JAKARTA, KOMPAS — Komite Nasional Keselamatan Transportasi mulai mengeringkan perekam suara di kokpit (CVR) pesawat Lion Air PK-LQP, Selasa (15/1/2019). Pengeringan dilakukan secara hati-hati agar data di dalam CVR tidak rusak.
CVR ditemukan penyelam TNI AL di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin (14/1/2019) sekitar pukul 09.00. Pencarian CVR dilakukan dengan kapal KRI Spica. Pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT-610 rute Jakarta-Pangkal Pinang jatuh di lepas pantai Karawang, Jawa Barat, pada 29 Oktober 2018.
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono mengatakan, CVR sudah berada di Laboratorium Blackbox KNKT. Proses pelepasan modul memori (memory module) yang ada di dalam crash survivable memory unit (CSMU) telah dilakukan.
”KNKT mengambil cip memori untuk dibersihkan dengan peralatan khusus. Selanjutnya, cip memori dikeringkan. Proses pengeringan harus merata dan dilakukan dengan cara khusus. Kering yang merata berfungsi untuk mencegah kerusakan cip memori,” tutur Soerjanto.
Ia menjelaskan, pengeringan dilakukan dengan cara memvakum ruangan tempat cip memori diletakkan di dalam CVR. Vakum akan membuat seluruh bagian cip memori kering secara merata.
Langkah ini bertujuan mencegah kerusakan cip memori. Setelah dikeringkan, cip tersebut akan dipasang pada modul atau chasing baru. KNKT memiliki lebih dari 10 macam chasing CVR yang dapat digunakan.
”Setelah dikeringkan dan dipasang chasing baru, maka dilakukan pengunduhan. Dalam pengunduhan, akan dicek jumlah data yang ditransfer dari memory module. Setelah jumlah data dicek, maka akan diputar atau dibunyikan,” lanjutnya.
Dicatat
Dalam modul memori, terdapat data komunikasi antara pilot dan petugas menara pengawas, komunikasi kopilot dan petugas menara pengawas, serta merekam komunikasi yang terjadi di dalam kokpit.
Selain itu, ada juga bunyi-bunyi tertentu yang terjadi di dalam kokpit, seperti bunyi tanda siaga (alert), peringatan (warning), dan bunyi klik-klik.
Ketika data dari modul memori teridentifikasi akan dibuat komparasi komunikasi antara pilot dan menara pengawas dengan kopilot dan menara pengawas. Percakapan-percakapan yang terjadi akan ditranskrip beserta waktunya. Bunyi-bunyi yang muncul saat percakapan juga akan dicatat.
”Investigator bertugas mencocokkan data CVR dengan data dari FDR (perekam data penerbangan). Setelah itu, akan dianalisis dan disimpulkan penyebab kecelakaan pesawat,” ucap Soerjanto.
CVR ditemukan di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat. Pencarian difokuskan pada area seluas 5 meter x 5 meter yang diperkirakan terdapat CVR di dalamnya. Jarak area itu sekitar 50 meter di lokasi penemuan FDR.
”Berdasarkan pencarian sebelumnya, kami menentukan area pencarian seluas 5 meter x 5 meter yang jadi titik fokus pencarian CVR,” katanya.
Kendala yang dialami dalam pencarian ialah kondisi dasar laut yang berlumpur dan arus yang deras. Selain itu, terdapat pipa milik Pertamina dan kabel bawah laut di dekat lokasi pesawat jatuh.
Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut Laksamana Muda Harjo Susmoro mengatakan, saat pencarian, tim penyelam terlebih dahulu menemukan akselerometer dari CVR. Tim berasumsi bahwa letak CVR tidak jauh dari lokasi penemuan akselerometer.
”Tim fokus mencari di sekitar lokasi, mengangkat puing-puing, dan menyemprot lumpur dengan ketebalan lebih dari 30 sentimeter. CVR ditemukan di bawah lumpur,” ujar Harjo. (FRANSISKUS WISNU WARDHANA DHANY)