Pelajaran Tentang Cinta Dari Band Pop
Ada sembilan grup beken tampil nyaris berbarengan di satu tempat dalam satu malam sekaligus. Ajang berkumpul mereka itu bernama Love Fest Volume 3 di Jakarta Convention Center, pada Jumat (8/2/2019). Semua penampilnya berusaha menunjukan bentuk cinta dalam versinya masing-masing. Aroma Hari Valentine tercium lebih awal.
“Kami mau mengundang tamu spesial malam ini. Ayo, sini,” ajak Fadly seusai lagu “Mahadewi”. Dari belakang sang vokalis Padi Reborn itu berdatanganlah tiga sosok “tamu” beruntung itu. Mereka adalah pasangan suami dan istri Dian dan Rani, serta Zahra yang masih melajang.
Fadly lalu mengajak mereka mengobrol. Piyu, gitaris bertopi fedora itu ikutan nimbrung. “Buat Dian dan Rani, apa sih resepnya kalian bisa bertahan sebelas tahun?” tanya Piyu.
Dian, sang suami, yang menjawab. “Resepnya cinta. Saya nggak pernah menyesali menikahi istri saya ini,” kata dia. Dian lantas berlutut memberikan seikat bunga mawar pada Rani, istrinya. Penonton bersorak dan tepuk tangan. Zahra juga ikut mengulum senyum.
Piyu lalu beralih bertanya pada Zahra tentang kriteria pasangan apa yang ia dambakan? “Rajin shalat,” jawabnya. “Sebenarnya nggak ada kriteria khusus. Yang penting bisa bikin aku nyaman aja,” kata dia, melengkapi jawabannya. Mendengar jawaban itu, beberapa pasang penonton merekatkan rangkulan mereka. Sementara saya mengelus lensa kamera mengabadikan momen romantis itu. Haha.
Menutup percakapan itu, Fadly lalu berucap, “Kita doakan Zahra dan teman-teman yang masih sendiri supaya cepat ketemu pasangannya. Kita doakan supaya jadi yang terbaik bagi masing-masing.” Mereka lantas berswafoto di atas panggung. Betapa bahagianya.
Para tamu itu turun panggung dengan senyum terkembang. Fadly lantas berujar, “Kisah cinta yang hangat itu selalu menginspirasi. Itu juga yang menguatkan kami juga sebagai Padi Reborn.” Lalu melantunlah lagu “Ternyata Cinta”.
Ucapan Fadly barusan itu seolah hendak ingin menyampaikan bahwa bandnya kembali berkumpul dan berkreasi bersama setelah “pisah” selama tujuh tahun semata-mata karena rasa cinta di antara mereka. “Dan ternyata cinta, yang menguatkan aku…,” penggemarnya ikut menyanyikan bagian reff lagu keluaran tahun 2005 itu.
Aksi Padi Reborn di festival itu terasa istimewa. Malam itu, mereka memilih membawakan lagu-lagu bertema cinta, namun tak semuanya cinta yang manis. Ada lagu “Kasih tak Sampai” yang sarat kegetiran, juga tentu saja lagu “Sobat” yang berlatar tikung-menikung asmara. Ada juga lagu “Bayangkanlah” yang memuat petuah bijak, “dengarlah, duhai kekasih, hidup tak selamanya indah…”.
Lagu-lagu itu dimainkan secara akustik, ditimpali iringan orchestra musik gesek pimpinan Denny Chasmala. Lagu “Love of My Life” milik Queen jadi makin mengharukan dengan gesekan biola, juga petikan harpa. Vokalisnya adalah para penonton.
Padi Reborn naik panggung sekitar pukul 22.35, molor lima menit dari jadwal di panggung yang diberi nama Hope Stage. Selain panggung itu, ada dua panggung lain yang masing-masing berjuluk Love Stage, dan Passion Stage. Sebelum Padi Reborn tampil, grup Yovie & Nuno main di panggung paling besar Love Stage.
Cinta yang tak biasa
“Pelajaran” tentang cinta versi Yovie dan kawan-kawan berbeda lagi. Mereka memang memainkan tembang-tembang manis. Tapi, ada juga beberapa lagu yang menceritakan kenakalan-kenakalan kecil dalam percintaan. Misalnya lagu “Malamgenic” dari album Kemenangan Cinta keluaran 2005.
Salah satu lariknya berbunyi, “jangan dekati gadis di malam hari/penyesalan kadang datang esok hari”. Aduh. Mungkin penulis liriknya silap bahwa mendekati seseorang tak melulu karena paras yang cantik atau tampan, ya. “Enggak, enggak. Kalian malam, pagi, siang hari tetap cantik, kok,” ucap Yovie seusai lagu.
Dalam pertunjukan itu, Yovie sebagai pimpinan grup memilah repertoire-nya menjadi dua bagian berdasarkan tema. Tema percintaan yang agak suram, seperti “Malam Genic” itu ada di bagian awal. Ada juga lagu “Janji di Atas Ingkar” yang mengundang penyanyi Audy di paruh pertama.
Sementara percintaan “wajar” ada di paruh akhir, misalnya lagu “Menjaga Hati” dan “Janji Suci”. “Lewat lagu ini (‘Menjaga Hati’), kami hadir di banyak resepsi pernikahan di seluruh Indonesia. Terima kasih,” ucap Yovie.
Sebelumnya, Yovie menuturkan bahwa pementasan malam itu merupakan kali terakhir ia tampil bersama band yang ia bentuk sejak 2001 itu. Namun, band itu tetap jalan terus. Dia pun mengenalkan penggantinya di posisi keyboard, yaitu Ady Julian.
“Dia ini lebih muda dan ganteng dari saya. Kalian punya harapan mendekati dia,” ucap Yovie.
Selain Yovie & Nuno, penampil lain yang berpisah dengan anggota bandnya adalah Nidji. Vokalisnya, Giring, telah cuti, yang kata dia selama 400 hari dari aktivitas band. Pada kesempatan itu, mereka mengenalkan pengganti Giring, yaitu Yusuf Ubay yang ditemukan lewat rangkaian audisi.
Malam itu, Ubay bergabung dengan kawan-kawan barunya pada lagu “Laskar Pelangi”. Suksesi itu disimbolkan dengan penyerahan mikrofon dari Giring kepada Ubay di tengah-tengah lagu.
Bila band-band tersebut banyak melagukan romansa antar sebagai pasangan, grup Maliq & D’Essentials menunjukan cinta pada orang tua. “Video lagu ini baru keluar, judulnya ‘Idola’ tentang cinta kepada ayah,” kata Angga, vokalis dan penulis lagunya. Seusai lagu lirih itu, Angga terlihat mundur sedikit untuk menyeka matanya.
Reuni
Selain ada yang berpisah, festival ini juga jadi ajang reuni. Band Gigi, yang tampil pertama mengundang semua mantan anggota band yang telah aktif sejak 1993 itu. Ada Baron di posisi gitar, Opet di bas, serta Ronald dan Budhy Haryono di drum. Bahkan ada sesi khusus saat Ronald, Budhy, dan drummer Gigi sekarang Gusti Hendy bersolo drum bersama. Asyik banget melihatnya.
“Ronald cabut (dari band) belum setahun (sejak terbentuk). Baron juga. Thomas juga sempat cabut. Vokalis, mah, gue doang,” celetuk Armand. Selain Armand, gitaris Dewa Budjana pun tak pernah hengkang. Bisa jadi itu bukti kesetiaan Budjana pada Gigi, walaupun dia punya banyak proyek di luar band.
Kesetiaan sebagai sebuah grup juga diperlihatkan oleh grup Project Pop, yang tampil di panggung Passion Stage. Sejak grup vokal itu berdiri pada 1996, formasinya nyaris tak berubah.
Mereka tetap bersekutu ketika salah satu anggotanya, Oon alias Mochamad Fachroni meninggal dunia tahun lalu. Penampilan mereka malam itu diberi tajuk lima raga, enam jiwa, merujuk pada jumlah personilnya.
Omong-omong soal kesetiaan, para penggemar Pure Saturday, yang jadi penampil pamungkas, sepertinya pantas diacungi jempol. Salah satu pionir gerakan indie pop di Indonesia itu seperti sempalan yang main di antara band bermassa banyak. Penontonnya, yang cuma segelintir itu tetap bernyanyi dan berjoget bersama. Suasananya justru sedemikian intim.
Selama sekitar lima jam, festival itu memang jadi ajang cinta melulu. Tapi, tak selamanya percintaan itu manis. Seperti yang disuguhkan sembilan grup musik itu, ada pertemuan, ada perpisahan, ada kangen-kangenan, ada cinta yang tak sampai. Yah, namanya juga cinta, ya, Cyiinnn….