Berawal dari film dokumenter, kecintaan Erni Suyanti Musabine terhadap satwa liar kian tak terbendung. Dengan keahliannya sebagai dokter hewan, ia mencoba menyelamatkan satwa dilindungi dari kepunahan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·5 menit baca
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Dokter hewan Erni Suyanti Musabine bersama gajah jinak di Suaka Margasatwa Padang Sugihan, Banyuasin, Sumatera Selatan, Sabtu (14/5/2022). Dia menyelamatkan satwa dilindungi dengan kemampuannya membius.
Erni Suyanti Musabine (46) memandangi diagram bius sembari memegang alat suntik untuk menakar obat bius. Ia lalu menuangkan obat bius itu ke dalam peluru suntik untuk kemudian ditembakkan kepada Meilani (40) dan Meisi (30), dua ekor gajah sumatera yang hidup di Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
Bersama Nazaruddin, mahout (pawang) dari Taman Nasional Way Kambas, Lampung, dia menjalankan misi dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan untuk memasangkan kalung sistem pemosisian global (GPS) pada gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) liar di sana, Jumat (13/5/2022). Erni bertugas menakar bius sebelum Nazaruddin menembakkannya ke gajah. Tujuan pemasangan kalung GPS ini untuk memantau pergerakan gajah liar guna meminimalkan risiko konflik dengan manusia.
Proses pembiusan merupakan tahap awal dari misi tersebut karena sebelum kalung GPS disematkan, gajah harus dalam posisi tenang atau bahkan tertidur. Dalam misi itu, satu gajah mendapat hingga tiga kali obat bius sampai ia merasa tenang. Setelah pengalungan selesai, gajah diberi obat penangkal bius agar bisa beraktivitas kembali.
Menurut Erni, penakaran obat bius harus akurat agar tak membahayakan satwa. ”Karena takaran obat bius untuk setiap spesies pasti berbeda, tidak mungkin takaran untuk gajah digunakan pada harimau sumatera,” katanya. Karena itu, hanya orang yang memiliki otoritas yang mampu menakar bius sesuai kebutuhan, salah satunya dokter hewan seperti Erni.
Pembiusan satwa liar sudah Erni lakukan sejak 2005. Tidak hanya gajah, Erni juga melakukan misi penyelamatan satwa liar dilindungi lain, seperti orangutan dan harimau.
”Setiap misi penyelamatan pasti memiliki tantangannya sendiri,” ucapnya. Itu sebabnya, lanjut Erni, setiap pengalaman di lapangan akan menjadi ilmu baru yang bisa berguna untuk misi berikutnya.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Dokter hewan Erni Suyanti Musabine
Ada beberapa pengalaman berkesan yang tak pernah ia lupakan. Salah satunya ketika ia menyelamatkan Elsa, harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang kakinya terjerat jebakan yang dipasang para pemburu di Seluma, Bengkulu, pada 2014.
Momen lain adalah ketika ia berada satu sampan dengan harimau bernama Giring yang tengah berada dalam pengaruh obat bius. Peristiwa ini mendapat perhatian publik, bahkan media internasional. ”Kala itu, saya sedang memindahkan Giring dari kawasan area penggunaan lain (APL) ke Taman Nasional Kerinci Seblat. Satu-satunya akses menggunakan sampan,” ucapnya.
Tidak hanya satu sampan dengan harimau, ia juga pernah mencoba membius harimau dengan tangannya sendiri dan peralatan seadanya. ”Skema itu memang tidak dibenarkan karena sangat membahayakan. Namun, mau bagaimana lagi, itu sudah menjadi risiko pekerjaan,” katanya.
Bekerja menjadi dokter hewan di alam liar Indonesia memang mesti memiliki keberanian lebih. Salah satu alasannya, mereka tidak ditopang peralatan selengkap di negara lain, seperti Eropa atau Afrika. ”Karena itu, dokter hewan dan tim yang bekerja di alam liar dituntut untuk lebih kreatif dan cepat beradaptasi dengan kondisi sekitar,” ucap Erni yang pernah bekerja sebagai dokter hewan di Zimbabwe, Australia, dan Amerika Serikat ini.
Mempelajari alam
Pada awalnya dulu, Erni sebenarnya berniat menjadi arsitek. Namun, ketika hendak masuk jenjang perkuliahan, ia tertarik menggeluti kehidupan satwa liar. Itu sebabnya, ia lalu memilih belajar di fakultas kedokteran hewan.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Dokter hewan Erni Suyanti Musabine bersama gajah jinak di Suaka Margasatwa Padang Sugihan, Banyuasin, Sumatera Selatan, Sabtu (14/5/2022). Dia menyelamatkan satwa dilindungi dengan kemampuannya membius.
Keputusan ini didukung kegemarannya menyaksikan film dokumenter tentang misi penyelamatan satwa liar. ”Kini, setelah jadi dokter hewan, saya tak hanya jadi penonton, tetapi juga terlibat di dalamnya,” ucap Erni. Ketika berinteraksi dengan satwa liar, dia dituntut bisa memahami kondisi alam sekitar. Misalnya saat menghadapi gajah, dia harus memahami bagaimana cara memperlakukan gajah.
Karena itulah, ketika menghadapi gajah liar, dia selalu menggandeng pawang gajah untuk membantunya. ”Selain sebagai perlindungan di lapangan, ini merupakan cara saya untuk turut belajar kepada mereka yang lebih berpengalaman,” ucapnya. Seperti pada pemasangan kalung GPS di Sumsel, ia berpasangan dengan Nazaruddin, pawang gajah dari Way Kambas yang sudah 38 tahun menjadi pawang gajah.
Dokter hewan dan tim yang bekerja di alam liar dituntut untuk lebih kreatif dan cepat beradaptasi dengan kondisi sekitar.
Menularkan kemampuan
Dengan kemampuan yang dimiliki, Erni tidak pelit berbagi ilmu, baik kepada masyarakat, perusahaan, maupun calon dokter hewan dan dokter hewan muda. Menurut dia, cara ini paling ampuh untuk melibatkan orang dalam penyelamatan satwa liar.
Misalnya kepada masyarakat, dia selalu menggaungkan agar tidak menjadikan satwa dilindungi sebagai hama yang harus dimusnahkan. Jika pemikiran itu tak dihapus, keberadaan satwa liar yang sudah berstatus kritis akan makin terancam. Demikian pula kepada perusahaan dan direksi, mereka harus dibekali pemahaman tentang hidup berdampingan dengan satwa liar. Perlu diketahui bahwa satwa tersebut sudah ada sebelum perusahaan itu ada.
Erni pun kerap membagikan ilmunya kepada calon dokter hewan dan dokter hewan yang bekerja di pusat kesehatan hewan di kawasan yang rawan konflik. Hal ini penting karena jumlah dokter hewan, apalagi yang bergelut di bidang konservasi, sangat terbatas.
Menurut Erni, jika tidak diedukasi, banyak orang akan salah paham tentang cara kerja dokter hewan di alam liar. Ia pernah punya pengalaman ketika sedang membawa harimau di sampan, ada pejabat yang mengira dirinya adalah pemburu yang sedang membawa hasil buruan.
”Sempat kecewa dengan anggapan itu. Namun, saya menyadari, pernyataan itu muncul karena belum banyak orang yang mengetahui cara kerja petugas yang bergelut di bidang konservasi satwa liar,” ujarnya.
Erni Suyanti Musabine
Lahir: Nganjuk, 14 September 1975
Pendidikan:
- SDN Sugi Waras 5, Nganjuk
- SMPN 1, Nganjuk
- SMAN 2, Nganjuk
- Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Surabaya
Organisasi:
- Ketua Forum Harimau Kita Periode 2022-2024
- Anggota Forum Konservasi Gajah Indonesia
- Anggota Dewan Penasihat Centre for Orangutan Protection