Budiyansyah Memberdayakan Jenama Kopi Lokal
Ia belajar menyeduh kopi secara autodidak dari Youtube. Selain itu juga dengan bertemu para pegiat kopi lain untuk berbagi pengetahuan. Pengetahuan yang ia dapat kemudian dipraktikkan di rumah produksinya.
”Bangga buatan Indonesia” perlu dibumikan dengan langkah konkret, sekecil apa pun itu. Budiyansyah (30), pemuda asal Kubu Raya, Kalimantan Barat, mengambil langkah nyata berjuang membangun jenama kopi lokal, memberdayakan petani, serta menjadikan rumah produksi sebagai etalase belajar.
Budiyansyah menyeduh kopi di rumah produksi miliknya di Desa Punggur Kecil, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Senin (21/11/2022). Pagi itu, ia mengawali hari dengan menyeruput segelas kopi bersama beberapa rekannya.
Rumah produksi milik Budiyansyah mengolah biji kopi robusta menjadi kopi bubuk. Kopi bubuk yang diproduksi kemudian dikemas dengan berbagai ukuran dan ia beri merek Juragan Coffee. Ia terus berjuang agar merek lokal ini bisa bersaing.
Bahan baku biji kopi yang diolah di rumah produksi tersebut berasal dari hasil panen di kebunnya sendiri, yang ditanami sekitar 100 pohon kopi. Ia juga membeli kopi robusta lokal dari petani setempat. Ada 5-10 petani menjual biji kopi ke rumah produksi kopi Budiyansyah. ”Per orang memiliki 70-100 pohon kopi,” ujarnya.
Kopi bubuk produksinya dijual ke beberapa daerah di Kalbar, yaitu di Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Ketapang, dan Kota Pontianak. Ada juga yang ke daerah lain atau bahkan ke luar pulau, seperti Kalimantan Timur, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Kopi yang sudah diolah dijual sekitar Rp 100.000 per kg.
Budiyansyah mulai menggeluti seluk-beluk kopi pada akhir tahun 2017. Ia melihat potensi pasar kopi tinggi, apalagi di Pontianak yang bertetangga dengan Kubu Raya. Terdapat ribuan warung kopi di Pontianak, mulai dari yang tradisional hingga coffee shop modern. ”Yang ngopi mulai dari anak muda hingga orang tua,” tuturnya.
Kondisi itu bisa menjadi ceruk pasar bagi jenama kopi lokal, terutama dari daerahnya yang memiliki bahan baku kopi. Dari sisi suplai, di desa tempat ia tinggal memiliki bahan baku kopi. Baginya, membangun jenama lokal tidak hanya soal kemasan, tetapi juga dari sisi bahan baku yang berasal dari produksi kopi petani lokal.
Baca Juga: Rudi Hartono, Gelora Kaum Muda di Pesisir Kubu Raya
Hulu-hilir
Namun, ada masalah di tingkat hulu (petani). Petani hanya menjual bahan baku berupa biji kopi kepada pengepul. Dari pengepul, biji kopi beredar ke mana-mana. Dari situlah muncul ide Budiyansyah mengelola kopi dari hulu hingga hilir. Jika dikelola dari hulu hingga hilir, kopi akan menyerap tenaga kerja.
Hal itu juga membuat kopi memiliki nilai tambah, terutama dalam kemasan jenama lokal Kubu Raya. Maka, pada 2021 merek Juragan Coffee miliknya ia daftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM, hingga pada 2022 keluar sertifikat hak merek dagang.
Mengolah biji kopi menjadi kopi bubuk sudah ia lakukan sejak 2018. Seiring waktu, karena menjamurnya warung kopi, ia tidak hanya mengolah biji kopi menjadi kopi bubuk, tetapi juga belajar menyeduh kopi. Sebagian hasil penjualan kopi bubuk ia sisihkan untuk membeli alat penyeduh kopi yang sederhana.
Baca Juga: Oktavianus Beda Raran, Jagung Titi untuk Literasi
Ia belajar menyeduh kopi secara autodidak dari Youtube. Selain itu juga dengan bertemu para pegiat kopi untuk berbagi pengetahuan. Pengetahuan yang ia dapat kemudian dipraktikkan di rumah produksinya. Dengan memiliki keahlian sebagai barista, ia berharap bisa menilai sendiri kualitas kopi setelah diseduh.
Ia juga menekuni roasting (menyangrai) biji kopi dengan mesin. Setiap tahapan ia pelajari sehingga dapat mengetahui secara detail kualitas produk. Dengan demikian, ia bisa mengajarkan ke petani dan anak-nak muda serta siapa saja yang mau belajar tentang kopi. ”Kita harus expert pada bidang yang digeluti agar menjadi pembeda dari yang lain,” ujarnya lagi.
Dulu ada enam orang yang belajar dengannya. Namun, karena kebutuhan setempat belum begitu ramai sehingga sementara dia merekrut dua pemuda setelah dilatih untuk bekerja menjadi barista. Mereka lulusan SMA yang memerlukan pekerjaan dan memiliki keinginan belajar.
Budiyansyah juga menekuni sisi hulu di perkebunan kopi. Ia melihat tanaman kopi petani banyak ditebang karena produktivitasnya rendah. Kopi petani kurang perawatan. Petani juga memerlukan informasi serta edukasi terkait perawatan pohon kopi.
Petani setempat pernah mendapat bantuan bibit kopi pada 1990, tetapi hanya ditanam begitu saja. Mereka tidak mendapatkan bimbingan dan pelatihan lebih lanjut terkait potensi pasar dan mata rantai bisnisnya.
Kopi di desanya ditanam tumpang sari dengan tanaman langsat dan durian. Tatkala durian muai berbuah, kopi ada kalanya dianggap menghalangi proses panen dan mobilisasi sehingga ditebang, apalagi produktivitasnya rendah. Padahal, harga kopi di Kubu Raya kian tinggi, dari Rp 27.000 per kg pada 2018 menjadi Rp 35.000 per kg saat ini.
Berkolaborasi
Sejak 2018 ia membeli kopi dari 5-10 petani di daerahnya. Dalam sebulan, 100-200 kg kopi ia dapat dari petani. Dukungan dari petani baginya sangat penting kini dan ke depan karena turut memperkuat jenama kopi lokal. Dengan ada dukungan petani, ada ketersediaan bahan baku lokal.
Ia juga menjalin kerja sama dengan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura dalam program magang Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Sejumlah mahasiswa magang di rumah produksi kopi dan kebun milik Budiyansyah selama satu semester. Selama magang, mereka belajar rantai pasok dalam industri kopi.
Selain itu, mereka juga turut dalam pembibitan kopi yang diharapkan nantinya akan dibagikan kepada petani. Kini, ada sekitar 1.000 bibit kopi. Mahasiswa tersebut ada yang menekuni aspek tanah, agroteknologi, metode pengembangan, misalnya stek dan sambung pucuk.
Baca Juga: Indah Widiastuti dan Manfaat Ajaib di Balik Tepung Nipah
Dalam kegiatannya, Budiyansyah bersama mahasiswa yang magang mencari metode apa yang efisien diterapkan untuk pengembangan kopi di desanya. Metode yang efisien nantinya diterapkan. Proses edukasi kepada petani juga dilakukan.
Upaya kolaborasi juga pernah dilakukan bersama Balai Proteksi Tanaman Pangan. Beberapa kelompok tani dikumpulkan. Pemangku kebijakan berbicara dari aspek penanganan hama dan Budiyansyah lebih pada aspek bisnis sehingga ada kolaborasi.
Seiring waktu, pemangku kepentingan perlahan melirik dan memberikan bantuan kepada petani, misalnya berupa pupuk organik cair. Budiyansyah juga pernah diundang dinas usaha mikro, kecil, dan menengah dalam berbagai pelatihan kewirausahaan dan pameran.
Berani memulai
Budiyansyah sangat peduli dengan isu jenama lokal karena Indonesia menggalakkan kampanye ”bangga buatan Indonesia” dan ”cintai produk dalam negeri”. Apa yang ia lakukan selama empat tahun terakhir ini bertujuan agar jenama lokal bisa bersaing dan berkelanjutan. Untuk mewujudkannya, tidak harus menunggu semuanya sempurna baru ”dieksekusi”, tetapi berani memulai. Ketika sudah berani memulai, ia akan dipertemukan dengan orang-orang yang membantu pengembangannya.
Upayanya membangun jenama lokal selama 4 tahun ini menemui banyak tantangan. Salah satunya, dalam usianya yang masih muda tidak mudah bagi Budiyansyah berbagi pengetahuan dengan petani kopi. Apalagi, petani merasa sudah lama menanam kopi.
Namun, ia terus belajar dan menambah relasi. Dengan berbagai penghargaan dari sejumlah instansi pemerintahan, kepercayaan dirinya bertambah untuk berbagi pengetahuan dengan para petani kopi setempat serta meyakinkan mereka.
Tantangan lainnya adalah memperbaiki kopi pascapanen dari petani. Ia harus menyortir secara manual sebelum biji kopi diolah lebih lanjut. Apalagi, untuk suplai ke coffee shop, perlu kualitas bagus.
Budiyansyah
Lahir: Punggur, 23 Juli 1992
Istri: Juliana (30)
Anak:
- M Sulthan Fajri (4)
- Suqaenah Amaera (1)
Pendidikan:
- SDN 01 Punggur Kecil tahun 1993.
- MTS At-Taqwa, Bekasi, 2005.
- MA Makarim El-Akhlaq, Singkawang, 2008.
- S-1 FEB Universitas Tanjungpura Pontianak, Jurusan Ilmu Ekonomi Tahun 2012-2020.
Penghargaan:
- Penghargaan UMKM Berprestasi dari Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Kubu Raya tahun 2020.
- Penghargaan Pemuda Pelopor bidang Pangan dari Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kubu Raya tahun 2021.
- Penghargaan Pemuda Pelopor bidang Pangan dari Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Kalimantan Barat tahun 2021.
- Penghargaan Pemberdayaan Masyarakat Program ”Yess” dari Kementerian Pertanian tahun 2022.