Penting bagi anak bangsa untuk menemukan alternatif dan melakukan inovasi. Hal ini diyakini dapat menjadi penolong di situasi yang diprediksi suram pada 2023
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·3 menit baca
Konteks tema Natal tahun ini yakni “Maka Pulanglah Mereka Ke Negerinya Melalui Jalan Lain” sesuai dengan konteks hari ini. Mengambil dari Injil Matius 2.12 berkisah tentang orang-orang Majus yang mencari jalan lain untuk menghindari Herodes yang ingin membunuh Sang Juru Selamat di hari kelahirannya.
"Ini sangat tepat dengan kondisi hari ini. Pesan firman itu adalah berhasil menyelamatkan seluruh penerima pesannya dari ancaman kematian oleh penguasa zalim. Mulai dari jalan alternatif dan jalan inovatif harus selalu disampaikan, didengarkan serta dilakukan, agar kematian tidak berkuasa," ujar Ephorus HKBP Pendeta Robinson Butarbutar.
Selain itu, tema natal tersebut juga cocok untuk menghadapi tahun 2023 yang diperkirakan akan suram. Covid-19 yang masih membayangi dan perang Rusia-Ukraina yang berdampak pada perekonomian dunia menjadi ancaman.
Untuk Indonesia, lanjut Robinson, pesan dari tema Natal ini sangat penting agar anak bangsa berusaha menemukan alternatif dan melakukan inovasi terus menerus untuk bisa memenuhi prediksi pertumbuhan ekonomi di atas lima persen.
Ungkapan "melalui jalan lain" sangat penting di sini. Ini dimaksudkan agar garis menuju Indonesia Maju tidak terputus dan berdampak kesulitan bagi bangsa Indonesia. Selain itu, pesan tersebut juga menginspirasi kita untuk tidak gampang menyerah dan tetap tunduk pada firmanNya.
Disinggung mengenai kekhawatiran penggunaan politik identitas yang diperkirakan mulai kembali mencuat pada 2023, Robinson menyampaikan, politik identitas dalam keagamaan berpotensi besar untuk menciptakan beragam jenis diskriminasi.
Robinson yang juga menjadi anggota Komite Sentral Dewan Gereja-gereja Sedunia yang Agustus lalu menjelaskan, sempat membahas bagaimana gereja melawan diskriminasi dan rasisme yang masih terus merajalela hingga saat ini di seluruh dunia dengan anggota komite lainnya.
"Saya menolak penggunaan politik identitas. Saya menyerukan agar di dalam Kekristenan dan dalam interaksi sosial politik dengan anak-anak bangsa kita harus mengedepankan langkah diskusi serta menolak politik identitas," jelas Robinson.
Untuk itu, para pemimpin maupun calon pemimpin mesti memahami sejumlah hal. Ada beberapa poin masalah yang menurutnya cukup krusial untuk diperhatikan. Pertama, memahami cita-cita rakyat Indonesia yang menginginkan perbaikan dan kemajuan hidup. "Setiap pemimpin perlu dan wajib mengabdikan diri mereka untuk hal itu," tegas Robinson.
Kedua, kemampuan memimpin dan mengelola berdasarkan strategi yang dilakukan dengan hati. Hal ketiga yang patut diperhatikan adalah kemampuan memaksimalkan potensi-potensi Indonesia "Suatu bangsa yang besar dan sudah lama tidak dikelola dengan baik," ujar Robinson.
Belum usai
Kendati demikian, Robinson yang sudah dua tahun memimpin Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) ini mengaku masih ada beberapa pekerjaan yang belum usai. Antara lain, menghibur umat yang terpapar Covid-19 secara holistik, baik yang kehilangan sanak saudara maupun yang kehilangan mata pencaharian.
"Puji Tuhan, hal itu kami lakukan dengan baik berkat kesigapan pimpinan HKBP di semua bidang, sehingga kaum yang membutuhkan baik di dalam maupun di luar HKBP dapat dihibur. Caranya adalah hadir dalam duka dan menopang mereka yang membutuhkan," jelasnya.
Selanjutnya, keterbatasan dalam melakukan pelayanan mengingat pertemuan langsung dibatasi karena Covid-19. Ia pun menuturkan seluruh pendeta HKBP selama satu tahun itu menggeluti pelayanan dalam era digital.
"Misalnya dalam rapat pendeta dengan tema "Tuhan adalah keselamatanku, aku tidak takut (Yesaya 12:2)" dan subtema "Pendeta HKBP bergegas melayani di era digital agar iman tidak jatuh" sehingga kami tidak sungkan beradaptasi untuk melayani umat yang menghadapi penjara sosial," tutur Robinson.
Satu hal lagi yang terus dilakukan oleh dirinya dan seluruh pendeta HKBP adalah mengajarkan umat bahwa Covid-19 perlu dihadapi dengan iman yang dibuktikan dalam ketaatan pada tuntunan pemerintah, yakni protokol kesehatan.
"Karena pikiran sempit yang menyebut Covid-19 hanya dapat dihadapi dengan iman saja tanpa protokol kesehatan dan vaksinasi memengaruhi banyak jemaat. Kami pun mendorong pentingnya vaksinasi pada para jemaat. Kami bekerja sama dengan Menteri Kesehatan untuk melayani vaksinasi pada seluruh jemaat, termasuk di kantor pusat HKBP," ungkapnya.