Apa yang harus dilakukan dengan gaji hanya 1 dollar per bulan? Bagaimana caranya agar bisa tetap bertahan hidup meski harus meninggalkan tanah kelahirannya.
Joli, perempuan berusia 35 tahun, terpaksa melakukan kerja prostitusi. ”Kami tak bermaksud memprostitusikan diri. Kami melakukannya karena krisis,” ucap Joli dengan suara bergetar. Ketika menyeberang perbatasan sekitar dua tahun lalu, hampir tak ada yang dia bawa, kecuali pakaian yang ada di badan.
Kisah Joli sangat mengenaskan. Tak hanya karena terpaksa menjual jiwa raganya di tempat prostitusi, lebih dari itu dia mengalami penganiayaan. Ada sekitar 60 perempuan yang bekerja di tempat prostitusi di Calamar, Kolombia. Sebagian berbohong kepada keluarga, mengaku bekerja di pabrik roti atau pekerjaan lain. Namun, akhirnya ada yang mengaku pekerjaan sesungguhnya kepada sebuah tim medis dari Dokter Dunia (MDM).
John Jaimes, psikolog di MDM, mengatakan, banyak perempuan menderita ketakutan, depresi, dan gangguan trauma. Belum lagi ada yang menderita penyakit yang disebabkan penularan dari pria konsumennya. Juga beberapa ada yang hamil tanpa dikehendaki.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, 1,9 juta orang sejak 2015 melarikan diri keluar dari Venezuela. Kemiskinan dan krisis politik membuat banyak orang sulit bertahan hidup di Venezuela. Alegria yang semula adalah seorang guru sejarah di Venezuela terpaksa menerima kerja sebagai pramusaji tanpa gaji, hanya mengandalkan uang tip.
”Saya mengirim hasil uang tip ke keluarga,” kata mantan guru sejarah ini. Terakhir gajinya mengajar adalah 312.000 bolivar sebulan atau setara dengan 1 dollar AS. Padahal, dia harus menghidupi enam orang keluarganya, di antaranya anak laki-lakinya.
Bisa makan
Negara tetangga Kolombia bergulat dengan arus masuk pendatang yang sangat deras dalam tahun-tahun belakangan. Pemerintah negara ini bulan lalu membuat barikade di tempat penampungan informal guna mencegah kedatangan migran lebih banyak.
Namun, rupanya para pelarian sudah merasa beruntung bisa mendapat tempat di luar Venezuela. ”Bahkan, kalau saya tidak mempunyai apa-apa, tidak ada pekerjaan, tak ada uang, ini lebih baik dari Venezuela,” kata Teran yang datang ke negara tetangga itu hanya membawa barang seadanya. ”Paling tidak di sini kami bisa makan. Orang-orang Kolombia memperlihatkan kemurahan hati dan solidaritas serta sering memberi kami makanan,” ucap perempuan berusia 38 tahun ini.
Dengan berlinang air mata, dia menyatakan tak akan kembali ke Venezuela. ”Saya tak bisa kembali ke Venezuela. Tak ada apa-apa di sana,” katanya.
Ekonomi dan politik Venezuela kian tak jelas. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan negara yang dulu pernah kaya minyak, tahun ini, mengalami inflasi 1,4 juta persen. Bahkan, tahun depan diramalkan bisa menjulang hingga 10 juta persen.
Dari 1,9 juta hingga dua juta orang Venezuela yang pergi ke luar, hampir separuhnya kini tinggal di Kolombia. Jumlah pendatang diperkirakan akan terus bertambah. Menurut pemerintah, pada tahun 2021, orang Vevezuela di sini bisa sampai empat juta orang.
Christina Velez, kepala urusan sosial di Bogota, mengatakan akan memindahkan sekitar 50 orang dari kamp ke sejumlah penampungan yang dikelola gereja. Perempuan hamil dan anak-anak menjadi prioritas. ”Ini merupakan krisis yang tidak akan selesai dalam dua pekan, tiga bulan, bahkan enam bulan. Ini baru awal krisis dan akan berakhir dalam beberapa tahun ke depan. Ini yang harus kita hadapi dan persiapkan.” (AFP/REUTERS)