Ditemukan Anomali Indikator Kecepatan Udara
JAKARTA, KOMPAS - Hari kedelapan pascajatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP, Komite Nasional Kecelakaan Transportasi/KNKT bersama Boeing dan National Transportation Safety Board/NTSB dari Amerika Serikat menemukan kerusakan pada indikator kecepatan udara. Kerusakan ditemukan di empat penerbangan terakhir.
“Dari 19 penerbangan yang terekam dalam flight data recorder (FDR), ditemukan kerusakan pada indikator kecepatan udara pada empat penerbangan terakhir secara berurut,” kata Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono di Jakarta, Senin (5/11/2018).
Soerjanto memastikan, sesuai FDR, memang ada masalah teknis dalam penerbangan rute Denpasar-Jakarta. Masalah teknis itu kerusakan pada indikator kecepatan udara.
Sebelum pesawat dinyatakan laik terbang, pilot akan menulis jenis kerusakan. Lalu, teknisi memperbaiki dan menulis yang sudah dilakukan. Jika perbaikan sesuai standar buku petunjuk pengoperasian pesawat yang dikeluarkan Boeing, pesawat dapat dinyatakan laik terbang.
“Kami belum tahu masalahnya di mana. Kalau di sensor kecepatan, sensor ini dipakai untuk instrumen lain. Akibatnya, penunjuk di instrumen lain menjadi tidak akurat. Ini salah satu yang menyulitkan pilot melihat "sebenarnya bagaimana kondisi pesawat saya",” kata Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan Nurcahyo Utomo.
Kerusakan indikator kecepatan udara Lion Air, kata dia, merupakan anomali. Tak ada pesawat lain selama ini yang mengalami kerusakan tersebut.
“Sementara ini, belum ditemukan ada kerusakan lain. Kami fokus dan terus meneliti, kerusakan ini akibat apa. Kami menyebut kerusakan indikator kecepatan udara sebagai malfungsi,” papar Nurcahyo.
Kerusakan pada indikator kecepatan udara bisa terjadi pada penunjuk yang dilihat pilot, kabel, komputer, atau sensor dalam komputernya rusak.
Mengenai temuan bagian-bagian pesawat dalam bentuk serpihan menunjukkan pesawat jatuh dengan kekuatan sangat besar saat menyentuh permukaan laut. "Ini menunjukkan saat jatuh, mesin dalam kondisi hidup dan memiliki energi sangat besar," kata Soerjanto saat pemaparan proses evakuasi korban.
Saat ini, KNKT sedang mengumpulkan data perbaikan selama kerusakan. Mereka akan mempelajari detail, baik dari wawancara penerbang sebelumnya maupun perbaikan oleh teknisi.
“Interview dengan pilot yang menerbangkan dari Denpasar ke Jakarta sudah dilakukan. Rencananya dalam minggu ini akan ada interview pilot yang menerbangkan dari Manado ke Denpasar," kata Nurcahyo.
CVR terus diburu
Hingga kemarin, selain mencari dan mengidentifikasi jenasah, tim SAR gabungan masih memburu perekam percakapan kokpit (CVR).
Tim penyelam Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI Angkatan Laut bergerak dari Posko Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat. Kemarin, mereka menemukan 19 jasad dan puing.
“Saat menyelam sedalam 31 meter, tim pembawa detektor sonar mendengar sinyal CVR. Namun, sinyal itu menghilang,” ujar Komandan Satuan Kopaska Komando Armada I Kolonel Laut Johan Wahyudi.
Penyelaman Selasa dan Rabu akan dilanjutkan ke lokasi tim mendengar sinyal CVR itu. Tim akan mencari pukul 07.00-17.00. “Kami akan maksimalkan masa perpanjangan pencarian ini untuk mencari CVR dan jasad korban, baik di dalam air maupun permukaan,” ujarnya.
Proses pencarian CVR belum dapat dipastikan sampai kapan. Meski hari ini Kapal Baruna Jaya 1 yang mencari CVR bersandar di pelabuhan Muara Baru, namun pencarian tetap dilakukan.
Nurcahyo mengatakan, pencarian hari ini dilakukan dengan menitipkan dua ping locater kepada Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) serta Komando Pasukan Katak (Kopaska). Lokasi CVR sebenarnya sudah terdeteksi, namun sinyal yang lemah menyulitkan pencarian.
“Lokasinya tidak jauh dari Kapal Victory, hanya saja waktu malam mendeteksi itu sudah gelap, akhirnya lokasi ditandai. Besok paginya, lokasi yang ditandai hilang. Akhirnya cari lagi dan ditemukan di belakang Kapal Victory,” papar Nurcahyo.
Sebelumnya, pihak KNKT juga bertekad menemukan CVR. “Saya tidak mau kalau cockpit voice recorder tidak ditemukan. Saya masih akan terus berusaha,” ujar Soerjanto. Bila hingga masa perpanjangan waktu berakhir CVR belum ditemukan, KNKT berkomitmen terus mencari.
Rekaman suara di dalam kokpit sangat penting untuk mengetahui gambaran utuh penyebab jatuhnya Lion Air PK-LQP.
Identifikasi jenazah
Hingga Senin malam, Tim Disaster Victim Investigation (DVI) Polri kembali mengidentifikasi 13 jenazah. Jenazah teridentifikasi melalui tes DNA dan sidik jari.
Ditambah 13 jenazah yang teridentifikasi Minggu lalu, berarti ada 27 jenazah teridentifikasi dari total 189 penumpang Lior Air. "Walaupun proses pencarian selesai, kami akan tetap melanjutkan identifikasi jenazah yang kami terima. Sidang rekonsiliasi akan kami lakukan sampai 189 penumpang teridentifikasi," kata Kepala Bidang DVI Polri Ajun Komisaris Besar Lisda Cancer. Hingga Senin malam, pihaknya menerima dan memeriksa 137 kantong jenazah berisi bagian tubuh korban.
Lisda mengatakan, proses identifikasi jenazah akan dilakukan semaksimal mungkin melalui prosedur identifikasi postmortem, baik identifikasi primer maupun sekunder. Identifikasi primer terdiri dari pemeriksaan DNA, gigi, dan sidik jari. Sementara identifikasi sekunder dilakukan dengan pemeriksaan medis dan properti.
"Untuk identifikasi dengan sidik jari, keberhasilannya akan sulit dilakukan jika potongan tubuh yang ditemukan sudah hampir dua minggu. Kalau dengan DNA masih sangat memungkinkan," jelas dia.
Di Pangkal Pinang, jenazah pertama asal Bangka Belitung Karmin (68), tiba di Bandara Depati Amir, Senin pagi. Keluarga para korban masih menanti 55 korban lainnya.
Kepada pers, Kepala Basarnas Marsekal Madya M Syaugi mengatakan, proses pencarian dan evakuasi yang diperpanjang hingga Rabu besok, masih mungkin diperpanjang lagi. "Mudah-mudahan dengan tambahan waktu tiga hari ini, jika masih ada penemuan jenazah akan kami kirim segera ke RS Polri. Kami tidak akan berhenti,” ujar dia.
Tim gabungan Basarnas akan terus berusaha beroperasi 24 jam. Para penyelam TNI, Polri, juga Basarnas masih dalam kondisi prima.
Hari Selasa ini, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga mengajak keluarga penumpang melakukan doa bersama dan tabur bunga di perairan Tanjung Karawang. “Kami ingin memberikan kesempatan kepada keluarga penumpang untuk melihat titik kejadian. Adapun, kami ingin menunjukkan upaya yang dilakukan oleh tim gabungan dalam proses evakuasi di lapangan, sehingga keluarga dapat mengetahui kerja keras tim gabungan di sana,” ujar Budi.
Pihak TNI akan memfasilitasi kegiatan doa bersama dan tabur bunga. Setidaknya dua kapal perang disiapkan untuk membawa keluarga penumpang, yaitu, KRI Banjarmasin dan KRI Banda Aceh.
Panglima Komando Armada I Laksamana Muda TNI Yudo Margono mengatakan, kapal diberangkatkan dari Tanjung Priok menuju titik kejadian sekitar jam delapan pagi. Jarak yang akan ditempuh sekitar 24 mil laut dalam waktu dua jam. “Keluarga penumpang dapat melihat langsung lokasi jatuhnya pesawat dan memanjatkan doa di sana,” ucap Yudo.
(E01/E02/E03/E04/E05/E12/E16/E18/E19/E20/E22/ARN/TAM/RTG/RAM)