Simone Biles, Kebangkitan Abadi ”Sang Ratu Senam”
Bak mitos phoenix, Simone Biles bangkit dari abu kehancuran. Ia datang lebih kuat ke Paris dan meraih keabadian.
Bak burung mitos phoenix, Simone Biles bangkit dari abu kehancuran. Ia datang lebih kuat ke Paris, menginspirasi dunia, dan menggapai ”keabadian”.
”Dan, saya tetap bangkit,” bunyi kutipan puisi Maya Angelou yang senantiasa mengiringi langkah Simone Biles, pesenam Amerika Serikat. Kutipan penuh motivasi itu terukir di baju latihan, bahkan kulit tubuh, peraih tiga medali emas dan satu perak pada senam artistik putri Olimpiade Paris 2024 itu.
Baca Berita Olimpiade Paris 2024
Kutipan itu punya makna mendalam baginya. Sebelum bisa meloncat kembali dan menggapai singgasananya di Olimpiade, ia pernah terjatuh, bahkan terperosok. Dalam usia 19 tahun, di Olimpiade Rio de Janeiro, 2016 silam, Biles mencuri sorotan dunia. Ia tampil dominan dan nyaris meraup seluruh medali emas di nomor-nomor yang diikutinya.
Empat emas, termasuk nomor semua alat (all-around), dan satu perunggu ia raih di Brasil. Seketika, ia mendapat julukan ”Sang Ratu Senam” dunia. ”Langit adalah batasannya,” ungkap majalah ternama Vanity Fair mengenai capaian dan ambisi Biles.
Baca juga : Julien Alfred, Pelari dari Negeri Kecil Bertekad Besar
Warga AS sangat bangga pada dirinya. Dia dianggap golden girl alias gadis emas ”Si Paman Sam”. Tidak pernah ada pesenam negara itu sebelumnya yang sedominan dia. Hampir di setiap ajang yang diikutinya, Biles selalu dijagokan juara. Berbagai rekor dan penghargaan pun dikoleksinya.
Pada 2019, misalnya, dia mengukir sejarah sebagai pesenam dengan jumlah medali terbanyak dalam Kejuaraan Dunia Senam, yaitu total 25 medali. Ia melampaui legenda senam dunia asal Uni Soviet, Vitaly Scherbo (23 medali). Kini, per 2024, total 30 medali telah dikemas Biles, 23 di antaranya emas. Dia adalah pesenam AS pertama yang selalu meraih medali di setiap ajang dunia yang diikutinya.
Tak pelak, menjelang Olimpiade Tokyo 2020, yang digelar pada 2021, ekspektasi sangat tinggi terhadapnya. Ia bahkan menjadi wajah dan ikon Olimpiade yang digelar pada masa pandemi Covid-19 itu. Dalam usia 24 tahun, saat itu, ia diyakini berada di puncak kariernya.
Ia pun dijagokan meraih lima hingga enam medali dari total enam nomor senam. Sungguh beban yang sangat besar bagi perempuan mungil setinggi 1,4 meter dan berat 47 kilogram itu. Di sisi lain, karena Olimpiade saat itu digelar di dalam ”gelembung” alias tanpa penonton, tidak ada keluarganya yang bisa menemani. Untuk pertama kali sepanjang hidupnya, ia tidak bisa didampingi oleh orangtua angkatnya, Ronald dan Nellie Biles, saat berlomba.
Diadopsi
Ronald dan Nellie, masing-masing, sebetulnya adalah kakek kandung dan nenek tiri Biles. Mereka mengadopsi Olahragawan Putri Terbaik Dunia (Penghargaan Laureus) 2017 itu saat berusia enam tahun. Sebelum diadopsi, Biles dan adik-adiknya sempat tinggal di rumah asuh karena ibunya, Shannon, kecanduan narkotika dan alkohol. Masa kecilnya memang suram. Ayahnya, yang konon juga kecanduan, bahkan meninggalkan mereka.
Hidupnya dan adik-adiknya saat itu diombang-ambing kecemasan dan ketidakpastian, bahkan soal makanan. ”Saya teringat, sebagai anak-anak, sangat kelaparan. Kucing (tetangga) saja diberi makan, tidak seperti kami,” ujar Biles mengenang masa lalunya yang kelam, dikutip majalah People.
Setelah berkali-kali singgah dari satu rumah asuh ke rumah lainnya, ia dan salah satu adiknya, Adria, lalu diasuh Ronald dan Nellie. Bukan hanya makanan dan tempat tinggal, di sana Biles dan Adria juga berlimpah kasih sayang yang tidak didapatkan dari orangtua kandung mereka. Tak heran, Biles memanggil Ronald dan Nellie, masing-masing, dengan sapaan ”ayah” dan ”ibu”.
Saya teringat, sebagai anak-anak, sangat kelaparan. Kucing (tetangga) saja diberi makan, tidak seperti kami.
Nellie menganggap Biles sebagai anak sendiri. Ia bahkan masih sering mengepang rambut ikal Biles setiap kali cucu tirinya itu bersiap tampil di medan senam. Baginya, aktivitas itu memperkuat ikatan psikologis dan emosi. Nellie pula yang memperkenalkan senam kepada Biles saat masih berusia enam tahun. ”Dia tak pernah melewatkan latihan, bahkan ketika sakit,” ucap Nellie mengenai totalitas Biles.
Dedikasi, tuntutan diri, ekspektasi tinggi publik, dan perasaan kesepian saling berkecamuk di kepala Biles saat tampil di Tokyo 2020. Ia tersandera pikirannya. Rangkaian gerakannya saat tampil pun menjadi tak menentu. Pada final beregu putri, di alat meja lompat, Biles mendarat terhuyung-huyung seusai melakukan gerakan berputar di udara. Kesalahan semacam itu langka dilakukannya.
Pikiran dan tubuhnya seolah tidak sinkron atau disebut twisties di senam. Istilah lainnya ialah disorientasi. Situasi itu sangat berbahaya bagi pesenam. Mereka bisa mendarat dengan kepala atau lehernya, alih-alih kedua kakinya, seusai melakukan gerakan berputar atau berbalik di udara. Sejarah mencatat, tak terhitung pesenam yang cedera parah atau lumpuh saat mengalaminya dan terjatuh. Dua pesenam AS, Julissa Gomez dan Melanie Coleman, bahkan tewas.
Menolak menjadi korban berikutnya, Biles pun mundur di final beregu dan sejumlah nomor perseorangan lainnya. Emas beregu putri, yang dikuasai AS selama dua Olimpiade sebelumnya, direbut Rusia. Biles hanya membawa pulang satu perak dan perunggu, capaian terendahnya di ajang dunia. Kepercayaan dirinya, yang dibangun 17 tahun lamanya, runtuh seketika di Tokyo.
Namun, mimpi buruknya tak berhenti di sana. Di tanah airnya, Biles dihujani cemoohan dan kebencian. Mereka tak peduli Biles mengalami hadangan mental, hal yang tidak kasatmata. Publik AS tidak terima, Biles ternyata hanyalah manusia biasa dengan segala kekurangannya, bukan wonder woman di senam.
Dicap pengkhianat
Ia pun dicap ”pengecut” dan ”pengkhianat”. ”Saya sampai harus menutup kolom komentar di Instagram dan menghapus (aplikasi) Twitter (kini X) di ponsel saya,” ungkap Biles—yang ternyata juga menjadi korban pelecehan seksual oleh dokter tim senam putri AS—dalam serial dokumenter Simone Biles Rising di Netflix.
Biles menghilang sejenak, absen dari kejuaraan senam. Untuk pertama kalinya, ia merasakan pentingnya kesehatan mental, alih-alih fisik yang selama ini dibangunnya. Ia rutin bertemu psikolog, termasuk menjelang lomba di Paris.
Kepercayaan dirinya perlahan kembali tumbuh, terutama berkat dorongan kekasihnya, Jonathan Owens, yang juga atlet. ”Saya yakin kamu (Biles) bisa bangkit, kembali ke puncak,” ujar Owens yang lantas menikahi Biles pada 2023.
Keyakinan Owens menjadi kenyataan. Istrinya memberanikan diri tampil di Olimpiade Paris meskipun tak lagi muda. Kali ini, ia lebih tangguh secara mental.
Tampil seraya meredam cedera betis, Biles mendominasi hampir di semua nomor senam di Paris 2024. Ia meraih emas di nomor paling bergengsi, semua alat perseorangan. Biles menjadi pesenam putri tertua dalam 72 tahun terakhir yang menyabet gelar itu, yaitu dalam usia 27 tahun. Ia mengalahkan barisan remaja, termasuk juara bertahan dari AS, Sunisa Lee (21), yang meraih perunggu.
Baca juga : Rizki Juniansyah, Keajaiban Si Lifter ”Nakal”
Dalam final meja lompat, ia membuat penonton berdecak kagum seusai melakukan rangkaian gerakan senam tersulit sejagat, Yurchenkodouble pike, dengan sempurna. Selebritas dunia, seperti Snoop Dogg, Ariana Grande, dan Tom Cruise, geleng-geleng kepala dan berdiri dari tempat duduknya saat menyaksikan gerakan berbahaya menentang gravitasi yang juga diberi nama Biles II itu.
Ya, hanya Biles seorang yang namanya diabadikan dalam sejumlah istilah rangkaian gerakan senam artistik setelah Natalia Yurchenko (Uni Soviet). Total ada lima gerakan di sejumlah alat yang diberi nama ”Biles”. Capaian di Paris dilengkapinya dengan emas beregu putri AS dan perak senam lantai. Medalinya di Olimpiade dan Kejuaraan Dunia Senam kini bertambah menjadi 41. Tak ada pesenam pria ataupun putri sejagat yang bisa menandinginya.
Namun, dengan segala dominasinya, ia dan rekannya sesama pesenam asal AS, Jordan Chiles, rela membungkuk saat Rebeca Andrade (Brasil) melangkah ke podium tertinggi nomor senam lantai. Baginya, itu adalah wujud sportivitas dan persahabatan.
Namun, sejatinya, itu adalah bentuk sikapnya yang tetap membumi meskipun prestasinya setinggi langit, bahkan mencapai tahap keabadian seperti phoenix....
Simone Biles
Lahir : Ohio, Amerika Serikat, 14 Maret 1997
Prestasi, antara lain:
- Olimpiade: 7 emas, 2 perak, 2 perunggu
- Kejuaraan Dunia: 23 emas, 4 perak, 3 perunggu
- Piala Dunia Senam Artistik: 2 emas, 1 perak