Misteri jatuhnya Lion Air di perairan Karawang diharapkan segera jelas setelah muncul sinyal yang diyakini dari kotak hitam pesawat. Tim pencari berfokus mencari kotak hitam.
Oleh
·4 menit baca
Misteri jatuhnya Lion Air di perairan Karawang diharapkan segera jelas setelah muncul sinyal yang diyakini dari kotak hitam pesawat. Tim pencari berfokus mencari kotak hitam.
JAKARTA, KOMPAS - Kapal Riset Baruna Jaya I BPPT bersama Tim Pencarian dan Pertolongan gabungan, Rabu (31/10/2018), menemukan sinyal "ping" yang diduga kuat berasal dari kotak hitam pesawat Lion Air bernomor registrasi PK-LQP yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin lalu.
Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam BPPT Hammam Riza mengatakan, sinyal dari kotak hitam terdeteksi oleh alat transponder USBL Kapal Baruna Jaya I BPPT, sekitar pukul 12.25.
Lokasi serpihan dan kotak hitam pesawat berjarak sekitar 15 km ke Tanjung Karawang, Kabupaten Karawang.
Kotak hitam ini penting karena alat tersebut menyimpan data penerbangan dan data suara sebelum pesawat jatuh. Setelah ditemukan, seluruh data pada kotak hitam akan diunduh, diverifikasi, dan dianalisis. Hasilnya bisa membuka misteri penyebab jatuhnya Lion Air, Senin pagi.
Kepala Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono mengatakan, proses analisis ini bisa memakan waktu 3-5 bulan, tergantung kompleksitas data.
Deputi Bidang Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas Nugroho Budi Wiryanto, dalam konferensi pers di Kantor Pusat Basarnas, mengatakan, rencana operasi pada Kamis, 1 November, akan berfokus pada pencarian kotak hitam. "Akan ada empat kapal yang dilengkapi dengan alat-alat pendeteksi bawah laut yang akan kita fokuskan untuk itu," katanya.
Meskipun demikian, pencarian di atas permukaan air laut tetap dilakukan, termasuk pencarian korban.
Jika nantinya kotak hitam berhasil ditemukan, evakuasi korban tetap dilakukan. "Upaya pencarian korban akan terus dilakukan hingga batas waktu maksimal," imbuh Nugroho.
Pencarian kotak hitam ini dilakukan tim penyelam segera setelah sinyal mulai terpantau kemarin.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang sempat mengunjungi KR Baruna Jaya, mendengar ada dua sinyal ping. "Berbunyi ping ping, suara itu ada. Sifatnya semakin dekat, semakin kencang," ungkapnya.
Tim Pencari dan Penyelamat jatuhnya Lion Air fokus mencari tubuh pesawat ke arah barat laut, dengan jarak kurang lebih 400 meter dari titik koordinat jatuhnya pesawat.
"Kami sudah lihat di dasar laut, bukan di atas. Jadi kami yakin di sekitar situ pasti ada bangkai pesawat yang besar. Sinyal lokasinya sudah berbunyi, hanya visualnya saja yang belum terlihat karena arusnya cukup deras," ujar Kepala Basarnas Marsekal Madya Muhammad Syaugi, saat konferensi pers di JICT, Tanjung Priok, Jakarta, kemarin malam.
Kepala Dinas Penyelamatan Bawah Air (Dislambair) Komando Armada 1 Kolonel Monang Sitompul menjelaskan, hingga pukul 17.00, penyelam belum menemukan penampakan pesawat. Penyelaman terus dilakukan sesuai dengan informasi yang diberikan KRI Rigel dan KR Baruna Jaya I yang memiliki peralatan deteksi bawah laut.
“Menurut laporan penyelam, mereka hanya melihat serpihan kecil dan barang-barang yang diduga milik korban,” ujarnya.
Monang memaparkan, kecepatan arus bawah laut cukup kencang, mencapai 10 knot. Akibatnya, beberapa serpihan terhanyut sehingga pencarian tidak bisa terfokus di satu titik saja. “Kalau barang-barang yang lebih ringan, sudah pasti akan terseret arus,” ujarnya.
Salah seorang penyelam Dislambair, Fery (30), menceritakan, di titik terakhir pencarian di dasar laut, terdapat serpihan pesawat, pelampung untuk penumpang, dan beberapa lembar uang yang berserakan. Namun, rangka pesawat belum ditemukan.
Pemeriksaan pejabat
Kemarin, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meminta Direktur Teknik Lion Air Muhammad Asif dibebastugaskan untuk kepentingan pemeriksaan terkait jatuhnya Lion Air.
"Kami minta (pihak Lion Air) membebastugaskan Dirtek dan mengganti dengan orang yang lain. Begitu juga perangkat-perangkat teknik lain yang waktu itu ikut merekomendasi penerbangan tersebut," katanya.
Kementerian Perhubungan akan mengintensifkan rampcheck (pemeriksaan di tempat), terutama terhadap Lion Air.
Namun, Kemenhub belum memberikan sanksi kepada Lion Air. "Sanksi secara korporasi akan diberikan setelah ada hasil dari KNKT," katanya.
Corporate Communication Lion Air Group Danang Mandala mengatakan, Lion Air akan melaksanakan arahan dan keputusan Kemenhub untuk merumahkan serta memberhentikan Muhammad Asif yang menjabat sebagai Direktur Teknik Lion Air. "Lion Air telah menunjuk Muhammad Rusli sebagai Pelaksana Tugas Direktur Teknik Lion Air," katanya.
Terkait identifikasi jenazah, petugas DVI Polri mengidentifikasi satu korban atas nama Jannatun Cintya Dewi. Identifikasi ini diperkuat jari tengah tangan kanan Jannatun yang menggunakan cincin emas dan cocok dengan dokumen foto terbaru dari keluarga korban. Jenazah diserahkan ke keluarga, kemarin malam.