Haris Yusmana, Bawa Hasil Panen Pangalengan Keliling Dunia
Haris Yusmana memberdayakan petani Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Hasilnya melanglangbuana hingga ke berbagai negara.

Haris Yusmana, diambil di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (21/2/2023).
Haris Yusmana (34) akrab dengan dunia pertanian sejak kecil. Sempat menggeluti pekerjaan lain, akhirnya dia kembali ke prtanian. Bahkan, dia menggantungkan impian untuk membawa hasil hortikultura dari Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, ke berbagai penjuru dunia.
Tumpukan kentang yang dilepas Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar, Selasa (21/2/2023) membuat Haris bernapas lega. Usahanya dalam setahun terakhir memproduksi kentang berkualitas ekspor melalui Kelompok Tani (Poktan) Laksana Berkah membuahkan hasil.
Dari Desa Pulosari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, delapan ton kentang dan 200 kilogram buncis kenya meluncur ke Singapura. Nilai ekspor dari dua komoditas ini mencapai Rp 115 juta. Sebanyak Rp 112 juta untuk kentang dan Rp 3,4 juta untuk buncis kenya.
Kualitas kentang ini membuat Abdul Halim bersama para pejabat yang turut bersamanya berdecak kagum. Kentang dari berbagai ukuran ini berwarna kuning cerah dengan umbi yang padat. Bahkan, mereka berfoto bersama dengan menunjukkan kentang yang dicabut di lahan pertanian milik keluarga Haris.
Lihat juga : Panen Kentang Kualitas Ekspor dari Pangalengan Bandung

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar melepas truk pembawa kentang komoditas ekspor di Desa Pulosari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (21/2/2023). Sebanyak 8 ton kentang bakal diekspor ke Singapura dari desa tersebut.
Abdul Halim terang-terangan memuji Haris karena berhasil memproduksi kentang ekspor. Tidak hanya itu saja, Haris dinilai bisa membawa warga desa untuk memajukan pertanian di sekitarnya.
“Integritas dan komitmen, itu paling penting. Contohnya, Mas Haris, dia ahli kentang di desa ini, bisa sampai ekspor,” ujarnya di sela pelepasan kentang.
Menurut Haris, setidaknya ada enam hektar lahan lain di sekitar Desa Pulosari milik para petani yang ditanam kentang.“Yang tergabung dalam Laksana Berkah itu ada sekitar 25 orang, petani dan manajemen. Semua saling berbagi ilmu, saling belajar,” ujarnya.
Pujian dari Menteri Abdul Halim ini tidak serta-merta membuat Haris berpuas diri. Dia melihat potensi yang besar dari pertanian kentang ini. Namun, dia dan rekan-rekannya terhambat keterbatasan lahan dan sumber daya manusia. Akibatnya, dia dan kelompok tani hanya mampu mengirim separuh dari total permintaan ke Singapura.
“Untuk Singapura, permintaan mencapai 16 ton seminggu, lalu Arab Saudi 30 ton. Jadi, peluang pasar terbuka lebar, tetapi kami di sini masih belum memenuhi suplai karena petani baru bisa produksi 6-8 ton dalam seminggu di lahan sekitar 6-10 hektar,” ujar Haris.
Bibit berkualitas

Sejumlah petani memanen kentang berkualitas ekspor di Desa Pulosari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (21/2/2023). Komoditas kentang ini dibudidayakan oleh kelompok tani dari Desa Pulosari, dan sebagian di antaranya merupakan kaum ibu.
Tidak hanya kuantitas yang mencapai ribuan kilogram, kualitas kentang yang jempolan juga harus dipenuhi agar bisa lolos pasar ekspor. Haris mengembangkan ribuan bibit kentang berkualitas di dua rumah kaca yang siap disebar kepada para petani untuk dibudidayakan.
“Semua bibit dari petani Laksana Berkah datang dari kami untuk memastikan kualitas bibit yang akan ditanam dan dipanen. Kemampuan produksi bisa mencapai 30.000 bibit dalam satu siklus. Jadi, untuk masalah bibit, kami rasa cukup, tetapi lahan dan petani yang ikut ini masih sedikit,” ujarnya.
Haris mengembangkan kualitas bibit kentang ini karena ingin mengembalikan kejayaan Pangalengan sebagai penghasil kentang berkualitas. Puluhan tahun lalu, daerah yang berjarak 30 kilometer dari Kota Bandung ini dikenal memproduksi kentang dan hasil hortikultura yang mampu menembus pasar dunia. Haris adalah saksi hidupnya.
“Waktu saya kecil, Pangalengan itu dikenal sebagai Kota Dollar karena hasil perkebunannya banyak dijual ke luar negeri. Bahkan, kentang dari sini tidak kalah dengan kentang dari Dieng (Jawa Tengah). Namun, semua itu perlahan hilang kira-kira setelah krisis moneter 1998,” kenang Haris.
Seiring gemerlap Pangalengan sebagai penghasil kentang mulai padam, Haris mulai masuk sekolah dan menekuni ilmu sosial. Saat lulus madrasah dan akan menginjakkan kaki di perkuliahan, Haris tertarik belajar di bidang pertanian.
Akan tetapi, karena berasal dari bidang sosial, dia pun tidak bisa memenuhi keinginan tersebut. Haris pun menempuh studi jurnalistik di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Kota Bandung, sejak tahun 2008.

Dua petani menunjukkan sejumlah kentang yang dipanen di Desa Pulosari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (21/2/2023). Kentang ini memiliki kualitas ekspor dengan potensi panen mencapai 8 ton per minggu.
Hanya saja, sekitar tahun 2013, dia memilih meninggalkan perkuliahan dan terjun ke pertanian. Dia memilih untuk mengembangkan kembali pertanian hortikultura milik keluarga dan mengajak para petani di sekitarnya untuk lebih berdaya.
“Saya juga sempat bekerja di beberapa perusahaan media. Semua tidak bertahan lama karena ingin kembali bertani. Sebenarnya saya masih ingin menyelesaikan kuliah, tetapi sekarang lebih prioritas untuk keluarga dan bertani,” ujarnya.
Sebagai petani muda, Haris belajar ke para petani yang lebih berpengalaman di sekitarnya. Dia mengumpulkan pengetahuan terkait bibit kentang dan mengembangkannya agar bisa mendapatkan bibit berkualitas.
Bibit yang dikembangkan mandiri ini mengurangi potensi kecurangan di lapangan, karena terkadang bibit yang ditawarkan tidak sesuai kualitasnya. “Misalnya, penjual bilang ini bibit nya G0, atau yang terbaik, padahal itu G3 atau G4. Kan kalau begitu, petani bisa rugi,” ujarnya.
Mengajak petani
Tidak ingin menikmati untung sendiri, Haris pun berbagi dengan petani lainnya. Dia sadar, potensi pasar yang besar ini tidak bisa ditangani sendiri. Bahkan, dengan mengajak petani lainnya, kesejahteraan di Desa Pulosari, bahkan Bandung selatan menjadi lebih bergairah untuk kembali menanam kentang.
“Potensi ini benar-benar terbuka. Namun, kami masih terbatas lahan dan modal. Jadi, sekarang saya mencoba untuk mengajak petani-petani kembali ikut bertani kentang dan hortikultura lainnya. Kalau itu bisa terpenuhi, jalan untuk sejahtera jadi terbuka,” ujarnya.
Semangat untuk memajukan kembali Pangalengan dengan hortikulturanya membuat Uus Rustiman (34), pendiri Laksana Berkah lainnya, tertarik. Dia pun bersedia ikut ambil andil dalam mengembangkan kelompok tani yang kian fokus menghasilkan produk hortikultura berkualitas ekspor.
Uus pun mengenal Haris sebagai sosok yang rela membantu sesama. Dia melihat Haris sebagai contoh bagi generasi muda untuk terjun ke pertanian. Tidak hanya mengambil keuntungan saja, Haris juga memiliki asa untuk membawa petani lainnya sejahtera.
“Saya bagian mencari relasi, sementara Kang Haris fokus ke budidaya produk. Dia memberikan contoh yang baik bagi petani lainnya dan mau berkembang bersama. Bagi saya, Kang Hari itu contoh petani muda yang memberikan manfaat bagi semua,” ujarnya.
Di saat para petani Pangalengan bisa menghasilkan produk hortikultura yang berkualitas, para petani juga bisa menikmati hasilnya. Semua itu menjadi impian Haris untuk membangkitkan kembali Bandung Selatan sebagai produsen komoditas yang melanglang buana keliling dunia.
Baca juga : Kisah Perempuan Petani Tangguh dari Bandung Selatan
BIODATA
Nama : Haris Yusmana
Tempat/tanggal lahir : Bandung, 10 Februari 1988
Pendidikan : Madrasah Aliyah Al-Firdaus, Pangalengan, Bandung ( Lulus 2006)
Jabatan : Pengelola Kelompok Tani Laksana Berkah (2021-sekarang)