Berkat prinsip hidup mengalir seperti air, Alisya Mellynar (20) terhanyut dari bocah yang terpaksa belajar wushu menjadi pendekar emas di SEA Games Vietnam 2021.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Aksi atlet wushu Indonesia Alisya Mellynar ketika bertanding dalam nomor Taolu Taijiquan cabang Wushu pada SEA Games Vietnam 2021 di Cau Giay Gymnasium, Hanoi, Vietnam, Sabtu (14/5/2022). Alisya menyabet medali emas dalam nomor ini.
Berkat prinsip hidup mengalir seperti air, Alisya Mellynar (20) terhanyut dari bocah yang terpaksa belajar wushu menjadi pendekar emas di SEA Games Vietnam 2021.
Wajah Alisya tegang. Setelah nyaris dua jam berlalu, dia akhirnya keluar juga dari ruangan tes doping di Cau Giay Gymnasium, Hanoi, Vietnam, Sabtu (14/5/2022). Berjalan dengan medali emas SEA Games yang mengalungi lehernya, dia sontak berkata, ”Aku tidak bisa pipis. Jadi nunggu lama banget.”
Di depan ruangan itu, belasan wartawan sudah menanti dengan segudang pertanyaan. Wajah Alisya semakin tegang, campur bingung, ketika dicecar berbagai pertanyaan. Dengan tatapan mata kosong, dia menjawab seadanya dengan senyum ala kadar.
Wajar saja jika dia agak kagok. Alisya adalah atlet debutan di SEA Games. Ini adalah ajang multicabang internasional pertama yang dijalani. Dia belum terbiasa disorot seperi itu. Apalagi, dia juga masih terkejut karena datang tanpa ekspektasi medali. ”Aku hanya mau main bersih, rapi. Kalau dikasih podium, alhamdulillah,” ucapnya.
Sikapnya menatap lomba mungkin terlihat seperti pasrah dengan garisan takdir. Namun, sikap tanpa beban itulah yang menjadi kunci keberhasilannya. Saat para pewushu senior Indonesia membuat kesalahan akibat beban target medali, dia bisa tampil mengalir di tengah kepungan ribuan penonton tuan rumah di Cau Giay Gymnasium.
Turun di nomor koreografi jurus taijiquan atau taiji tangan kosong, jurus berkarakter lemah lembut, Alisya begitu menyatu dengan musik bertempo lambat yang mirip lagu relaksasi. Dia memukul dan menendang dengan anggun, mengikuti irama.
Gerakan gemulai, ditambah postur tegak, membuatnya tampak bagai seekor bangau yang bermain di danau tak berpenghuni. Saking lembutnya gerakan Alisya, waktu seolah-olah berhenti ketika dia berpose jongkok dengan satu kaki bersila. Lima detik terasa seperti waktu amat panjang saat dia berpose itu.
Tempo musik mendadak berubah cepat di beberapa bagian, tengah sampai akhir. Alisya mengikuti irama lagi dengan gerakan akrobatik lebih bertenaga, tetapi tetap anggun. Dia bisa mengontrol kekuatan pukulan dan tendangan agar gerakan tetap mengalir. Tertarik ke dalam dunianya, para penonton pun berdecak kagum.
Alisya bisa hidup dalam multisemesta ciptaannya karena mampu menyatu dengan musik. ”Hal paling penting mengkhayati musik. Aku harus ngebawa musiknya, jangan sampai aku yang terbawa. Semakin menyatu, semakin nyaman. Makanya, aku tiap hari dengerin sebelum tidur dan latihan,” tutur atlet berwarna kulit sawo matang ini.
Sepintas, sang debutan tampak seperti pewushu legendaris Lindswell Kwok. Berkat kematangan itu, Alisya meraih total nilai 9,71. Nilai itu merupakan salah satu yang tertinggi dari seluruh nomor wushu di Vietnam. Dia pun mengalahkan juara bertahan asal Filipina, Agatha Wong (9,69), juga dua wakil tuan rumah.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Atlet wushu Indonesia Alisya Mellynar bersama medali emas yang diraihnya dalam nomor Taolu Taijiquan cabang Wushu pada SEA Games Vietnam 2021 di Cau Giay Gymnasium, Hanoi, Vietnam, Sabtu (14/5/2022). Alisya menyabet medali emas dalam nomor ini.
Bagi Alisya, emas itu terasa amat spesial. Dia bisa meniru jejak Lindswell yang merupakan idolanya sejak pertama belajar wushu pada usia 11 tahun. Sebelum berangkat, pewushu bermata besar ini bahkan sempat mendapat masukan dari Lindswell. Dia mempraktikkan saran sang idola.
”Pas simulasi terakhir (Lindswell) datang mau lihat semua. Waktu itu sehabis main aku tanya pendapatnya gimana. Terus disaranin supaya lebih buka, lebih tegak. Aku ada bawaan agak bungkuk. Dilihat dari samping itu agak jelek. Kalau Ci Lindswell, kan, tegak bagus banget,” lanjut juara dunia yunior taijiquan pada 2018 itu.
Filosofi mengalir
Prinsip mengalir itu tidak hanya ada dalam jurus Alisya di matras lomba. Prinsip yang sama sudah dijalaninya sejak kecil. Seperti ketika dia pertama kali mengenal dunia wushu pada usia 11 tahun di Sasana Yasanis.
Alisya tidak pernah berniat mempelajari wushu. Dia hanya ikut-ikutan karena diajak oleh sang sepupu. Meskipun tidak suka berlatih, atlet berparas lembut ini terus menjalani latihan tiga kali seminggu. Salah satunya alasannya karena ingin membalas dukungan orangtua.
”Itu kayak ikut-ikutan saja. Jadi, awalnya kayak enggak ada niat di wushu. Jadi, ya, latihan ya sekadar latihan. Kalau bisa bolos, ya, bolos. Tetapi, ngeliat kok orangtua kayak mendukung. Kan, kasihan mereka nganter terus, tetapi aku enggak serius,” tutur peraih emas PON Papua 2021 ini.
Tanpa terasa, dengan prinsip ”jalanin dulu aja”, Alisya sudah berlatih sekitar empat tahun tanpa gairah di wushu. Hingga akhirnya pada 2016, dia memutuskan ingin berhenti dari latihan. Kebosanannya sudah melampaui batas, tidak bisa ditoleransi lagi.
Namun, saat itu, pelatih di Sasana Yasanis memintanya mengikuti kejuaraan terakhir, yaitu kualifikasi PON remaja di Bangka Belitung. Alisya, dengan terpaksa dan niat pensiun, menyetujui permintaan itu. Takdir berkata lain. Dia justru mendapatkan perak, prestasi yang tidak disangka olehnya.
Prestasi itu mengubah jalan hidupnya. Setelah dari kualifikasi, Alisya langsung dipanggil masuk pemusatan latihan daerah Jatim. Sekali lagi, dia hanya ingin mencoba-coba. Beruntungnya, dia bertemu banyak sosok senior dan pelatih tepat di puslatda. Mereka semua meyakini sang remaja punya potensi besar.
”Habis itu nyoba lebih niat lagi. Lebih serius lagi. Ternyata kok kejuaran nasional bisa podium terus. Akhirnya malah jadi ambis (ambisius). Ya, abis itu aku belajar, berarti kalau ada niat bisa saja (berprestasi),” katanya.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Atlet wushu Indonesia Alisya Mellynar seusai meraih medali emas dalam nomor Taolu Taijiquan cabang Wushu pada SEA Games Vietnam 2021 di Cau Giay Gymnasium, Hanoi, Vietnam, Sabtu (14/5/2022). Alisya menyabet medali emas dalam nomor ini.
Setelah titik itu, perjalanan karier Alisya terus menanjak. Dia meraih juara dunia yunior dalam nomor Taijijian (taiji dengan sennjata) dan Taijiquan di Bulgaria pada 2018. Kemudian dia akhirnya dipanggil pemusatan latihan nasional pertama kali pada 2021. Alisya langsung meraih emas di PON setelah itu.
Puncaknya adalah SEA Games. Dia satu-satunya debutan yang meraih emas di Vietnam. Alisya juga menyumbang 1 dari 2 total emas wushu saat pewushu andalan, seperti Edgar Xavier Marvelo, gagal mendulang emas.
Di wushu ada tiga jurus berbeda filosofi, yaitu utara (kelincahan), selatan (kekuatan), dan taiji (kelembutan). Ketiga jurus itu melambangkan sifat manusia. Tidak salah jika sang pelatih di sasana meminta Alisya masuk ke taiji, setelah sempat belajar teknik utara terlebih dulu. Dia dan taiji punya prinsip mengalir yang sama.
Semua perjalanan indah Alisya itu bermula dari sebuah kepasrahan. Dari sana, dia mulai menemukan jati dirinya. Sekarang, jalannya masih panjang. Kariernya bisa mengalir jauh karena berada dalam aliran yang tepat. Di pelatnas, dia dididik oleh pelatih asing Zhang Yue Ning yang berperan besar memoles bintang, salah satunya Lindswell.
Biodata
Alisya Mellynar
Lahir: Surabaya, 25 Oktober 2001
Pendidikan:
- SMA Negeri 2 Surabaya
- Universitas Airlangga
Nama Orangtua:
Ayah: Soenarto
Ibu: Yusmelly Makki
Prestasi:
Juara Kejuaraan Dunia Yunior Taijijiquan 2018 di Bulgaria