Wijaya Bodro Wardani, Sanitasi Aman untuk Warga
Wijaya Bodro Wardani terus intens bergelut dalam masalah sanitasi warga. Dia tidak enggan terlibat langsung mengurusi hal-hal kotor.
Mengubah perilaku warga untuk tidak buang air besar sembarangan bukan perkara mudah. Wijaya Bodro Wardani (58) tahu benar soal itu ketika terlibat dalam program pembangunan jamban aman di permukiman padat penduduk di Kota Magelang.
Dani, begitu ia disapa, berprofesi sebagai wirausaha tanaman hias. Namun, setahun terakhir ia lebih sering mengurusi jamban warga miskin yang belum aman.
”Saya pernah menunggui pengurasan bak di bawah tanah yang selama bertahun-tahun jadi bak penampung tinja di rumah salah seorang warga di Magelang,” ujar Sekretaris Forum Tembang Tidar (FTT) Kota Magelang itu, Kamis (31/8/2023). Tembang Tidar merupakan akronim dari Temu Rembuk Babagan Pembangunan Sanitasi dan Air Minum dan Perilaku Hygiene, sebuah forum gerakan warga yang memperjuangkan sanitasi aman dan perilaku hidup higienis.
Ketika itu pengurasan dilakukan karena pemilik rumah, seorang ibu lansia yang sehari-hari bekerja sebagai tukang pijat, melapor kepada Dani bahwa WC di rumahnya berbau tidak sedap karena penampungnya sudah penuh. Ketika Dani dan pengurus FTT mengecek, mereka menemukan tangki septik ternyata hanya berupa bak penampung tinja di bawah tanah.
Tim FTT pun menguras bak itu dan membangun tangki septik aman dan kedap. Kisah seperti itu ditemui Dani di beberapa tempat. Dia dan kawan-kawan FTT pun terpaksa harus menguras bak tinja dan membuatkan tangki septik aman.
Di tempat yang lain, Dani menemukan ada warga yang sudah membuat tangki septik, tetapi pipa paralon penyambungnya pecah. Saat tangki septik dibongkar, ternyata kondisinya bersih dan kering lantaran tinja mengalir ke selokan lewat pipa yang pecah. Hal itu bertahun-tahun tidak disadari oleh si pemilik rumah. FTT akhirnya membongkar dan membantu warga untuk mengganti pipa paralon yang pecah tersebut.
Tidak semua masalah di lapangan bisa diselesaikan. Di salah satu kelurahan, ada warga membangun saluran pembuangan dari kamar mandi langsung ke kolam ikan. Sekalipun tahu yang ia lakukan tidak benar, warga itu bersikeras tidak mau mengubahnya karena buangan dari kamar mandi dibutuhkan untuk kolam lele miliknya.
Sejumlah temuan FTT di atas makin membuka mata Dani bahwa banyak warga yang masih belum tahu atau tidak peduli dengan sanitasi sehat dan aman. Hal ini juga terkonfirmasi dari hasil survei yang dilakukan FTT pada 2022 bahwa 50 persen responden atau sekitar 2.000 keluarga di Kota Magelang masih buang air besar sembarangan (BABS).
Baca juga: Ali Rokhman dan Nurul Iman, Menata Senyum Wajah Desa
Upaya mengubah perilaku itu tidak mudah. Sebagian warga sadar bahwa BABS itu salah, tetapi mereka tetap melakukannya karena merasa hal itu tidak berdampak pada kesehatan keluarganya. Cara berpikir itu tidak berubah meski mereka ditawari bantuan pembangunan jamban gratis yang terdiri dari kloset dan tangki septik dengan standar SNI yang kedap dan aman.
Meski sering mendapat penolakan dari warga, Dani dan FTT tidak jera. Ia datangi tokoh masyarakat atau warga miskin dan mengajak mereka bicara. Dani dan rekan-rekannya kadang melakukan cara yang sedikit ”kasar” untuk membuat malu warga yang BAB sembarangan. Misalnya, dengan memotret atau memvideokan warga yang suka buang hajat di sungai. Namun, strategi itu lama-lama tidak mempan.
”Warga tidak lagi takut atau malu saat difoto. Ketika ketahuan sedang buang hajat di sungai, mereka dengan santai menutupi wajah dengan sarung atau bajunya,” ujarnya.
Jamban gratis
Keterlibatan Dani dalam gerakan warga yang memperjuangkan sanitasi aman, menurut dia, terjadi karena kebetulan. Dani yang dulu aktif sebagai kader PKK diminta oleh pihak Kelurahan Kedungsari mengikuti program perbaikan sanitasi dan perilaku hidup higienis pada 2021. Penyelenggaranya USAID IUWASH-Plus.
Sejak saat itu, ia terlibat dalam mendidik warga soal perilaku hidup higienis. Pada pertengahan 2022, sebagian warga yang mengikuti program USAID IUWASH-Plus mendirikan FTT.
Pada akhir 2022, FTT bekerja sama dengan Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) membangun jamban aman yang terdiri dari kloset dan tangki septik kedap untuk warga miskin di Kota Magelang. Program yang didanai dari donasi pembaca harian Kompas/Kompas.id itu selesai pada akhir Agustus 2023.
Secara total, FTT berhasil membangun 81 unit jamban aman dan 76 sambungan rumah ke Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Kota Magelang. Ada 608 warga yang mendapat manfaat dari program itu.
Tidak berhenti sampai di sini, Dani dan FTT memikirkan keberlanjutan program ini. Menurut rencana, FTT akan membuat koperasi jamban yang nantinya akan memberikan layanan sedot tangki septik dan membangun jamban aman bagi anggota.
Dani menghargai betul setiap orang yang tergerak dan benar-benar mau beralih membangun jamban aman di rumah. Upaya pembangunan jamban pun sebisa mungkin disesuaikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan warga. Beberapa tangki septik, misalnya, atas kesepakatan dengan warga penerima, terpaksa dibangun di teras rumah lantaran keterbatasan lahan. Ada pula yang dibangun di gang sempit.
Selain itu, FTT juga memberikan layanan istimewa kepada warga lansia penerima jamban gratis yang sudah kesulitan menekuk kaki untuk jongkok. ”Agar warga lansia itu tidak kesulitan saat membuang hajat, maka kloset jongkok di rumahnya sebisa mungkin kami bangun tinggi sehingga mirip seperti kloset duduk,” ujarnya.
Baca juga : Choirul Bahri, Menyulap Limbah Menjadi ”Emas”
Dani mengaku dirinya makin bersemangat karena masalah sanitasi ternyata tidak hanya membuat dia paham soal lingkungan, jamban, dan buangan rumah tangga. Sanitasi juga makin mengasah kepekaannya, membuka mata terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya.
Ketika ia intens berkeliling mencari sasaran penerima bantuan jamban aman, ia sering kali kaget luar biasa karena warga dengan kemiskinan ekstrem ternyata ada di sekelilingnya, di sekitar rumah, tanpa pernah dia ketahui sebelumnya.
”Temuan-temuan di lapangan itu makin menggerakkan saya, membuat saya semakin bersemangat untuk mencari warga-warga miskin lain yang perlu segera dibantu,” ujarnya.
Wijaya Bodro Wardani
Suami : Basuki Rachmat
Lahir : Wamena, 22 Desember 1965
Pendidikan : Sarjana UGM Yogyakarta
Pekerjaan : Wirausaha tanaman hias
Aktivitas : Sekretaris Forum Tembang Tidar