Michelle Yeoh dan Kemenangan Asia
Butuh waktu lama bagi Michelle Yeoh untuk mencatat sejarah dengan Oscar. Kemenangan Yeoh adalah kemenangan Asia.

Aktris Malaysia, Michelle Yeoh, memegang piala Oscar
Lewat perannya sebagai Evelyn di Everything Everywhere All at One, Michelle Yeoh (60) akhirnya berhasil membawa pulang Oscar dari kategori bergengsi Aktris Pemeran Utama Terbaik. Sebuah kemenangan telak untuk kerja keras Yeoh selama empat dekade di dunia film internasional. Kemenangan Yeoh adalah kemenangan Asia yang selama ini mendapat stigma dan stereotype di dunia film.
Sejarah yang mencatat nama Yeoh dalam kemenangan telaknya itu tercipta di panggung perhelatan Academy Awards 2023 pada Minggu (12/3/2023) waktu setempat di Dolby Theatre Los Angeles, Amerika Serikat. Yeoh, menerima pengumuman Ocar pertamanya dari aktor Jessica Chastain dan Halle Berry.
Kehadiran Berry malam itu tak kalah penting. Pada 2002, Berry adalah perempuan kulit hitam pertama yang meraih Oscar—sejak Oscar digelar tahun 1929—dari kategori yang sama berkat perannya di Monster’s Ball. Berry, adalah perempuan kulit hitam pertama yang memenangi nominasi tersebut .
Setelah dua dekade sejak kemenangan bersejarah Berry, tidak ada perempuan kulit berwarna lain yang memenangi kategori tersebut. Yeoh mencatatkan sejarah baru sebagai perempuan Asia pertama yang meraih Oscar untuk kategori tersebut.
Gemuruh gegap gempita seketika melanda Dolby Theater dan penjuru dunia. Di Malaysia, tempat kelahiran Yeoh, kerabat dan keluarga besarnya pun berkumpul demi menyambut kemenangan Yeoh. Ibunda Yeoh, Janet Yeoh (84), ada di antara mereka.
”Malaysia boleh,” teriak Janet dalam percakapan video dengan Yeoh beberapa menit setelah kemenangan Yeoh diumumkan. Itu adalah slogan popular Malaysia yang secara umum diterjemahkan menjadi Malaysia can do it! atau Malaysia bisa.
”Saya sangat senang. Saya bangga dengan putri saya. Dia adalah seorang pekerja keras kamu tahu? Semua orang tahu itu,” kata Janet di depan poster putrinya bertuliskan Malaysian Pride (kebanggaan Malaysia).
Di panggung, Yeoh tak kalah bersemangat. Ia menandai kemenangannya dengan pidato penuh makna. ”Untuk semua anak laki-laki dan perempuan seperti saya yang menonton malam ini, ini adalah mercusuar harapan dan kemungkinan. Ini adalah bukti bahwa mimpi... bermimpi besar dan mimpi bisa menjadi kenyataan,” ujarnya.
Yeoh pun mengungkapkan penghormatannya bagi sang ibu. ”Saya harus mendedikasikan ini untuk ibu saya dan semua ibu di dunia karena mereka benar-benar pahlawan super. Tanpa mereka, tidak ada dari kita yang akan berada di sini malam ini,” tuturnya.
Oscar untuk Yeoh tersebut merupakan satu dari tujuh Oscar yang berhasil disabet film Everything Everywhere All at Once malam itu. Film besutan sutradara Daniel Kwan dan Daniel Scheinert ini juga memenangi kategori Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Aktor Pendukung Terbaik untuk Ke Huy Quan dan Aktris Pendukung Terbaik untuk Jamie Lee Curtis.
Namun, bintangnya tetaplah Yeoh. Kemenangannya itu seperti telah disebutkan di awal, menjadi hal yang sangat menonjol dari salah satu kategori bergengsi yang kerap disebut oleh banyak orang, kategori 'paling putih’.
Pertama, Yeoh bukanlah orang Asia-Amerika, melainkan orang yang memulai kariernya jauh dari Amerika Serikat. Hal ini diakui oleh Yeoh saat dia berterima kasih kepada rekan-rekannya di Hong Kong karena membiarkannya berdiri di atas bahu mereka dan memberinya kesempatan sehingga dia bisa berada di panggung Oscar malam itu.
Kedua adalah karena usianya. Jarang seorang perempuan berusia 60 tahun membuat sejarah di Hollywood karena berperan sebagai pahlawan super. Saat menutup pidatonya, Yeoh menyentil isu ageism di Hollywood yang selama ini bias terhadap perempuan. ”Ladies, jangan biarkan siapa pun memberi tahu Anda bahwa Anda telah melewati masa terbaik Anda. Jangan pernah menyerah,” kata Yeoh yang disambut tepuk tangan menggemuruh.
Kemenangan Yeoh tersebut datang hampir 90 tahun setelah Luise Rainer, seorang aktor kulit putih berdarah campuran Amerika-Jerman yang juga memenangi kategori yang sama, berperan sebagai penduduk desa Tionghoa di The Good Earth (1937). Sebagai nomine Aktris Pemeran Utama Terbaik, Yeoh adalah yang pertama dalam kategori yang terindetifikasi sebagai orang Asia. Merle Oberon yang dinominasikan pada 1935 untuk The Dark Angel, tetapi tidak menang, menyembunyikan jejak Asia Selatannya.
Sebelumnya, Yeoh menjadi aktris Asia pertama yang menyabet SAG dan dan pemenang aktris terbaik di Golden Globe. Melalui perannya sebagai Evelyn di Everything Everyhere All at Once, Yeoh mengalahkan peraih Oscar, Cate Blanchett (Tar), Michelle Williams (The Fabelmans), Ana de Armas (Blonde) dan Andre Riseborough (To Leslie). Selain menampilkan kemampuan Yeoh yang telah diperolehnya selama 40 tahun berakting, kesuksesan film tersebut juga mencerminkan kegigihan Yeoh di industri yang seringkali menulis kiasan stereotipe untuk aktor non-kulit putih.
Sempat berhenti
Yeoh, semula tak pernah bercita-cita menjadi bintang film. Lahir dan besar di Malaysia, Yeoh bercita-cita menjadi balerina. Dia terdaftar di Royal Academy of Dance di London, Inggris, sampai cedera punggung mengakhiri ambisinya. Tahun 1983, ibunya memasukkannya ke kontes Miss Malaysia tanpa sepengetahuan Yeoh hingga lolos mengikuti kontes Miss World. Dia tampil untuk pertama kalinya dalam iklan jam tangan Guy Laroche di Hong Kong lalu tawaran film kemudian mulai bermunculan.

Michelle Yeoh (kedua dari kiri) bersama rekan sesama penerima piala Orcar Huy Quan,, Brendan Fraser, dan Jamie Lee Curtis,
Tahun 1980-an, Yeoh membintangi serangkaian film aksi di Hong Kong, di mana dia melakukan sendiri seluruh aksinya seperti di Yes, Madam! (1985), Police Story 3: Supercop (1992), dan Holy Weapon (1993). Awalnya Yeoh menggunakan nama Michelle Khan yang dipilih rumah produksi film D&B Films berdasarkan keyakinan nama Khan akan beresonansi lebih baik pada penonton internasional dan Barat. Belakangan, Yeoh memilih memakai namanya sendiri.
Setelah menikah pada 1987 dengan petinggi D&B Films, Yeoh sempat pensiun dari dunia akting. Yeoh melanjutkan kariernya setelah bercerai pada 1992 dan mendapat perhatian Hollywood pada 1997 saat berperan sebagai gadis Bond etnis Tionghoa pertama, beradu akting dengan Pierce Brosnan.
Peran itu membuatnya dijuluki sebagai ”gadis Bond terbaik”, ”agen China yang cerdas”, ”salah satu dari sedikit perempuan non-kulit putih yang cocok dengan kecerdasan 007” (sebutan untuk James Bond), dan ”gadis Bond pertama yang dapat dianggap serius”. Akan tetapi, meski berhasil mematahkan steoreotif gadis Bond yang khas, Yeoh sempat berhenti bekerja selama dua tahun karena Hollywood terus menawarkan peran sebagai perempuan Asia yang rapuh.
”Ketika saya pertama kali datang untuk membuat film di sini, saya ingat seseorang berkata, jika kami memerankan pemeran utama Afrika-Amerika, tidak mungkin kami bisa memilih Anda karena kami tidak bisa memiliki dua minoritas,” ungkapnya dalam wawancara dengan GQ tahun 2018.
Dalam wawancara dengan Time yang menominasikannya sebagai Icon of The Year 2022, dia menjelaskan bahwa aktor Asia telah lama diberi peran stereotip atau tidak penting dan jarang mendapat peringkat teratas. ”Seharusnya bukan tentang ras saya, tetapi ini adalah pertempuran. Setidaknya, biarkan saya mencoba,” katanya.
Setelah menjadi gadis Bond, Yeoh makin serius menunjukkan kemampuannya di Crouching Tiger, Hidden Dragon (2000), disusul Memoirs of a Geisha (2005), dan The Lady (2011). Peran-peran yang membuat penonton sulit untuk tidak mengakui kemampuan aktingnya yang brilian. Dia juga terus membuktikan dirinya melalui Crazy Rich Asians (2018), lalu susul-menyusul perannya di serial Marvel, Star Trek, Transformers, dan The Witcher hingga Everything Everywhere All at Once yang membuatnya meraih ganjaran tertinggi.
Peran di film itu sebenarnya ditujukan untuk Jackie Chan. Yeoh dijadwalkan berperan sebagai istrinya. Namun, karena Chan menolak tawaran itu, duo Daniel membalikkan cerita dan menjadikan Yeoh tokoh utama. Dia merenungkan bagaimana peran tersebut menjadi puncak dari seluruh kemampuan aktingnya.
”Jika setelah 30 tahun yang ‘aneh’ dalam bisnis ini, saya masih bisa mengejutkan Anda, ini berarti saya melakukan sesuatu yang benar,” katanya seperti dikutip Slash Film.
”Sebagai aktor, itulah yang ingin Anda lakukan. Hal terakhir yang ingin Anda lakukan adalah menjadi steoreotip atau typecast, atau dimasukkan ke dalam kotak. Ketika saya mendekati Evelyn, saya seperti tidak ingin dikenali sebagai Michelle Yeoh. Saya tidak ingin Anda melihat Michelle dalam bentuk apa pun,” imbuhnya.
Saat namanya masuk menjadi nomine Oscar, Yeoh mengatakan, memang butuh waktu lama. Tapi dia berpikir itu adalah hal yang lebih besar dari dirinya sendiri. ”Selama ini, terus-menerus, sepanjang waktu, orang-orang Asia berjalan ke arah saya sambil berkata, kamu bisa melakukannya. Kamu melakukannya untuk kami. Ini seperti, saya mengerti. Saya mengerti. Selama ini mereka tidak dikenali. Mereka tidak didengar,” katanya.
Yeoh, dengan dedikasi dan kerja kerasnya selama empat dekade telah membukakan jalan itu, memastikan orang Asia dikenali dan didengar. Dan sejarah, telah mencatat. (BBC/DW)
Michelle Yeoh
Lahir: Ipoh, Perak, Malaysia, 6 Agustus 1962
Profesi: Aktris
Goodwill Ambassador UNDP,
UNDP Animal Ambassadors,
Amfar Ambassador untuk penelitian HIV/AIDS
Penghargaan khusus:
- Asian Media Award (1998)
- ShoWest Award for International Star of The Year (2001)
- Outstanding Contribution to Asian Cinema (2013)