Upi Fitriyanti dan Dukungan untuk Ibu Menyusui
Upi Fitriyanti menggerakkan kepedulian banyak pihak untuk sama-sama memberikan dukungan pada ibu menyusui.
Upi Fitriyanti (41) rela ”kerja sosial” demi turut mengampanyekan pentingnya pemberian air susu ibu kepada bayi. Lewat organisasi yang dipimpinnya, Upi menggerakkan kepedulian banyak pihak untuk sama-sama memberikan dukungan kepada ibu menyusui.
Belasan perempuan yang tergabung dalam Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Daerah Lampung berkumpul pada acara hari bebas dari kendaraan di Tugu Adipura yang merupakan pusat kota Bandar Lampung, Minggu (11/8/2024). Mereka membawa berbagai alat peraga, seperti boneka bayi hingga bantal berbentuk payudara. Ada juga berbagai bubble talk bertulisan pesan dan dukungan untuk ibu menyusui.
Hari itu, AIMI Daerah Lampung yang diketuai Upi Fitriyanti melakukan kegiatan edukasi untuk merayakan Pekan Menyusui Dunia yang diperingati pada pekan pertama di bulan Agustus setiap tahunnya. Bersama anggotanya, Upi mengampanyekan pentingnya air susu ibu (ASI) untuk bayi dan dukungan bagi ibu menyusui.
Baca juga: Ice Tede Dara, Dengarlah Sabu Bercerita…
Selain pelayanan konseling tentang menyusui dan pemberian makanan pendamping ASI, ada kegiatan edukasi dan praktik menggendong bayi, pelayanan pemeriksaan kesehatan, hingga konsultasi zakat, infak, sedekah, dan wakaf.
Masyarakat juga diajak berfoto dengan bubble talk sebagai bentuk dukungan kepada ibu menyusui. Berbagai pesan yang dibuat, misalnya, ”Merdeka menyusui”, ”Saya mendukung ibu menyusui”, dan ”Ayah ASI tampan”.
Dalam kegiatan itu, AIMI Lampung juga mengajak tiga organisasi/komunitas lainnya, seperti Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Lampung, komunitas Lampung Menggendong, dan Dompet Dhuafa Lampung.
Upi mengatakan, pemberian ASI pada bayi perlu terus dipromosikan karena belum semua ibu memahami dan mampu melakukannya. Kekhawatiran ibu akan volume ASI pada dua minggu pertama sering kali menjadi penghambat menyusui eksklusif selama enam bulan. Faktor lain yang kerap menghambat kesuksesan menyusui adalah tidak adanya dukungan dari keluarga terdekat sang ibu, seperti suami, orangtua, atau keluarga besar, hingga tenaga kesehatan.
Bahkan, ada rumah sakit yang belum memprioritaskan layanan rawat gabung setelah proses persalinan. Padahal, keterikatan (bonding) antara ibu dan bayi dengan cara menyusui sesering mungkin sangat diperlukan untuk mengaktifkan hormon menyusui, yaitu prolaktin dan oksitosin.
Kondisi-kondisi inilah yang sering menghambat pemberian ASI eksklusif pada bayi. ”Ketika sang ibu cemas dan berpikir ASI yang diberikannya tidak cukup, orang-orang di sekelilingnya tidak memberikan dukungan menyusui. Bayi yang baru lahir malah diberikan dot dan susu formula. Hal ini justru dapat membuat bayi bingung puting dan dapat mengganggu proses menyusui selanjutnya,” katanya.
Pemberian ASI eksklusif pada hari-hari pertama kehidupan bayi tidak hanya membutuhkan peran ibu, tetapi juga keluarga besar, terutama sosok ayah.
Padahal, susu formula semestinya hanya diberikan kepada bayi dengan kondisi khusus, misalnya bayi yang ibunya tidak dapat menyusui karena meninggal atau sebab lain, bayi yang lahir dengan kondisi kelainan metabolisme, atau bayi prematur yang membutuhkan nutrisi tambahan setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter.
Karena itulah, kegiatan konseling dan edukasi tentang manajemen laktasi yang baik sangat dibutuhkan untuk dapat meningkatkan pemberian ASI eksklusif. Para ibu perlu dibantu untuk mengetahui berbagai hal yang mendukung kesuksesan menyusui, seperti inisiasi menyusui dini dan pelekatan saat menyusui.
Dukungan dari keluarga dengan menyediakan makanan bergizi, memberikan semangat, dan ketenangan untuk ibu juga tak kalah penting. Kebijakan cuti melahirkan juga dibutuhkan sebagai dukungan bagi ibu pekerja.
”Pemberian ASI eksklusif pada hari-hari pertama kehidupan bayi tidak hanya membutuhkan peran ibu, tetapi juga keluarga besar, terutama sosok ayah. Tanpa dukungan mereka, kondisi psikis seorang ibu bisa tertekan sehingga memengaruhi kualitas ASI,” katanya.
Ia mengatakan, sudah banyak penelitian yang membuktikan pentingnya pemberian ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI yang mengandung nutrisi pada 1.000 hari pertama kehidupan bayi. Anak yang mendapat nutrisi yang baik dalam 1.000 hari pertama kehidupan 10 kali lebih mampu mengatasi penyakit yang mengancam nyawa dan mencegah tengkes (stunting).
Sudah lama
Kepedulian Upi terhadap ibu menyusui sudah terbentuk sebelum ia menikah dan mempunyai anak. Saat belum berkeluarga, ia sudah rajin mengikuti berbagai seminar parenting. Dari situ, ia mendapat banyak informasi tentang pentingnya pemberian ASI.
Meski tidak bekerja sebagai tenaga kesehatan, Upi tertarik mengikuti pelatihan sebagai konselor ASI. Ia bersama beberapa rekan kemudian merintis pendirian AIMI Daerah Lampung tahun 2015. Meski tak punya sumber dana tetap, lembaga ini tetap bergerak demi mendukung program ibu menyusui.
Saat ini, AIMI Lampung memiliki 32 pengurus. Semuanya merupakan perempuan dari berbagai latar belakang pekerjaan, mulai dari dokter, ahli gizi, dosen, pengacara, hingga ibu rumah tangga. Sementara Upi bekerja sebagai asisten ombudsman pada Kantor Ombudsman RI Perwakilan Lampung.
Baca juga: Britania Sari, Tertampar Lalu Peduli kepada Tetangga
Selama hampir satu dekade terakhir, AIMI Daerah Lampung telah melakukan berbagai kegiatan edukasi tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif. Para anggotanya yang sudah mempunyai keterampilan sebagai konselor juga memberikan layanan konseling kepada masyarakat.
Selama dua tahun terakhir, setidaknya ada 137 ibu di Lampung yang menerima layanan konseling menyusui. Sebagian di antaranya dilakukan secara sukarela. Kalaupun ada biaya, uang tersebut dipakai untuk transportasi konselor dan sebagian diberikan kepada lembaga untuk membiayai berbagai kegiatan.
Cegah tengkes
Dalam program terbaru, AIMI Lampung bekerja sama dengan Dompet Dhuafa Lampung menginisiasi program Gerakan Sadar Gizi (Genzi) lewat pendampingan pada ibu dan anak balita di sejumlah daerah di Lampung. Program ini digagas sebagai bentuk dukungan kelompok masyarakat kepada pemerintah daerah dalam upaya pencegahan tengkes.
Program tersebut sudah berjalan sejak akhir 2022 dan hingga kini telah menjangkau hampir 100 anak balita di empat kabupaten/kota di Lampung. Selain Bandar Lampung, program Genzi juga digulirkan di Kota Metro, Kabupaten Pringsewu, dan Pesawaran. Lokasi pelaksanaan dipilih di desa atau kelurahan kantong tengkes.
Para anak balita tidak hanya diberikan makanan bergizi. Para ibu juga diajak masak bersama dan menyiapkan makanan untuk anak-anak mereka. Selanjutnya, anak balita diajak makan bersama ibunya, dipantau para kader posyandu. Program masak dan makan bersama itu berlangsung selama enam hari.
Baca juga: Fitriyani, Bertumbuh dari Memanjat Tebing
Enam hari berikutnya, para ibu mendapat bahan makanan untuk dimasak di rumah. Setiap peserta mendapatkan beras, sayuran, ikan, ayam, daging, tahu, tempe, dan buah-buahan.
Selain itu, ada juga makanan selingan, seperti kolak pisang, bubur sumsum, dan otak-otak ikan. Jika dihitung, nilai bantuan bahan makanan itu setara dengan uang Rp 30.000 per anak (untuk satu kali makan berat dan satu kali snack).
Selama program berjalan, para kader posyandu juga diberdayakan untuk memberi pendampingan dan memantau perkembangan anak balita. Para kader diberi tugas mengunjungi setiap rumah peserta dan memantau pola asuh mereka.
Perjuangan Upi menggugah kesadaran banyak pihak untuk memberikan dukungan kepada ibu menyusui berbuah penghargaan Dharma Karya Kencana (DKK) dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Penghargaan diberikan kepada pimpinan institusi atau mitra kerja yang memberikan komitmen dan dukungan lewat penyediaan tenaga, dana, sarana dalam pelaksanaan Program Pembangunan Keluarga.
Di tengah banyaknya tantangan pemberian ASI eksklusif pada bayi, Upi berharap semakin banyak orang yang memberikan dukungan kepada ibu menyusui. Peringatan Pekan Menyusui Sedunia pun menjadi momentum untuk merayakan peran ibu dalam menciptakan generasi emas.
Upi Fitriyanti
Lahir: Tanjungkarang, 14 Juli 1983
Pendidikan:
1. S-1 Pertanian Universitas Lampung (2007)
2. Pascasarjana Jurusan Administrasi Universitas Bandar Lampung (2017-2019)
Pekerjaan: Asisten Ombudsman di Kantor Ombudsman RI Perwakilan Lampung
Suami: Dede Wahyudi
Anak: Dua orang
Penghargaan: Darma Karya Kencana Tahun 2024