Bruno Mars, Kemenangan Sang Penghibur
Bruno tetaplah Bruno, si pekerja keras. Dia selalu meletakkan standarnya di posisi tinggi.
Artikel ini telah terbit di harian Kompas pada Selasa (30/1/2018). Diunggah ulang menuju konser Bruno Mars di Jakarta pada 11 September 2024, 13 September 2024, dan 14 September 2024.
Kerja keras tak pernah mengingkari hasil. Peter Gene Hernandez (32), pria kelahiran Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat, yang kini dikenal dengan nama Bruno Mars, telah membuktikannya meski harus melewati jalan panjang dan terjal. Di ajang musik paling prestisius Grammy Awards 2018, Bruno menyabet tujuh Grammy dari album 24K Magic yang lagu-lagunya ditulis dengan hati gembira untuk satu alasan, cinta.
Panggung Grammy Awards 2018 yang dihelat di Madison Square Garden, New York, AS, pada Minggu (28/1/2018) malam atau Senin (29/1/2018) pagi waktu Indonesia benar-benar menjadi panggung milik Bruno. Malam itu, Bruno yang dinominasikan untuk tujuh kategori penghargaan membawa pulang semuanya. Semua penghargaan itu menjadikan Bruno sebagai peraih penghargaan terbanyak di Grammy Awards Ke-60 yang untuk pertama kali setelah 15 tahun kembali digelar di kota New York.
Bruno membawa pulang Grammy untuk Album dan Record of the Year untuk 24K Magic, Song of the Year untuk ”That’s What I Like”, serta Best R&B Performance dan Best R&B Song untuk ”That’s What I Like”. Album 24K Magic juga menyabet kemenangan untuk Best Engineered Album (Non-Classical) dan Best R&B Album. Bruno sampai harus berkali-kali naik turun panggung untuk menerima piala berbentuk gramofon itu dan memberikan pidato.
Baca juga: DY Suharya, Menjadi Sinar Matahari bagi Orang dengan Alzheimer
Pada penghargaan terakhir dan paling prestisius yang diterimanya, Album of the Year, dari personel U2, Bono dan The Edge, Bruno sengaja berpidato sedikit panjang. ”Tolong jangan dipotong,” ujarnya. Penting baginya untuk mengungkapkan apa yang menjadi landasan album 24K Magic.
”Jadi, saat itu, umurku 15 tahun, dan aku membuka sebuah pertunjukan di Hawaii, The Magic of Polynesia. Tugasku menghibur sekitar 1.000 orang, 1.000 turis dari seluruh dunia. Dan aku membuat daftar lagu yang terdiri atas 10-12 lagu. Dan aku mau jujur, aku sangat hebat di usia 15,” katanya bercanda.
”Belakangan, aku baru tahu bahwa lagu-lagu yang aku nyanyikan itu dinyanyikan oleh Babyface, Jimmy Jam dan Terry Lewis, atau Teddy Riley. Dengan lagu-lagu itu, aku melihat langsung orang-orang dari belahan dunia yang berbeda berdansa, mengangkat gelas, dan bergembira bersama,” katanya.
”Semua hal itulah yang ingin aku lakukan dengan album ini. Dan kalian tahu, lagu-lagu yang aku nyanyikan itu ditulis tak lain dengan kegembiraan dan untuk satu alasan saja, cinta. Itulah yang ingin aku hadirkan melalui album ini. Mudah-mudahan aku bisa merasakan perasaan itu lagi dan melihat setiap orang berdansa dan menari,” tutur Bruno.
”Aku ingin mendedikasikan penghargaan ini untuk mereka. Mereka adalah pahlawan-pahlawanku, mereka adalah guru-guruku, merekalah yang meletakkan fondasi hidupku. Album ini tak akan ada jika bukan karena mereka yang telah menulis lagu-lagu itu,” kata Bruno.
Malam itu, cinta yang diungkapkan dengan penuh kegembiraan telah mengantar Bruno menjadi bintang.
Baca juga: Kitaro, Si Jago Tua yang Bersahaja
Sang penghibur
Bruno Mars saat ini telah menjadi salah satu bintang musik terbesar dunia. Dengan kemenangannya malam itu, Bruno tercatat telah mengantongi 11 Grammy dari 27 nominasi untuknya.
Masih banyak penghargaan lain yang juga mengiringi perjalanan karier Bruno, seperti American Music Awards, BET Awards, dan Billboard Awards. Untuk segala kesuksesannya itu, Bruno adalah contoh sosok paling ulet di jagat musik.
Bruno tak lain adalah produk dari apa yang dia sebut hasil pendidikan ”sekolah rock”, sebuah kelas pengalaman hidup nyata yang mengajarinya bisnis musik. Bahwa, tak ada sesuatu pun yang datang dengan mudah. Dia pernah bangkrut, dipenjara, dan hidup seperti gelandangan. Toh, dia bertahan.
Semua hal itulah yang ingin aku lakukan dengan album ini. Dan kalian tahu, lagu-lagu yang aku nyanyikan itu ditulis tak lain dengan kegembiraan dan untuk satu alasan saja, cinta. Itulah yang ingin aku hadirkan melalui album ini. Mudah-mudahan aku bisa merasakan perasaan itu lagi dan melihat setiap orang berdansa dan menari.
Kampung halamannya di Honolulu, Hawaii, merupakan ”sekolah rock” Bruno. Bruno yang lahir dari orangtua yang bekerja sebagai musisi menjadi bagian dari bisnis keluarganya, Love Notes, sejak usia 4 tahun. Di situ, Bruno berperan sebagai Elvis kecil dan untuk pertama kali belajar mencuri perhatian. Sebuah pengalaman yang terus melekat sepanjang hidupnya.
Saat kedua orangtuanya bercerai, Bruno yang kala itu berusia 12 tahun terpaksa berpisah dari sang ibu. Dia tinggal bersama ayahnya dengan kondisi keuangan memprihatinkan. Kadang, mereka tinggal di atas gedung, di taman, di mobil, di mana pun mereka bisa, seperti layaknya gelandangan. Namun, tak pernah Bruno merasa pengalaman itu sebagai akhir dunia.
Lulus SMA, Bruno meninggalkan Hawaii menuju Los Angeles. Dia menandatangani kontrak dengan Motown Records, menyandang nama Bruno Mars. Namun, kontraknya tak bertahan lama karena tak berhasil menelurkan lagu hit.
”Banyak pertunjukan sepanjang hidupku. Aku tak pernah benar-benar merekam lagu. Aku tak pernah menulis lagu. Ini memang harus terjadi karena aku harus banyak belajar,” ujarnya.
Meski demikian, itu menjadi masa terburuk hidupnya. Bruno bahkan berniat melupakan mimpinya dan pulang ke Hawaii, hingga akhirnya ia bertemu dengan Philip Lawrence dan Ari Levine. Ketiganya membentuk grup bernama Smeezingtons yang menjadi tempat Bruno belajar menulis lagu.
Baca juga: Zakia Khudadadi, Medali Inspirasi Pengungsi
Pada 2008, mereka melahirkan lagu ”Right Round” untuk Flo Rida yang menduduki posisi nomor satu di The Billboard Hot 100. Disusul beberapa hit lain, seperti ”Nothin’ On You” (B.o.B) dan ”Billionaire” (Travie McCoy). Dia semakin percaya diri ketika dikontrak Atlantic Records sampai melahirkan sejumlah hit, hingga album terakhirnya, 24K Magic, yang fenomenal.
Namun, Bruno tetaplah Bruno, si pekerja keras. Dia selalu meletakkan standarnya di posisi tinggi. ”Aku dilahirkan untuk ini. Mendedikasikan diriku pada karya-karyaku. Menghabiskan ribuan jam di studio, belajar menulis lagu, belajar bagaimana memainkan nada atau irama yang berbeda, melatih diriku bernyanyi. Untuk menjadi semakin baik,” ujarnya.
Bruno juga selalu peduli dengan apa yang dilihat orang. ”Aku ingin mereka tahu bahwa aku bekerja keras untuk semua ini. Para artis yang selalu menjadi panutanku, Michael Jackson, Prince, dan James Brown. Mereka memberi perhatian lebih pada detail dalam karya seni yang mereka suguhkan. Mereka sangat peduli pada apa yang mereka pakai, tentang bagaimana mereka bergerak, tentang bagaimana perasaan penonton. Hal-hal seperti itu yang aku lihat sepanjang hidupku dan kukagumi,” tuturnya.
Sekali lagi, kerja keras tak pernah mengingkari hasil.(GRAMMY.COM/CBSNEWS/REUTERS)
Bruno Mars
Lahir: Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat, 8 Oktober 1985
Ayah: Peter Hernandez
Ibu: Bernie
Diskografi:
1. Album Doo-Wops & Hooligans (2010)
2. Album Unorthodox Jukebox (2012)
3. Album 24K Magic (2016)
Penghargaan:
- Artist of the Year 2017 (American Music Awards)
- Video of the Year 2017 (BET Awards)
- Outstanding Music Video (NAACP Image Awards)