Dalam filosofi Jawa, seorang pemimpin harus berwatak berbudi bawa leksana. Berwatak murah hati dan menepati janji. Janji mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Salus populi suprema lex.
Oleh
Hadisudjono Sastrosatomo
·3 menit baca
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Rangkaian foto lukisan para presiden Republik Indonesia tergambar di sebuah tembok di kawasan Cipondoh, Tangerang, Banten, Rabu (18/8/2021). Survei Litbang Kompas pada April 2021 menunjukkan, masih banyak masyarakat yang belum menentukan pilihan calon presiden (capres). Hingga tiga tahun menjelang pemilu, sekitar 21 persen responden menyatakan belum menentukan pilihan capres. Angka pemilih yang belum menentukan pilihan itu tergolong tinggi karena lebih besar dari tingkat elektabilitas sejumlah tokoh yang masuk dalam bursa kepemimpinan mendatang. Kompas/Hendra A Setyawan (HAS) untuk stok cetak
Pojok Kompas (11/3/2022) dan berita Kompas (10/3/2022) menyentuh nurani. Krisis Ukraina jadi ”perang energi”. Energi dan pangan jadi ”senjata” karena ada saling ketergantungan antarnegara. The Economist (12/3/2022) menunjukkan, ada kenaikan harga komoditas 26 persen dibandingkan awal 2022. Harga akan terus meningkat. Perut lapar dapat memicu gejolak politik karena kebutuhan mendasar manusia merupakan keniscayaan. Rakyat sejahtera jika ada kemudahan dan ketersediaan pangan, sandang, papan.
Tajuk Rencana Kompas (15/3/2022) ada dua judul, tetapi keduanya bermuara kepada kepentingan rakyat. Penutupnya: sah-sah saja mencari peluang mempertahankan atau merebut kekuasaan, tetapi inti dari kekuasaan adalah untuk kesejahteraan rakyat. Untuk kepentingan rakyat, bukan kepentingan kekuasaan semata. Dalam filosofi Jawa, seorang pemimpin harus berwatak berbudi bawa leksana. Berwatak murah hati dan menepati janji. Janji mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Tajuk rencana yang kedua menutup dengan ungkapan: salus populi suprema lex, keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi.
Sidang pembaca dipersilakan membaca artikel lengkapnya. Menerapkan VUCA2.0 Bill George makin relevan. Bagaimanapun Kompas masih menunjukkan sisi kepeduliannya kepada rakyat. Suatu hal yang diharapkan dari media arus utama. Berpikir sederhana, memelihara nurani dan akhlak luhur. Semoga ajek dalam prinsip.
Hadisudjono Sastrosatomo Anggota Tim Pengarah Pusat Etika Bisnis dan Organisasi SS-PEBOSS–STM PPM Menteng Raya, Jakarta
Membangun Generasi Muda
DOKUMENTASI ALUMNI SMA JAKARTA BERSATU
Agung Pangestu, generasi muda dari masyarakat adat Sedulur Sikep
Beberapa tahun lalu kami terlibat dalam ”proyek” yang diprakarsai British Council Indonesia Foundation, didukung oleh HSBC, dan ditampung oleh Kemendikbud. Proyek bernama ”Pendidikan Global: Membangun Generasi Muda Cerdas dan Berkarakter” ini menyertakan 12 SLTA di Bandung dan Jakarta. Termasuk SMA dan SMK. Setiap sekolah terdiri atas empat kelompok siswa, dibimbing dua guru. Guru mendapat pelatihan sebelum menjalankan tugas mereka. Kegiatan berlangsung setahun penuh dan kami sebagai konsultan. Gagasan dasarnya sederhana. Para siswa, yang sukarela ikut, distimulasi untuk mengamati lingkungan sekitar sekolah, menemukan masalah yang perlu diperbaiki untuk kepentingan bersama. Mereka mempelajari situasi, memperhatikan faktor yang berperan, dan menggagas solusi terbaik yang relevan.
Mereka ternyata antusias. Kegiatan ini—yang merupakan pengalaman baru—juga disambut para guru. Kelangsungan kegiatan ini sepenuhnya dilandasi oleh kreativitas, gagasan, dan manajemen diri siswa, termasuk kemampuan mengelola waktu.
Antarkelompok, antarsekolah, mereka berkompetisi; sementara di dalam kelompok mereka berlatih untuk bisa berkolaborasi dan berkonsensus. Bukan suara terbanyak. Kegiatan diakhiri dengan presentasi, penilaian, dan pameran bersama hasil kerja mereka. Juga ada ”sangu” kesan dan pesan pejabat setempat.
Ada yang menciptakan sistem belajar bahasa, juga matematika dengan memanfaatkan komputer. Ada pula yang membuat program untuk menjaga kebersihan kelas, selain membuat sapu beberapa ukuran dari potongan bekas botol-botol minuman plastik untuk membersihkan halaman sekolah (ringan dan tidak perlu membeli).
Ada kelompok-kelompok yang merancang program kampanye anti-bullying, mendetail, dengan cara yang penuh keriaan (sesuai dengan karakteristik remaja), tetapi serius. Ada pula yang membentuk kelompok pendukung untuk membantu dan memberikan dukungan psikologis kepada korban bullying di sekolah. Bagi kami, apa yang diutarakan di atas bisa menjadi model pembelajaran sederhana dalam membangun generasi muda cerdas berkarakter. Kegiatan semacam ini bisa menjadi program ekstrakurikuler atau kurikuler untuk menopang pembentukan karakter siswa Zainoel B Biran Psikolog dan Pengamat Sosial,Ciputat Timur, Tangerang Selatan