JAKARTA, KOMPAS — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan menyatakan bahwa program kendaraan listrik di Indonesia harus terwujud. Pengembangan kendaraan listrik penting untuk mengurangi ketergantungan pada minyak.
”Kenapa perlu mobil listrik? Ini bisa mengurangi impor. Mobil listrik harus jalan. Kalau tidak, impor BBM (bahan bakar minyak) kita bisa capai 1 juta barel per hari pada 2030 nanti,” kata Jonan dalam acara Pertamina Energy Forum 2018, Kamis (29/11/2018), di Jakarta.
Jonan mengakui, harga mobil listrik memang terbilang mahal untuk di Indonesia karena harus diimpor dalam bentuk utuh. Ia menyebut sebuah merek mobil listrik yang harganya lebih dari Rp 5 miliar per unit. Oleh karena itu, pemerintah akan mendorong industri kendaraan listrik di dalam negeri.
”Kalau sepeda motor listrik saya punya. Saya beli seharga Rp 15 juta. Mobil listrik masih mahal, gaji saya sebagai menteri tidak cukup untuk beli,” ucap Jonan.
Menurut Direktur Institute for Essential Services Reform Fabby Tumiwa, percepatan pemakaian kendaraan listrik di kota besar dapat membantu mengurangi defisit perdagangan migas Indonesia. Dengan perhitungan minimal sepeda motor yang melaju di Jakarta 1 juta unit per hari dan mobil minimal 400.000 unit per hari, konsumsi BBM oleh kedua jenis moda transportasi tersebut sekitar 4 juta liter per hari. Apabila seluruhnya dapat dialihkan menjadi kendaraan listrik, penghematan impor BBM adalah 4 juta liter per hari atau 9,2 juta barel dalam setahun (1 barel setara 159 liter).
”Penerapan kendaraan listrik, khususnya di kota besar, bisa dipercepat dengan penerbitan regulasi berupa pelarangan penggunaan kendaraan berbahan bakar minyak di jalan raya, termasuk pemberian insentif potongan harga untuk pembelian kendaraan listrik baru,” ujar Fabby.
Mengenai kendaraan listrik, kajian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi menyatakan, percepatan program kendaraan listrik nasional dapat menjadi sumber energi pengganti BBM di sektor transportasi, khususnya di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) adalah wilayah dengan tingkat konsumsi BBM untuk transportasi yang sangat dominan di Indonesia. Pada 2016, kebutuhan energi sektor transportasi di wilayah Jabodetabek adalah 39,3 juta barel setara minyak (BOE) dan meningkat signifikan menjadi 210,4 juta BOE pada 2050.