Erna Witoelar: Semua Orang Memiliki Jiwa Kedermawanan
Oleh
Satrio Pangarso Wisanggeni
·4 menit baca
Semangat membantu orang lain dan jiwa kedermawanan dimiliki oleh seluruh masyarakat Indonesia. Erna Witoelar, meyakini hal itu. Mantan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah periode 2000-2001 tersebut juga percaya, pekembangan teknologi informasi akan semakin mempermudah keterlibatan masyarakat dalam berbagai kegiatan filantropi.
Erna, yang memimpin Dewan Pengarah Perhimpunan Filantropi Indonesia bersama dengan Direktur Indofood Franky Welirang, akan menggelar Indonesia Philanthropy Festival 2018 pada 15–17 November 2018. Acara tersebut diharapkan dapat meningkatkan kerja sama antarlembaga filantropi di Indonesia dalam memberikan, termasuk meraih berbagai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB (Sustainable Development Goals/SDGs)
Berikut wawancara dengan Erna dalam kunjungannya ke Redaksi Harian Kompas pada Jumat (26/10/2018).
Tanya (T): Apa tujuan dari Indonesia Philanthrophy Festival 2018 mendatang?
Jawab (J): Saat ini, organisasi filantropi terus bertambah dan makin banyak variasinya. Kami ingin berfokus pada contoh-contoh kegiatan yang telah dilakukan dan yang juga berdasarkan inovasi sehingga telah menghasilkan dampak. Maka dari itu tema yang diangkat adalah “Dari Inovasi ke Dampak”.
Tema ini dipilih karena banyak inovasi-inovasi baru dalam menggalang dana dari masyarakat, menjalankan suatu kampanye, dan dalam mendukung berbagai kegiatan filantropi yang dilakukan diluar kebiasaan, yakni dengan teknologi informasi.
Kami juga tetap berfokus pada bagaimana meraih berbagai tujuan SDGs di Indonesia.
(Sustainable Development Goals/SDGs atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2015 berisi 17 tujuan dan 169 target yang telah ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia dalam pembangunan. Tujuan-tujuan yang telah disetujui oleh 193 negara tersebut antara lain adalah: penghapusan kemiskinan, kelaparan, penyediaan air bersih, energi bersih dan terjangkau, penanganan perubahan iklim dan ekosistem laut, serta kemitraan)
T: Apa peran lembaga filantropi terhadap upaya-upaya meraih tujuan SDGs?
J: Perlu dipahami bahwa upaya meraih SDGs bukanlah tugas pemerintah saja, tetapi juga banyak orang. Pada waktu pembuatannya pun bukan hanya perwakilan berbagai pemerintahan di dunia tetapi juga ada usaha dari dunia usaha, masyarakat sipil dan universitas. Itu yang membuat tujuan SDGs begitu luas. Sehingga kepemilikan atau ownership-nya pun di banyak orang. Itu yang kami mau angkat bahwa siapapun bertanggung jawab atas SDGs, dan semua pihak memiliki tugas untuk meraihnya.
Bersamaan dengan itu, kami juga ingin menunjukkan bahwa siapapun tidak bisa sendiri dan harus bermitra dalam meraih tujuan-tujuan SDGs.
Nah, filantropi ini menjembatani upaya-upaya meraih SDGs dari berbagai pihak. Kadang-kadang kami membiayai dan juga mendukung dengan kerelawanan.
T: Apa pentingnya masyarakat mengetahui tentang berbagai kegiatan filantropi di Indonesia?
J: Masyarakat perlu tahu apa sih filantropi itu dan bisa melihat bahwa yang dikerjakan oleh organisasi filantropi adalah hal-hal yang dekat dengan masyarakat; di bidang kesehatan, pendidikan, dan juga lingkungan. Akan tetapi, cara yang dilakukan oleh organisasi filantropi dalam membangun hal-hal tersebut berbeda dengan apa yang dilakukan pemerintah atau perguruan tinggi. Kami saling mengisi.
Semua orang punya dasar menjadi filantropis. Mungkin kita pernah membantu keponakan kita yang perlu bantuan biaya sekolah; ketika ada yang meninggal kita juga langsung memberikan sumbangan. Saudara-saudara kita yang beragama Islam sudah rutin lewat zakat, sedangkan yang beragama Kristen juga setia ke gereja. Jadi, ada budaya menyumbang di sini. Kedermawanan ada di semua orang, bukan hanya di kami yang menyebut diri sebagai organisasi filantropi.
Kedermawanan ada di semua orang, bukan hanya di kami yang menyebut diri sebagai organisasi filantropi.
T: Apa harapan dari terselenggaranya Indonesia Philanthrophy Festival 2018 untuk masyarakat luas?
Kami berharap acara ini bisa menginspirasi bahwa orang tidak perlu tunggu jadi kaya atau berusia tua untuk berderma. Itu adalah message yang saya harap dapat kuat terangkat.
Hal lain yang akan diangkat pada IPFest 2018 adalah gerakan kerelawanan yang saya rasa sama pentingnya dengan kedermawanan. Kini banyak sekali masyarakat yang secara spontan tergerak menjadi relawan dan dampaknya besar sekali. Inovasi-inovasi untuk menggalang kerelawanan itu pun juga banyak. Sehingga ada acara khusus di mana kerelawanan itu diakui dan diangkat.
Semoga makin banyak orang yang merasa nyaman untuk berbagi dan melihat bahwa filantropi dapat menyatukan kita. Kita harus syukuri kalau kita masih bisa membantu sesama.