri tersebut, ada satu tokoh lagi yang menerima Herman Johannes Award 2019, yakni almarhum Prof Sedijatmo yang merupakan penemu sistem fondasi cakar ayam. Prof Sedijatmo menerima Herman Johannes Award 2019 di bidang teknologi konstruksi.
Fakultas Teknik UGM dan Keluarga Alumni Fakultas Teknik UGM (Katgama) juga memberikan penghargaan Herman Johannes Award 2019 kepada tiga menteri Kabinet Kerja, yakni Airlangga, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi.
”Penganugerahan Herman Johannes Award diberikan kepada tokoh-tokoh nasional yang sangat berperan dalam pembangunan bangsa melalui ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi,” kata Nizam.