Siar Rendang Reno Andam Suri
Kuliner khas Minangkabau rendang sudah sangat populer dan mudah dibeli di warung atau restoran Padang. Meski demikian, belum banyak orang yang tahu rendang bisa sangat variatif, bahkan berbahan daun-daunan.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F08%2F01%2F1d68dfb8-6e14-4ebb-8eb0-925a2b926e6b_jpg.jpg)
Reno Andam Suri
Berangkat dari keinginan melestarikan sekaligus memperkenalkan secara lebih luas menu rendang, Reno Andam Suri (52) blusukan menelusuri, mencatat, serta mendokumentasikan beragam variasi masakan asal tanah leluhurnya itu.
Dua judul buku pun telah ia hasilkan dari situ, Rendang Traveller dan Rendang, Minang Legacy to the World. Buku kedua bahkan sampai dua kali diganjar penghargaan bergengsi dunia, Gourmand Cookbook Award tahun 2014 dan 2021. Penghargaan itu disebut-sebut sama bergengsinya jika dibandingkan Piala Oscar di dunia perfilman.
Pada Selasa (8/8/2023), desainer grafis yang juga pengusaha rendang kemasan sejak tahun 2004 itu mampir ke Menara Kompas untuk berbincang. Dalam pertemuan itu, Reno banyak bercerita termasuk soal alasan pemicu dirinya merasa perlu berinisiatif menulis dua buku tadi.
Pada 2009, usaha rendang kemasannya membawa Reno meraih penghargaan peringkat ketiga Perempuan Enterpreneur versi majalah Femina. Tak lama berselang, salah satu media massa tertarik meliput usahanya. Wartawan pun datang dan saat itu mencicipi beberapa jenis rendang buatannya, kebetulan ada yang berbahan daging udang.
Reno mengaku kaget saat jurnalis itu berkomentar bahwa dirinya baru kali itu mencicipi rendang lezat yang bukan terbuat dari daging sapi. Dari situ Reno makin ngeh kalau anggapan rendang identik dengan daging sapi sudah sangat lazim, terutama di kota besar macam Jakarta. Padahal, sejak kecil dia diajari memasak rendang dari bahan baku bervariasi oleh orangtuanya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F08%2F01%2F6b299fef-848e-4b99-bc58-93f86661ff27_jpg.jpg)
Reno Andam Suri
Keinginan Reno membuat buku seputar rendang juga terpicu keluhan dua mahasiswa, yang menemuinya di kesempatan berbeda saat mengerjakan skripsi. Keduanya mengeluh kesulitan mencari buku acuan tentang rendang. Kalau pun ada kebanyakan buku tentang rendang hanya berisi resep dan cara membuatnya.
”Dari situ saya semakin yakin. Saya pikir oh, pokoknya (soal rendang) ini harus bisa segera ditulis. Entah nanti jadinya berupa buku atau sekadar catatan perjalanan,” ujar Reno.
Walau penuh semangat, Reno mengakui, langkah awal untuk memulainya terbilang berat. Selain hanya mengandalkan biaya dan sumber daya sendiri, Reno juga mengaku sempat bingung mencari narasumber yang tepat. Beruntung sebagai orang Minang, dia memanfaatkan jejaring keluarga dan kenalannya.
Baca juga : Rendang, Makanan Sarat Tradisi
Dari mereka dia menghubungi satu per satu para pelaku usaha dan pembuat rendang yang terkenal dan berdomisili di Sumatera Barat. Sebagian dari mereka ada yang menolak, tetapi tak sedikit pula bersedia ditemui untuk diwawancara.
Pada perjumpaan awal, Reno sekadar mengajak berbincang dan jika memungkinkan mewawancara. Setelah itu, dia meminta izin membuat janji datang kedua kalinya bersama fotografer untuk mengambil gambar.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F08%2F01%2Ff75b6d07-6b2b-4871-bd52-554767192c1a_jpg.jpg)
Reno Andam Suri
Para pengusaha dan pembuat rendang itu menerima kehadiran Reno dan mendukung usahanya mendokumentasikan segala hal terkait rendang untuk dibukukan. Sikap terbuka dan penerimaan mereka juga memungkinkan Reno untuk terlibat langsung dalam kegiatan dan masuk ke dapur mengikuti proses memasaknya langsung di bawah bimbingan sang pemilik.
Selain itu, Reno juga banyak mendapat masukan berharga dari hasil interaksi intensnya dengan para pembuat rendang serta beberapa tokoh adat terkait. Informasi dan wawasan kerap datang dari hal tak terduga seperti dari candaan-candaan atau lantunan pantun, yang dilakukan para pembuat rendang saat mereka tengah bekerja.
Sejak dahulu beragam pengetahuan, ilmu, pepatah, nasihat, dan nilai-nilai luhur budaya serta tradisi Minangkabau diturunkan secara lisan. Reno berniat hadir untuk melengkapi itu dengan caranya sendiri, mencatat dan mendokumentasikan apa yang diketahuinya ke dalam buku. Dengan demikian, generasi mendatang dapat membaca kembali apa yang menjadi warisan budaya mereka.
Dari situ saya semakin yakin. Saya pikir oh, pokoknya (soal rendang) ini harus bisa segera ditulis. Entah nanti jadinya berupa buku atau sekadar catatan perjalanan.
Rendang yang beragam
Reno menyebut ada semacam kesalahpahaman terkait istilah rendang. Banyak orang masih memahami rendang sebagai nama makanan khas Minangkabau. Padahal, rendang atau merandang sendiri adalah sebuah teknik memasak yang bertujuan menihilkan kandungan air di masakan. Daging rendang yang sempurna bentuknya kering dan berwarna gelap kehitaman.
Selain berbahan protein hewani, merandang juga bisa menggunakan bahan-bahan lain, mulai dari sayuran hingga daun-daunan. Setiap daerah di Sumatera Barat punya rendang khas masing-masing.
Sebut saja di Nagari Kapau, yang rendangnya identik menggunakan daging ayam atau itik. Sementara di tempat lain juga dikenal rendang menggunakan bahan daging buah nangka muda, daun pakis, atau daun-daunan khusus. Rendang berbahan daun-daunan yang terkenal berasal dari daerah Lintau di Tanah Datar, Sumbar, dan biasa disebut ”Rendang Seratus Daun”.
Baca juga : Indonesia Ingin Rendang Jadi Warisan Budaya Dunia
Tak hanya bahan-bahannya yang menarik, di wilayah itu juga terkenal sekelompok perempuan (uni) yang memang terlatih dan berpengalaman mencari serta memetik dedaunan tadi, baik dari kebun maupun hutan. Reno sempat mengikuti para uni itu mencari dedaunan yang bisa dipakai.
Pengalamannya itu kembali dia tulis sebagai bahan tambahan di buku keduanya. Edisi dengan tambahan tadi diikutsertakan kembali dan memenangkan Gourmand Cookbook Award di Perancis tahun 2021 lalu untuk kategori Best of the Book.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F08%2F01%2Fed799873-15b8-4c65-bbd2-849924f66ff3_jpg.jpg)
Reno Andam Suri
Bahan baku rendang unik lain juga bisa ditemukan di kawasan pesisir selatan, Painan. Warga di sana merandang daging kerang muara sungai (lokan), yang di habitatnya hidup bersama buaya-buaya muara. Saat nelayan menangkap kerang-kerang lokan tersebut sebuah ritual meminta izin harus dilakukan agar tak diterkam buaya-buaya muara.
Sampai saat ini Reno masih terus sibuk menyiarkan rendang beserta kuliner-kuliner lain asal tanah leluhurnya. Beberapa kegiatan terkait pun digelar termasuk yang melibatkan pihak lain.
Yang terbaru, Reno bersama komunitas Tastemade Indonesia menggelar jalan-jalan kuliner Nasi Kapau di kawasan Kramat, Jakarta, ”Raun Ka Kramat”. Acara itu juga menghasilkan sebuah buku catatan kecil dengan judul sama berisi sejumlah teks cerita berikut ilustrasi gambar aneka menu sajian khas Lapau Kapau.
Teks dan gambar ilustrasi tersebut juga dilengkapi tautan QR Code, yang nantinya akan mengakses tayangan video seputar Nasi Kapau di Jalan Kramat itu.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F08%2F01%2F0a98b958-3928-47ba-82ed-28aefb052602_jpg.jpg)
Reno Andam Suri
Reno juga baru selesai menyelenggarakan perjalanan tur wisata kuliner ke Sumbar selama lima hari. Acara ”Hei Minang” itu juga melibatkan Tastemade Indonesia, Restoran Kaum Jakarta, dan Chef Alvin Maulana.
Mereka blusukan ke banyak tempat di Sumbar dan mempelajari beberapa jenis hidangan khas setempat, beberapa sudah mulai jarang dibuat. Saat kembali ke Jakarta, beberapa menu khas itu dipresentasikan dalam acara Santap Malam Series Vol. Hei Minang di Restoran Kaum Jakarta.
Sementara catatan perjalanan dan foto-foto serta ilustrasi terkait lain dibukukan dalam edisi hardcover dengan judul sama. Buku tersebut juga mencantumkan resep-resep masakan yang disajikan dalam acara makan malam.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F08%2F01%2Fe68623f2-b4f5-4100-923b-44d7c6c47dfa_jpg.jpg)
Reno Andam Suri
Merambah medsos
Walau telah menghasilkan banyak buku kuliner Minangkabau, Reno masih belum puas dan bahkan cenderung khawatir. Dia meyakini apa yang dia tulis dan bukukan selama ini harus bisa berkelanjutan dan tersampaikan ke generasi selanjutnya.
”Masalahnya anak-anak sekarang enggak baca buku. Mereka lebih sering main medsos macam Tiktok ketimbang baca buku. Makanya sekarang aku juga lagi belajar bikin konten video bagus dan menarik, yang bahannya dari buku-bukuku,” ujar Reno.
Membuat tayangan video berdurasi 30 detik hingga satu menit untuk satu bahasan tertentu, menurutnya, sangat tidak mudah. Akan tetapi, waktu fokus orang menonton video Tiktok memang tak lebih dari semenit. Lebih lama dari itu, mereka akan bosan dan beralih ke video lain.
Baca juga : Para Penerus Nyonya Rumah
Reno bercerita, dirinya banyak belajar dan bertanya termasuk ke anak-anaknya sendiri. Dari mereka dia diajari untuk membuat stok video sebanyak mungkin. Selain itu, dia juga diajari cara cepat meningkatkan jumlah views. Caranya, memanfaatkan atau ”menunggangi gelombang” (riding the waves) konten orang lain yang tengah viral.
”Sekarang ini mau enggak mau. Biar kata sudah nenek-nenek ya, tetap harus belajar menambah pengetahuan,” ujar penasihat kuliner film Tabula Rasa (2014) itu.
Melalui saluran medsos, Reno berharap kesadaran dan ketertarikan generasi saat ini untuk mempelajari dan mencintai kuliner dan budayanya, termasuk rendang, bisa terwujud. Jika ingin mendalaminya lagi, mereka dipersilakan membaca buku-buku yang sudah ada termasuk karya Reno.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F08%2F01%2F38bd92cd-8c2f-4a37-ad6c-df5ba984aeae_jpg.jpg)
Reno Andam Suri
Reno Andam Suri
Lahir: Jakarta, 2 Desember 1971
Pendidikan: S-1 Disain Grafis Universitas Trisakti
Pekerjaan:
- Pendiri rendang kemasan ”Rendang Uni Farah” (2004-sekarang)
- Penulis (2014-sekarang)
- Konsultan Kuliner Minang (2017-sekarang)
- Pendiri Program Tur Wisata Rendang Traveller ke Sumatera Barat (2018-sekarang)
Buku:
- Rendang Traveller
- Rendang: Minang Legacy to the World
- Raun Ka Kramat (Untold Story About Nasi Kapau)
Prestasi:
- Best of The Book ”Minang Legacy to the World”, Gourmand Cookbook Award, France (2021)
- Winner of The Local Cookbook, Gourmand Cookbook Award, Beijing (2014)
- Google Ambassador for Campaign Local Business Go Online (2012)
- The Best 50th Online Shop Markplus.inc (2012)
- The 3rd Winner Woman Entrepreneur Femina Magazine (2009)