Greg Atkins telah membangun lebih dari 1.000 trek motokros, termasuk sirkuit-sirkuit kejuaraan dunia MXGP. Dia telah menggeluti profesinya selama 25 tahun, tetapi desainer trek asal ”Negeri Kiwi” itu masih terus belajar.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·7 menit baca
KOMPAS/AGUNG SETYAHADI
Desainer sirkuit motokros, Greg Atkins asal Selandia Baru, membangun sirkuit MXGP seri Lombok di bekas Bandar Udara Selaparang, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Selasa (27/6/2023), dengan inspirasi dari sirkuit pump track BMX yang sempit dan jarak rintangan berdekatan. Balapan MXGP seri Lombok bergulir pada 1-2 Juli 2023.
Greg Atkins menemukan jalan hidupnya sebagai desainer trek motokros setelah karier balapnya pupus karena kecelakaan parah dalam balapan di Amerika Serikat. Dia baru berusia sekitar 19 tahun saat mulai mengalihkan kemudi hidupnya sebagai perancang trek off-road. Proses panjang dia lalui bermodal ketekunan dan kerja keras karena profesi ini hanya bisa dikuasai dengan matang seiring pengalaman.
”Ini keahlian yang terasah seiring waktu. Tidak ada sekolah tentang itu. Ini sesuatu yang harus Anda pelajari sepanjang waktu, dan saya beruntung telah menjalani ini lebih dari 20 tahun, jadi saya bisa memiliki pengalaman yang bagus,” ujar Atkins saat membangun trek MXGP seri Lombok di bekas Bandara Selaparang, Mataram, NTB, Selasa (27/6/2023).
Pengalaman lebih dari dua dekade itu menempatkan Atkins pada posisi desainer trek motokros papan atas dunia. Pada 2006-2015 dia menjadi trek desainer Youthstream, promotor MXGP. Dia telah membangun trek-trek Kejuaraan Dunia Motokros MXGP, serta trek untuk Red Bull dalam ajang motokros, superkros, serta balapan di pasir Red Bull Knock Out yang termasyhur. Dia juga membangun trek motokros dan sepeda BMX untuk klub-klub mandiri ataupun perseorangan. Bahkan, pengetahuan dia tentang trek off-road menempatkan dirinya sebagai salah satu pakar saat FIM menyusun regulasi standar trek off-road.
KOMPAS/AGUNG SETYAHADI
Desainer sirkuit motokros, Greg Atkins asal Selandia Baru.
Untuk mencapai level Atkins itu bukanlah perkara mudah, karena perlu memahami banyak hal secara mandiri, seperti karakter tanah, memiliki keahlian rancang bangun dan arsitektur, mengoperasikan alat berat, menguasai regulasi Federasi Balap Motor Internasional (FIM), serta mampu membaca level kemampuan pebalap yang akan menggunakan trek.
”Akan lebih bagus jika memiliki latar belakang rancang bangun, arsitektur, karena banyak bagian yang harus dibangun dengan spesifikasi rancang bangun. Juga terkait tanah, Anda harus mempelajari itu berdasarkan yang ditemui di seluruh dunia, tetapi kadang ada halangan besar, sehingga apa yang Anda dapati begitulah adanya,” ujar Atkins.
”Kami senang mendapat kondisi tanah yang bagus, tetapi kami kadang tidak mendapati itu, jadi kami harus memanfaatkan apa yang ada. Jadi, kami harus siap menghadapi situasi seperti itu. Dan, itu salah satu tantangan dari kejuaraan dunia, semuanya tidak selalu mulus. Para pebalap pun perlu berkendara di trek yang berbeda karakter, dan pebalap yang bagus akan tetap bagus saat mereka memacu motornya,” lanjut Atkins.
KOMPAS/AGUNG SETYAHADI
Pebalap tim Kawasaki, Romain Febvre, melintasi tikungan di Sirkuit Samota, Sumbawa Besar, NTB, dalam balapan MXGP, Minggu (25/6/2023).
Salah satu trek yang dia sukai adalah sirkuit MXGP Samota di Sumbawa karena berada di lanskap alami yang berbukit-bukit. Begitu melihat lokasi itu, Atkins langsung bisa membayangkan seperti apa trek yang akan dia bangun. Kondisi tanah yang berpasir karena di dekat pantai juga menjadi keunikan trek Samota itu. Para pebalap MXGP seperti Tim Gajser, Jorge Prado, Jeremy Seewer, dan Romain Febvre pun menyukai trek Samota rancangan Atkins.
Sementara trek MXGP Lombok di bekas Bandara Selaparang yang datar dan kosong memiliki tantangan yang berbeda. Atkins merancang trek bersama dengan Gabi Villada yang saat muda menekuni motokros gaya bebas. Diskusi mereka mengerucut pada konsep mengadopsi sirkuit pump track sepeda BMX untuk menyiasati area yang berbentuk persegi panjang.
Trek artifisial itu pun diakui oleh para pebalap menguras tenaga meskipun pace tidak tinggi karena banyak lompatan dan tikungan. Bahkan, legenda hidup MXGP Antonio Cairoli menilai, trek tersebut sangat berbeda dengan yang biasa dipakai balapan. Manajer tim KTM itu pun berulang kali menyusuri trek Selaparang itu untuk membantu para pebalapnya menyusun strategi.
KOMPAS/AGUNG SETYAHADI
Para pekerja memasang gerbang sponsor di sirkuit motokros Selaparang, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Kamis (29/6/2023), menjelang balapan Kejuaraan Dunia Motokros (MXGP) seri Lombok, pada 1-2 Juli. Trek buatan Greg Atkins asal Selandia Baru ini mengadopsi karakter pump track BMX sehingga sangat tehnikal dan akan menguras fisik pebalap.
Kemampuan Atkins menemukan ide seperti apa trek yang akan dia bangun merupakan buah dari pengalaman dia keliling dunia membangun sirkuit. Dia kini bisa membayangkan akan seperti apa treknya begitu melihat lokasi yang ada. Salah satu trek yang dinilai sebagai masterpiece Atkins adalah sirkuit MXGP Patagonia di Argentina yang dibangun pada 2014. Trek itu berada di pegunungan di tengah hutan dan menjadi seri pembuka MXGP.
”Kemampuan membangun trek saya dimulai saat berusia 19-20 tahun. Saya mulai mempelajari dan membangun trek, dan itu memerlukan waktu yang panjang untuk belajar, karena saya juga harus belajar mengoperasikan berbagai mesin, karena banyak negara yang tidak memiliki apa yang diperlukan. Ini pengalaman yang membuat saya terus berkembang dan belajar, dengan mesin, dengan kerja desain,” ungkap Atkins, yang mengaku masih terus belajar hingga saat ini.
Meskipun telah memiliki pengalaman panjang, dia tidak pernah memaksakan harus menggunakan sistem kerja yang biasa dia gunakan. Atkins lebih memilih menyesuaikan diri dengan budaya dan sistem kerja di setiap negara di mana dia membangun trek. Adaptasi itu membuat Atkins selalu bisa mengatasi setiap tantangan yang berbeda.
”Ketika Anda pergi ke suatu negara, Anda tidak bisa mengubah sistem yang berlaku di negara itu, jadi saya harus menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut. Di sini, misalnya, kami mengerahkan banyak orang untuk pekerjaan yang biasanya hanya dikerjakan satu orang. Di Eropa hanya (butuh) satu orang yang mengerjakan pekerjaan itu, tetapi di sini kami mengerahkan 20 orang. Tetapi, itulah sistem, mungkin membuat pekerjaan menjadi lebih lama, tetapi itulah sistem, dan begitulah adanya. Anda tidak bisa mengubah itu. Jadi, kita harus menjalani itu dan mengatasi itu,” ujar Atkins tentang filosofi kerjanya.
Dia pun selalu meminta ada orang lokal yang bekerja bersama membangun trek, selain untuk mentransfer pengetahuan, orang lokal itu pula yang akan merawat trek setelah dia pergi.
”Saya menyukai itu. Saya selalu meminta ada orang lokal atau orang yang akan merawat trek setelah saya pergi, untuk bekerja dengan saya. Jadi, mereka bisa mempelajari sesuatu, karena sekali lagi, diperlukan bertahun-tahun pengalaman untuk bisa melakukan ini. Tetapi, saya sangat menikmati bisa bekerja dengan orang lokal di lokasi saya bekerja, sehingga saya bisa membantu mereka dengan memberi beberapa ide, tetapi pada akhirnya tergantung mereka untuk mulai mengembangkan diri, terus belajar," ungkap Atkins.
KOMPAS/AGUNG SETYAHADI
Desainer trek asal Selandia Baru, Greg Atkins, mengoperasikan alat berat untuk merapikan lintasan di depan garis start Sirkuit Selaparang, Mataram, NTB, menjelang sesi kualifikasi Kejuaraan Dunia Motokros MXGP seri Lombok, Sabtu (1/7/2023).
Membaca limit
Selain menguasai teknis dan menggali ide membangun sirkuit, level selanjutnya adalah kemampuan membaca limit kemampuan pebalap. Atkins mengamati kelemahan para pebalap untuk menguji kemampuan mereka, serta mendorong pebalap mengembangkan limitnya. Namun, langkah itu sering menuai protes pebalap MXGP.
”Yang kami lakukan ini bukan hanya membangun trek balap, tetapi saya juga mengerjakan rencana pengembangan. Saya mengamati para pebalap dan mempelajari di mana mereka mulai berada pada limit dan mengembangkan limit mereka. Saya terus mendorong kemampuan mereka dengan mengamati banyak pebalap sehingga saya memahami di mana titik lemah mereka. Beberapa pebalap benci ruts (alur seperti parit akibat garukan ban motor), karena mereka tidak berkendara dengan bagus di ruts, mereka pun komplain dan komplain,” ujar Atkins.
Meski demikian, Atkins mengakui kadang ia terlalu berlebihan dalam menekan batas para pebalap. Ia juga terbuka terhadap masukan dari para pebalap. ”Ya, kadang saya terlalu berlebihan, tetapi saya hanya mengatakan, 'Ya, bagus, karena itu kelemahan Anda'. Jadi Anda juga harus memiliki kemampuan untuk mengamati apa yang dilakukan oleh para pebalap. Saya juga mendengarkan apa yang dikatakan pebalap, kemudian saya melihat apa yang mereka lakukan di trek, dan kemudian menerapkan itu di trek,” kata Atkins.
KOMPAS/AGUNG SETYAHADI
Desainer sirkuit motokros, Greg Atkins asal Selandia Baru.
Kemampuan Atkins membangun trek motokros kelas dunia itu tidak membuat dirinya berhenti belajar. Dia kini bekerja sama dengan desainer muda asal Spanyol Gabi Villada untuk saling mengembangkan diri.
”Saya punya teman, Gabi, yang ada di sini, dia mantan pebalap motokros gaya bebas dan dia sudah 10-15 tahun membangun trek, jadi dia memahami ini dengan sangat baik. Tetapi, kami selalu saling belajar, mengembangkan ide, menentukan arah tertentu,” ujar Atkins.
Ia pun terbuka terhadap masukan tim desainnya dan menjadikan mereka bagian dari perencanaan keseluruhan sirkuit. ”Termasuk, saat saya di sebuah negara, saya menunjukkan desain salah satu sektor trek, tetapi mereka mengatakan tidak, maka saya akan mengatakan, 'Oke, apa yang ingin kamu rancang, beri tahu saya'. Saya melakukan itu berulang kali. Jadi, saya menempatkan mereka dalam perencanaan sehingga mereka merasa jadi bagian dari semua itu. Ini bukan hanya soal saya, ini kerja semua orang,” lanjut Atkins.
Desainer trek asal Selandia Baru itu masih terus berkeliling dunia merancang trek-trek motokros. Dia baru akan pensiun setelah mimpi besarnya tercapai. ”Mimpi saya adalah memiliki trek motokros yang terlihat seperti lapangan golf. Saya belum meraih target itu. Jadi bentang lahan yang luas, seperti lapangan golf, sangat besar, ekstrem, tetapi itu trek motokros. Setelah meraih itu, saya akan pensiun,” ujar Atkins diiringi tawa.