Pengurangan Batang Baja ”Bracket” Tak Kurangi Kekuatan Struktur Jalan Tol
JAKARTA, KOMPAS — Pengurangan penggunaan batang baja pada bracket atau peyangga cetakan kepala tiang PCB 34 Tol Becakayu, dari 12 batang menjadi 4 batang baja, tak berpengaruh terhadap kekuatan struktur jalan tol saat dioperasikan.
Sebagai penyangga cetakan kepala tiang tol, bracket hanya digunakan saat pengecoran kepala tiang berlangsung dan akan dilepas setelah adonan semen mengering.
Sebelum dioperasikan, kekuatan jalan tol akan diuji dengan dijatuhkan truk pemutar adonan semen berbobot 30 ton di atasnya. Guncangan akibat truk yang dijatuhkan itu menjadi parameter kekuatan jalan.
Uji coba itu di antaranya telah dilaksanakan pada ruas Tol Becakayu sepanjang Kalimalang yang telah dioperasikan.
Baik PT Kresna Kusuma Dyandra Marga (KKDM) selaku pemilik dan pengelola proyek Tol Becakayu maupun PT Waskita Karya selaku pelaksana proyek sama-sama menyatakan, kecelakaan kerja pada tiang PCB 34 Tol Becakayu akibat jatuhnya cetakan kepala tiang itu tak akan berpengaruh terhadap kekuatan jalan tol secara keseluruhan.
Pimpinan Proyek PT KKDM Herarto Startiono menyampaikan, batang baja yang digunakan untuk bracket, termasuk cetakan kepala tiang (bekisting), hanya digunakan saat pengecoran kepala tiang dilaksanakan di pucuk tiang tol. Kedua alat itu akan dilepas setelah adonan semen kepala tiang kering sempurna dan mampu berdiri kokoh.
”Stress bar (batang baja) itu fungsinya hanya untuk pengecoran. Fungsinya menyangga supaya bentuk (bracket) presisi. Maka, supaya (bracket) kuat, untuk perbaikan (selanjutnya) dilengkapi dengan steger atau perancah,” ujarnya.
Untuk kekuatan Tol Becakayu, menurut Herarto, kemampuan jalan tol itu telah dirancang dapat dioperasikan selama 500 hingga 1.000 tahun. Bahkan, saat gempa terjadi di pesisir selatan Banten pada akhir Januari lalu, dan ikut mengguncang Jakarta, hal itu tak menyebabkan kerusakan pada struktur Tol Becakayu.
”Kekuatan konstruksi (Tol Becakayu) ini 500 sampai 1.000 tahun. Waktu gempa tidak ada yang godek (goyang). Saya pun sudah 30 tahun di proyek (jalan tol) dan tidak pernah ada masalah (pada kekuatan jalan),” tuturnya.
Kekuatan konstruksi Tol Becakayu ini 500 sampai 1.000 tahun. Waktu gempa tidak ada yang godek (goyang). Saya pun sudah 30 tahun di proyek jalan tol, dan tidak pernah ada masalah pada kekuatan jalan.
Kepala Divisi III PT Waskita Karya Dono Parwoto menyampaikan hal serupa. Menurut dia, kekuatan Tol Becakayu telah dirancang sedemikian rupa sehingga mampu menopang beban sesuai yang disyaratkan.
Sebelum dioperasikan, lanjut Dono, kekuatan jalan tol itu diuji dengan menjatuhkan truk mixer semen di atas jalan tol tersebut. Guncangan akibat hantaman truk itu akan diukur oleh alat pengukur kekuatan.
”Jarum pengukur kekuatan itu akan berputar. Tanpa saya ngomong, alat yang bicara,” ucapnya.
Pakar konstruksi Institut Teknologi Bandung, Iswandi Imran, menyebutkan, kemampuan kontraktor dalam negeri dalam membangun jalan tol sesungguhnya sudah teruji. Terbukti dengan banyak jalan layang dan jalan tol layang yang dibangun kontraktor dalam negeri dan tak pernah menghadapi masalah.
Sebaliknya, menurut Iswandi, kerusakan pada konstruksi jalan layang malah pernah dialami negara tetangga yang sudah tergolong negara maju. Ditemukan kepala tiang pada konstruksi jalan itu rusak saat girder atau gelagar dipasang di atasnya.
Kemampuan kontraktor dalam negeri dalam membangun jalan tol sesungguhnya sudah teruji. Terbukti dengan banyak jalan layang dan jalan tol layang yang dibangun kontraktor dalam negeri, dan tak pernah bermasalah.
”Lihat saja, semua konstruksi jalan tol dan gedung bertingkat kita itu bagus. Semuanya dibangun oleh kontraktor dalam negeri,” katanya.
Hanya memang, menurut Iswandi, jika terjadi kecelakaan kerja pada konstruksi, itu harus diperiksa mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan. Hal itu termasuk kecelakaan pada tiang PCB 34 Tol Becakayu.
”Tinggal dilihat saja berapa stress bar di sana, apakah sesuai dengan desain atau jangan-jangan kurang,” lanjutnya.
Febri Hendridari dari Divisi Investigasi Indonesia Corruption Watch juga mengungkapkan, teknologi dan kemampuan kontraktor dalam negeri sebetulnya tak perlu diragukan. Sebagai contoh, Tol Jagorawi merupakan jalan tol pertama yang dibangun Indonesia dan telah terbukti kuat.
”Bahkan, konon kabarnya, keberhasilan kita membangun Tol Jagorawi membuat kita diminta membangun tol di Malaysia. Jadi, tol di Malaysia itu pertama dibangun oleh kita,” ucapnya.
Namun, lanjut Febri, belakangan ada kecenderungan kontraktor mengurangi kualitas jalan tol yang dibangun. Sebagai contoh, Tol Merak kualitasnya jauh di bawah Tol Jagorawi. Jalan berlubang pun sangat mudah ditemukan di Tol Merak.
”Ada kecenderungan, mereka (kontraktor) menjalankan sesuai desain saat melaksanakan proyek pertama. Memasuki proyek kedua, setelah memperoleh pengalaman dan pelajaran dari proyek pertama, mulai ada yang dikurangi,” ujarnya.
Sistem baru
Hingga Kamis (8/3), PT Waskita Karya menerapkan sistem baru pada pengecoran kepala tiang sebagai upaya perbaikan untuk menghindari kecelakaan kerja seperti yang terjadi pada tiang PCB 34 terulang.
Direktur Operasi II PT Waskita Karya Nyoman Wirya Adnyana menyampaikan, perbaikan itu khususnya dilaksanakan pada sistem pendukung untuk cetakan kepala tiang. Pada pekerjaan selanjutnya, itu akan dilengkapi dengan shoring, perancah atau steger. Metode itu sudah sesuai dengan rekomendasi Komite Keselamatan Konstruksi.
”Setiap tahapan pekerjaan di lapangan akan mengikuti SOP (prosedur standar operasi) untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan aman, tepat mutu dan waktu,” jelasnya.
Sementara itu, PT KKDM lewat siaran pers menyampaikan, pihaknya akan bekerja sama secara intens dengan Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan untuk meyakinkan proses konstruksi dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Selain itu, PT KKDM juga akan meminimalkan kelemahan yang ada pada SOP dengan membuat project management office (PMO) di PT Waskita Toll Road. PMO akan mengendalikan dan menjamin perbaikan yang berkelanjutan untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja, termasuk mutu konstruksi.
Pihak PT KKDM juga menyampaikan, saham PT KKDM dimiliki PT Waskita Toll Road sebesar 98,97 persen dan 1,03 persen dimiliki PT Jasa Marga. Penjelasan itu mengoreksi keterangan Herarto bahwa saham PT KKDM telah dikuasai sepenuhnya oleh PT KKDM. (BKY/ADY/DD05)