Tim DVI Polri Identifikasi 17 Jenazah
JAKARTA, KOMPAS — Usaha tim disaster victim identification atau DVI Polri terus membuahkan hasil. Selasa (6/11/2018) malam, tim DVI berhasil mengidentifikasi 17 jenazah melalui analisis sidik jari dan DNA.
”Berdasarkan hasil sidang rekonsiliasi, tim DVI berhasil mengidentifikasi 17 penumpang. Ini semua juga berkat doa keluarga korban dan masyarakat Indonesia,” kata Kepala Bidang DVI Polri Ajun Komisaris Besar Lisda Cancer dalam jumpa pers di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur.
Ke-17 korban tersebut terdiri dari 15 laki-laki dan dua perempuan. Sebanyak 12 korban teridentifikasi melalui identifikasi DNA, sedangkan lima lainnya melalui sidik jari.
Para korban yang teridentifikasi melalui DNA adalah Cosa Rianda Sahab (39), laki-laki; Dony (45), laki-laki; Daniel Suharja Wijaya (30), laki-laki; Herjuna Darpito (47), laki-laki; Nurul Dyah Ayu Sitharesmi (54), perempuan; Paul Ferdinand Ayorbaba (43), laki-laki; Rabagus Noerwito Desi Putra (26), laki-laki; Martono (35), laki-laki; Ariawan Komardy (37), laki-laki; Ibnu Fajar Riyadi Hantoro (33); Matthew Bongkal (13), lali-laki; dan Mack Stanley (31), laki-laki.
Sementara itu, para korban yang teridentifikasi melalui sidik jari adalah Wahyu Alldilla (32), laki-laki; Ubaidillah Salabi (55), laki-laki; Imam Riyanto (44), laki-laki; Mawar Sariati (39), perempuan; dan Tesa Kausar (37), laki-laki.
”Dengan tambahan 17 jenazah yang telah teridentifikasi, total korban yang telah teridentifikasi adalah 44 penumpang yang terdiri dari 33 laki-laki dan 11 perempuan,” kata Wakil Kepala Bidang DVI Komisaris Besar Triawan Marsudi.
Memasuki waktu 10 hari proses evakuasi jenazah dari korban kecelakaan pesawat Lion Air PK-LQP, Lisda mengatakan, proses identifikasi tetap bisa dilakukan. ”Walaupun ada bagian yang sudah rusak, identifikasi melalui DNA masih bisa diproses. Yang terpenting inti selnya,” ujar Lisda.
Ia menambahkan, jenazah yang sudah sembilan hari di dalam air laut tidak menjadi kendala dalam proses identifikasi. Identifikasi masih mungkin dilakukan, bahkan untuk kerangka yang sudah berumur ratusan tahun. Dengan demikian, tidak ada batasan waktu untuk bisa melakukan identifikasi.
Bersama identifikasi ordontologi atau struktur gigi, pengujian sampel DNA dan sidik jari termasuk metode identifikasi primer. Menurut Lisda, akurasi identifikasi primer tergolong tinggi sehingga tidak diperlukan identifikasi sekunder. Meski demikian, pihaknya tetap melakukan pengecekan silang dengan data-data di posko antemortem yang diberikan keluarga, seperti SIM, ijazah, paspor, foto, atau ciri-ciri tubuh lain yang diketahui keluarga.
Saat ini, tim DVI telah memiliki 429 sampel DNA. Lisda mengatakan, beberapa bagian tubuh yang berhasil diungkap identitasnya merupakan milik satu individu.
Adapun, sampai hari kesembilan, masih ada 145 korban yang belum teridentifikasi. Lisda menegaskan, proses identifikasi masih akan berlangsung. Apalagi, pada Selasa malam, tim search and rescue (SAR) gabungan masih menemukan jenazah di lepas pantai Karawang, Jawa Barat. Dilaporkan jenazah-jenazah tersebut dibawa dalam 19 kantong jenazah. ”Kami masih menerima dan mengirim sampel DNA ke laboratorium postmortem,” kata Lisda.
Serah terima jenazah
Serah terima jenazah dilaksanakan pada malam ini, Selasa, dalam bentuk dokumen berisi surat keterangan kematian. Nantinya, maskapai yang akan menyerahkan kepada keluarga. Bagi keluarga yang belum siap untuk mengambil jenazah, Tim DVI Polri akan memberikan kesempatan hingga besok pagi.
Penyerahan jenazah langsung dilakukan setelah diumumkannya daftar nama yang teridentifikasi pada pukul 20.00. Penyerahan dilakukan secara simbolis dengan keberadaan 17 peti yang diletakkan berbaris di Posko Postmortem RS Polri Kramatjati.
Proses tersebut dipimpin Kepala Instalasi Kedokteran RS Polri Komisaris Besar Edy Purnomo bersama dengan perwakilan dari maskapai Penerbangan Lion Air. Adapun teknis penyerahan ditangani penanggung jawab dari pihak Lion Air, Redi Irawan.
Untuk urusan selanjutnya, Redi mengatakan, setiap keluarga akan dibantu oleh satu petugas dari pihak Lion Air. ”Selanjutnya disesuaikan dengan rencana setiap anggota keluarga, kapan dan di mana jenazah akan dimakamkan, kami coba bantu,” tuturnya.
Perkembangan investigasi
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi Soerjanto Tjahjono mengatakan, saat ini tim investigasi tengah memverifikasi data yang ada di flight data recorder (FDR).
Sejauh ini, data dari FDR yang merekam 69 jam dari 19 penerbangan, termasuk penerbangan JT 610, sama dengan data yang terekam di radar. ”Itu artinya data dalam FDR ini bagus,” ucap Soerjanto dari atas Kapal Perang Republik Indonesia Banda Aceh seusai kegiatan doa bersama dan tabur bunga di perairan Karawang, Jawa Barat.
Hingga Selasa siang, sinyal ping dari cockpit voice recorder (CVR) masih belum terdengar. Hal itu ditegaskan Kepala Basarnas M Syaugi, Selasa sore. ”Hal itu tidak akan menghalangi proses pencarian CVR, selain pencarian korban kami juga akan cari komponen-komponen pesawat yang diperlukan untuk investigasi,” ujar Syaugi.
Saat ini, KNKT tengah mencatat komponen apa saja yang diperlukan untuk mendukung data FDR. Salah satu yang disebutkan oleh Soerjanto adalah non-volatile memory (NVM), memori yang datanya dapat ditulis dan dihapus, tetapi data tetap ada walaupun dalam kondisi mesin mati. Meskipun NVM tidak didesain untuk bertahan saat terendam air laut, Soerjanto tetap berharap benda itu bisa ditemukan untuk melengkapi penelitian.
Di dalam NVM, investigator bisa mendapatkan data-data yang tidak terekam di black box atau kotak hitam. Data itu, misalnya, data engine instruments yang berfungsi memberikan data atau informasi kepada penerbang tentang kondisi mesin pada kondisi saat itu.
Menurut analisis sementara, Soerjanto mengatakan, pesawat yang jatuh itu sempat mengalami unreliable air speed pada empat penerbangan terakhirnya. ”Ada perbedaan kecepatan yang terjadi di sisi captain side dan copilot side,” kata Soerjanto. Adanya temuan ini membuat KNKT perlu berdiskusi lebih lanjut dengan pihak Boeing dan pilot-pilot yang menerbangkan pesawat itu sebelumnya.
Jika memang ditemukan masalah pada sistem atau mesin pesawat, Soerjanto menjelaskan, idealnya pilot melapor dengan cara menulis di maintenance log. Sebab, dari maintenance log, teknisi akan memperbaiki kerusakan yang dikeluhkan pilot. Soerjanto menambahkan, biasanya kalau proses perbaikan belum selesai atau belum dilakukan, pilot memilih untuk tidak jadi terbang.
Sementara itu, terkait laporan akhir hasil investigasi, menurut Soerjanto tidak akan disampaikan semua secara detail kepada publik. Hal-hal yang akan disampaikan adalah terkait rekomendasi-rekomendasi yang esensial dan krusial sehubungan dengan keselamatan penerbangan. Jika masyarakat ingin mengetahui lebih detail terkait data-data investigasi, Soerjanto mengatakan masyarakat bisa datang langsung ke KNKT untuk bertanya.
Adapun untuk barang-barang temuan milik korban saat ini tengah dikumpulkan menjadi satu dengan wreckage pesawat. Sebab, barang-barang tersebut akan lebih dulu disterilkan dengan disinfektan. Jika sudah selesai dibersihkan, barang-barang kepunyaan korban akan dikembalikan ke pihak keluarga.
(KRISTIAN OKA PRASETYADI/FRANSISCA NATALIA ANGGRAENI/KRISTI DWI UTAMI/ADITYA DIVERANTA)