TANGERANG, KOMPAS - Tetangga dan keluarga mendatangi rumah penerbang Lion Air, kopilot Harvino, yang mengalami kecelakaan di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10/2018). Berbagai pelayanan kedukaan telah disiapkan, sembari terus menunggu kabar dari yang berwenang. Bagaimana pun, mereka berharap Harvino ditemukan selamat.
Tenda beratap terpal hijau dan kursi-kursi plastik memenuhi jalanan di depan rumah korban di Serpong Green Park 2 Blok F 19, Ciater, Serpong, Tangerang Selatan. Dengan tenang, para keluarga dan tetangga bergantian menyambangi rumah pria 41 tahun tersebut sejak tengah hari. Selepas magrib, keluarga menggelar doa bersama di rumah.
Kabar jatuhnya pesawat B737-8 Max milik Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 rute Jakarta - Pangkal Pinang, membuat kakak korban Novi Cahyadi (44) meninggalkan kantornya di Jakarta. Ia baru mendengar berita tentang musibah tersebut sekitar jam 9 pagi. "Saya berharap adik saya masih dapat ditemukan selamat," tuturnya.
Hal serupa juga disampaikan adik korban, Vinni Wulandari (36). Sejauh ini, ia baru mendapatkan kabar dari pihak Basarnas yang mengatakan bahwa pencarian korban masih berlanjut. Ia juga terus menanti kabar dari otoritas bandara melalui kerabatnya.
"Saya berharap ada mukjizat yang bisa menyelamatkan kakak saya," ujar Vinni yang sempat terisak ketika pertama sampai di kediaman kakak termudanya. Ia mengatakan, terakhir berkomunikasi dengan Harvino dua hari lalu. Beberapa waktu lalu, ia juga sempat mengetahui kondisi gigi berlubang yang membuat Harvino tidak bisa menerbangkan pesawat.
Vinni mengungkapkan dia akan sangat terpukul jika kakaknya tidak ditemukan. Pasalnya, kedua orangtua mereka telah tiada. Selain itu, ketiga anak Harvino juga masih sangat kecil.
Sejak siang tadi, istri korban masih menenangkan diri di dalam rumah dan belum dapat dimintai keterangan. Sang istri tinggal bersama satu putri dan dua putra. Anak tertuanya masih duduk di kelas 3 sekolah dasar, sementara yang terkecil baru berusia 10 bulan.
Saat ini, berbagai pelayanan kedukaan telah disiapkan tetangga korban, termasuk berbagai konsumsi untuk warga yang menengok keluarga.
Menurut Assi Rahayu (42), anggota Aksi Cepat Tanggap Kedukaan di lingkungan Serpong Green Park 2, upaya ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian lingkungan jika di antara 163 kepala keluarga yang tinggal di daerah tersebut mengalami kedukaan.
"Kami berupaya mempersiapkan kemungkinan terburuk," kata Ayu. Pihak tetangga dan saudara korban bahkan sudah membicarakan persiapan pemakaman untuk Harvino.
Hingga berita ini ditulis, warga yang silih berganti mendatangi rumah korban. Tidak hanya keluarga dan tetangga, tetapi juga guru dan murid tempat dua anak Harvino bersekolah.
Sosok religius
Selama kurang lebih tiga tahun tinggal di lingkungan perumahan Serpong Green Park 2, Harvino dikenal tetangga sebagai sosok yang ramah dan religius. Hal ini menjadi alasan ia memilih rumah di depan musala Bustanul Akhdar. Di musala itu juga, Harvino kerap mengikuti pengajian warga setiap Minggu subuh.
"Minggu subuh kemarin beliau masih ikut pengajian. Beliau bahkan sempat membuat kopi untuk bapak-bapak yang ikut pengajian pagi hari kemarin," cerita Ayu. Beberapa tetangga juga mengaku sering melihat Harvino salat berjamaah di musala tersebut, meski jam terbangnya tinggi.
Harvino kelahiran Jakarta berdarah Minang-Jawa ini bekerja di Lion Air lima tahun terakhir telah memiliki pengalaman 5.100 jam terbang. Menurut keluarga, sebelumnya, ia bekerja sebagai petugas Air Traffic Control Angkasa Pura I di Semarang, Jawa Tengah sekitar 10 tahun.
Selain Harvino, pilot Captain Bhavye Suneja juga masih hilang. Pilot berkebangsaan India tersebut memiliki pengalaman lebih dari 6.000 jam terbang. Menurut profil Bhavye di LinkedIn, ia sudah menjadi pilot Lion Air selama tujuh tahun delapan bulan terhitung sejak Maret 2011.
Sebelum bekerja di Lion Air, Bhavye menjadi pilot magang di maskapai penerbangan Uni Emirate Arab, Emirates, selama empat bulan. Ia mendapatkan lisensi Commercial Pilot License (CPL) untuk membawa pesawat komersial dari Bel-Air International, Amerika Serikat.
CEO Lion Air Edward Sirait mengatakan, jam terbang penerbang tersebut cukup untuk mengoperasikan pesawat jenis Boeing 737 MAX 8.
Menurut pemberitaan Kompas, pesawat tipe tersebut terhitung baru. Maskapai Lion Air pertama kali mengoperasikan pesawat tersebut pada pertengahan 2017. Boeing dengan panjang 39,5 meter tersebut dapat membawa 180 pemumpang. (ERIKA KURNIA)