Hasil hitung cepat Litbang Kompas memperlihatkan Khofifah Indar Parawansa (53) akhirnya memenangi pemilihan Gubernur Jawa Timur. Hingga pukul 15.00 pada 27 Juni 2018, suara Khofifah dan pasangannya, Emil E Dardak, berbeda nyata dibandingkan pesaingnya, Saifullah Yusuf dan Puti Guntur Soekarno, masing-masing 53,65 persen dan 46,35 persen.
Dari 17 pemilihan gubernur pada pilkada 27 Juni 2018, Khofifah adalah satu-satunya perempuan calon gubernur. Yang juga menarik, ini adalah upaya ketiga Khofifah untuk meraih kursi nomor satu di Jawa Timur.
Upaya Khofifah menuju kursi gubernur tidak mudah. Salah satu isu yang digunakan untuk menghadang langkah tokoh Muslimat Nahdlatul Ulama ini adalah jender, yaitu perempuan tidak boleh menjadi pemimpin. Pengalaman panjangnya sebagai politisi, kerja keras, dan ketekunannya mendekati masyarakat kali ini tidak berhasil menghalangi Khofifah yang sudah menjadi anggota DPR RI dari Partai Persatuan Pembangunan (1992-1997) untuk kemudian bergabung dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sejak tahun 1999 dan menjadi anggota DPR untuk dua periode.
Secara obyektif, Khofifah memiliki potensi basis pemilih perempuan. Dia pernah menjadi Ketua PP Muslimat Nahdlatul Ulama yang menjadi pendukung yang solid. Di luar itu, Khofifah selalu membawa isu jender.
Saat menjadi Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Anak pada era Presiden Abdurrahman Wahid, Khofifah pula yang berhasil mendorong lahirnya Peraturan Presiden mengenai Pengarusutamaan Gender. Dia juga menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana sebelum kemudian Menjadi Menteri Sosial pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Menurut Komisi Pemilihan Umum, jumlah daftar pemilih tetap di Jawa Timur sebanyak 30.963.078 pemilih di 38 kabupaten/kota, separuhnya adalah perempuan.
Rasional
Kemenangan sementara Khofifah membuktikan pemilih di Jawa Timur bersikap rasional. Kerja keras dan kemampuan komunikasi politiknya yang teruji melalui waktu yang panjang tampaknya menjadi kunci kemenangan Khofifah dengan selisih cukup besar.
Setelah kemenangannya ini, masyarakat menunggu pemenuhan janji kampanye Khofifah, terutama untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan dan anak.
Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini menyebut, kemenangan Khofifah mnejadi refleksi bagi perempuan yang terjun ke dunia politik untuk tidak mudah menyerah. Rekam jejak Khofifah dan kinerjanya melalui karier politik lebih menonjol dibandingkan berbagai stigma yang dilekatkan pada jender.
Setelah kemenangannya ini, masyarakat menunggu pemenuhan janji kampanye Khofifah, terutama untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan dan anak. Di dalam kampanyenya menjelang pilkada, Khofifah menyebut program kerjanya untuk perempuan, antara lain, peningkatan kemampuan ekonomi perempuan serta penurunan angka kematian ibu dan anak. Rekam jejaknya di dunia politik ataupun pemerintahan akan menjadi modal baginya memenuhi janji kampanye di daerah-daerah yang masih kuat dengan budaya patriarki.