JAKARTA, KOMPAS — Kebijakan ganjil genap sebagai salah satu bagian dari rekayasa lalu lintas yang digunakan untuk membatasi operasional kendaraan pribadi didukung masyarakat. Berdasarkan hasil evaluasi Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta, kebijakan ganjil genap terbukti efektif.
Salah seorang pengemudi taksi daring, Ahmad Arie Budiawan (30), mengatakan bahwa dirinya mendapatkan dampak positif dari adanya kebijakan ganjil genap. ”Kondisi jalanan jadi lebih lancar. Selama ada ganjil genap tidak pernah macet yang sampai tidak gerak, paling parah jalan dengan kecepatan 10 km per jam,” kata Budi, Jumat (31/8/2018) di Jakarta Pusat.
Dampak positif juga dirasakan Eka Putra (24), karyawan swasta yang sehari-hari menggunakan kendaraan pribadi untuk pergi bekerja. ”Perjalanan jadi lebih singkat. Biasanya butuh waktu sekitar 1 jam lebih 15 menit dari rumah ke kantor, sekarang bisa tembus 50 menit sampai 1 jam,” kata Eka. Jika terkena ganjil genap, Eka mengatakan memilih pergi bekerja dengan naik kereta rel listrik kemudian disambung dengan ojek daring.
Baik Eka maupun Budi mendukung rencana perluasan kebijakan ini. Terkait risiko penurunan pendapatan tidak dianggap Budi sebagai masalah besar. ”Rezeki sudah ada yang atur. Saya tidak ambil pusing, kalau pas kena ganjil genap ya saya pakai untuk istirahat. Ambil positifnya saja,” katanya.
Berdasarkan evaluasi Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta, ada tiga hasil positif dari pemberlakuan kebijakan ganjil-genap ini. Hal tersebut dipaparkan Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Sigit Wijatmoko pada Diskusi Kelompok Terfokus bersama dengan pihak terkait dan perwakilan masyarakat untuk membahas kebijakan ganjil genap, Jumat sore di Kantor Dinas Perhubungan DKI Jakarta.
”Hasil evaluasi menunjukkan bawah ada peningkatan kecepatan kendaraan dan penurunan waktu tempuh kendaraan, adanya peningkatan kualitas udara dan penghematan bahan bakar minyak,” ujar Sigit.
Persentase kenaikan kecepatan rata-rata kendaraan pada koridor perluasan ganjil genap sebelum perluasan ganjil genap sampai dengan minggu ke-3 bulan Agustus adalah 37 persen dibandingkan sebelum ganjil-genap. Kemudian untuk penurunan waktu tempuh kendaraan naik menjadi 30 persen.
Sementara itu, untuk layanan angkutan umum, untuk periode yang sama, juga mengalami peningkatan jumlah penumpang. Penumpang bus transjakarta naik 40 persen dari 2877.453 orang menjadi 4.034.358 penumpang. Untuk bus Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD) naik 29 persen dari 6.102 orang menjadi 7.864 penumpang. Kemudian bus Sinar Jaya juga meningkat 6 persen dari 2.699 menjadi 2.870 penumpang. ”Untuk pengguna kereta rel listrik juga naik dari 12 persen hingga 20 persen,” kata Sigit.
Adanya peningkatan kualitas udara dan penghematan bahan bakar minyak dikemukakan Ketua Komite Penghapusan Bensin Bertimbal Ahmad Safrudin.
”Kebijakan ini berpengaruh pada turunnya emisi karbon dioksida sebanyak 28 persen,” kata pria yang akrab disapa Puput tersebut. Angka tersebut melebihi target yang ditentukan, yaitu 20 persen. Adapun terkait penurunan penggunaan bahan bakar minyak selama masa pembatasan ganjil genap adalah 1,8 juta kiloliter.
”Jika kebijakan ini diterapkan terus-menerus, selama setahun kita bisa menghemat sekitar 2,96 juta kiloliter bahan bakar minyak,” kata Puput. Jika dirupiahkan, jumlah tersebut setara dengan kira-kira Rp 12 triliun.
Ubah pola pikir masyarakat
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono mengklaim bahwa melalui kebijakan ganjil genap ini pola pikir masyarakat sudah berubah. Masyarakat cenderung memilih transportasi umum karena jumlah pengguna transportasi umum juga meningkat seiring dengan ganjil genap.
Target yang ingin dicapai BPTJ setelah ganjil genap dipermanenkan adalah membuat 60 persen perjalanan atau pergerakan masyarakat Jakarta menggunakan transportasi umum. ”Untuk mencapai target ini, saat ini BPTJ sedang bekerja untuk membuat satu sistem ticketing yang berlaku untuk semua moda,” kata Bambang. Melalui sistem tersebut, nantinya masyarakat bisa langsung tersambung ke angkutan umum lainnya.
Untuk mewujudkan target tersebut, menurut Bambang, ada sebuah tantangan yang harus dijawab bersama oleh semua pihak. ”Yang menjadi tantangan saat ini adalah bagaimana kita bisa mendorong masyarakat agar semakin mencintai transportasi umum,” kata Bambang. (Kristi Dwi Utami)