Puisi-puisi Amalia Ramadhani
Amalia Ramadhani, lahir di Kebumen dan tinggal di Yogayakarta.

-
Luka yang Kuciptakan Sendiri
dari mana datangnya luka?
dari harapan yang kupelihara sendiri,
dari makna-makna yang kutafsirkan sesuka hati.
kesalahpahaman paling memalukan
adalah mengira diri dicintai,
padahal itu hanya asumsi
yang kubangun dari kata-kata tanpa janji,
dari lakunya yang kupikir istimewa,
padahal baginya biasa saja.
dan aku hanya bisa diam,
tersenyum kecil,
menertawakan kebodohanku sendiri.
Yogyakarta, 2025
Baca juga: Puisi-puisi Emi Suy
Ranting dan Angin
seandainya angin meminta maaf,
ranting itu tetap akan patah.
tapi bukan angin yang membuatnya retak,
ia memang rapuh sejak awal.
sudah tahu ringkih,
mengapa masih mengundang angin?
mengapa membiarkan hembusnya singgah?
kini tak ada yang tersisa,
selain sunyi yang menggema
di antara serpihan yang jatuh.
rasakan.
Yogyakarta, 2025
Baca juga: puisi-puisi Beni Satria
Sepatu yang Kupikir Tepat
kupikir sepatu ini sudah pas—
ukurannya sesuai, warnanya aku suka,
nyaman saat pertama kupakai.
tapi semakin jauh aku melangkah,
semakin terasa sesak.
semakin lama kupakai,
semakin menyakitkan.
ternyata, ada yang terlihat cocok di awal,
tapi tak bisa menemani kita berjalan lebih jauh.
Yogyakarta, 2025
Baca juga: Puisi-puisi Tengsoe Tjahjono
Seni Menerima
akhirnya, aku sampai di titik ini.
titik di mana aku belajar bahwa 'penerimaan'
adalah bentuk terindah dari kekuatan.
pasrah, bukan berarti menyerah,
tapi percaya penuh pada skenario-Nya,
yang selalu lebih baik dari rencana.
Tuhan mengajarkanku bahwa rasa syukur
bukan hanya tentang apa yang diberi,
tapi juga tentang menerima—
apa yang diambil kembali.
Yogyakarta, 2025
Baca juga: Puisi-puisi Vito Prasetyo
Aku Berharga
aku berharga,
seperti bintang yang tetap bersinar,
meski tak selalu dipandang mata.
aku utuh,
tak pernah pecah hanya karena kepergian,
sebab aku adalah cahaya yang tak bergantung pada siapa pun.
aku istimewa,
seperti embun yang selalu menemukan pagi,
tak perlu dibandingkan, sebab setiap ciptaan-Nya unik adanya.
dan kamu pun begitu.
karena kita adalah manusia,
sebaik-baik makhluk yang Tuhan sempurnakan.
Baca juga: Puisi-puisi Muhammad Fatah
Takdir Tuhan
matahari akan terbit pada waktunya,
bunga pun mekar saat ia siap.
seperti itu pula hidup kita,
takdir pun memiliki waktunya.
jangan tergesa, jangan kecewa.
mari rayakan alur yang telah digariskan-Nya,
karena semua akan indah pada waktunya.
Kebumen, 2025