Palianytsia, ”Drone” Baru Ukraina yang Siap Mengentak Rusia
Serangan puluhan ”drone” Ukraina ke Moskwa menandai ke sekian kalinya serangannya menyasar ke jantung wilayah Rusia.
Serangan yang dilakukan pada 10 September 2024 ke seluruh penjuru Rusia dengan total lebih dari 140 pesawat nirawak atau drone bunuh diri tersebut dilaporkan memakan 1 korban jiwa dan 8 orang luka-luka. Di Moskwa, pejabat setempat melaporkan sekitar 20 drone ditembak jatuh pasukan pertahanan udara.
Sebuah rekaman video dari media sosial menunjukkan drone yang menghantam dua lantai bagian atas bangunan apartemen bertingkat di Ramenskoye, pinggiran Moskwa. Ledakan drone menimbulkan kehancuran di dua tingkat apartemen. Serangan itu juga membuat tiga bandar udara di luar Moskwa, yaitu Vnukovo, Domodedovo dan Zhukovsky, ditutup satu hingga dua hari.
Serangan ini adalah serangan kedua masif drone Ukraina ke Rusia selama September 2024. Pada 1 September lalu, kota-kota Rusia juga diserang secara masif oleh 158 drone Ukraina yang digambarkan media Rusia sebagai ”yang terbesar sejak perang dimulai”.
Ukraina telah berinvestasi besar-besaran pada produksi drone domestik, termasuk meluaskan jarak jangkauan, muatan hulu ledak dan penggunaan. Analis militer barat memperkirakan, strategi drone Ukraina dikembangkan secara masif untuk memperlambat gerak maju militer Rusia, mengganggu masyarakat Rusia, hingga memprovokasi Kremlin.
Hal ini karena berbagai senjata bantuan barat kerap kali tak bisa sepenuhnya diandalkan. Bantuan-bantuan itu datang dalam waktu yang lama setelah dijanjikan, kurang mencukupi secara jumlah, dan dibatasi penggunaannya oleh Barat demi tak ”membuat marah” Rusia.
Rudal jelajah sekelas Storm Shadow/EG Scalp yang diterima Ukraina dari sekutu Barat, misalnya, dikirim dari seri yang memiliki jangkauan relatif pendek dan dibatasi penggunaannya di wilayah Rusia. Untuk meningkatkan pertahanan negara dan mengurangi ketergantungannya pada pasokan senjata dari negara Barat, Ukraina berupaya menerapkan program rudalnya sendiri.
Kini, Ukraina sedang mengembangkan drone dan rudal jarak jauhnya sendiri. Tayangan video di media sosial pada jelang peringatan kemerdekaan Ukraina, 23 Agustus 2024, menunjukkan, para ahli sedang membuat rudal balistik jarak jauh dengan ukuran cukup besar, sekitar seukuran rudal Yars Rusia, berdiameter sekitar 1 meter dan tinggi belasan meter.
Secara tersirat, Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan, rudal balistik pertama telah berhasil diuji coba meski sangat minim informasi lanjutan tentang rudal balistik itu.
Selain rudal balistik, drone jenis baru juga sudah diperkenalkan kepada publik. Drone itu adalah drone bunuh diri (kamikaze) sekelas Shahed-136 buatan Iran, tetapi memiliki mesin jet dan desain lebih lonjong sehingga akan terbang lebih cepat dan lebih sulit dibidik senjata konvensional.
Untuk senjata baru yang jenis ini, Zelenskyy lebih terbuka memberi informasi saat pidato peringatan Hari Kemerdekaan Ukraina di Kyiv, 24 Agustus 2024.
”Baru hari ini, penggunaan senjata baru kami yang pertama dan berhasil dalam pertempuran terjadi. Ini adalah senjata kelas baru—rudal/drone Palianytsia Ukraina. Ini adalah metode baru kami untuk membalas penyerang. Musuh terkena. Saya berterima kasih kepada semua orang yang menyediakannya: semua pengembang, produsen, dan pejuang kita. Saya bangga kepadamu,” kata Zelensky pada peringatan hari kemerdekaan Ukraina, sebagaimana diberitakan laman Kyivpost, 25 Agustus 2024.
Baca juga Serbuan 144 Pesawat Nirawak Ukraina Kejutkan Rusia
”Drone”-rudal Palianytsia
Drone-rudal Palianytsia adalah drone kamikaze berbahan bakar jet jarak jauh buatan Ukraina yang telah menjadi rumor selama bulan September ini setelah gambar puing-puing drone bersayap lebar dan bertenaga jet dibagikan di media sosial Rusia pada bulan Juni pascaserangan Ukraina. Namun, agaknya bukan itu drone Palianytsia Ukraina.
Gambaran bentuk drone dari rekaan ahli alat utama sistem persenjataan (alutsista) militer, HI Sutton, menunjukkan drone dengan bentuk mirip pesawat mini bersayap delta dengan mesin jet kecil di bagian belakang dan area ”kokpit” dijejali hulu ledak fragmentasi 20 kilogram. Jumlah ini kira-kira setara dengan yang dibawa dronekamikaze Iran, Shahed-136, yang kini dijiplak Rusia menjadi Geran.
Gambar dan video lain telah muncul di media sosial Ukraina dan Rusia yang menunjukkan uji terbang drone bertenaga jet dengan desain yang agak berbeda dan memiliki konfigurasi yang lebih tradisional.
Drone itu berbentuk mirip rudal lonjong-pendek yang bersayap cukup lebar dengan ujung (tip) melengkung ke bawah. Tak heran, Zelenskyy menyebut drone kamikaze itu sebagai drone-rudal (missille-drone).
Di bagian belakang dilengkap mesin jet kecil yang menyedot udara dari kisi-kisi di sisi badan drone. Sayap belakang merupakan dua ruder (sayap tegak) yang bersambungan. Drone tak memiliki roda independen dan dia diangkut dengan tatakan besi beroda, yang akan bergerak meluncur bersama rudal, dan kemudian terpisah saat drone mencapai kecepatan lepas landas.
”Ada beberapa komponen yang datang dari luar negeri, tetapi desain dan produksi penuhnya berasal dari Ukraina,” Alexander Kamyshin, Menteri Industri Strategis Ukraina, sebagaimana dilaporkan laman DW (Deutsch Welle), 9 September 2024).
Perkiraan sejumlah pejabat Ukraina menunjukkan harga sebuah drone-rudal Palianytsia kurang dari 1 juta dollar AS dan bisa makin murah jika sudah diproduksi massal.
Meskipun Presiden Zelensky sudah mengumumkan penggunaan ”drone-rudal” baru tersebut bertepatan dengan serangan terhadap gudang amunisi di wilayah Voronezh pada peringatan kemerdekaan Ukraina, 24 Agustus 2024, Menteri Industri Strategis Ukraina Oleksandr Kamyshin mengatakan, Palianytsia belum digunakan di Rusia.
Kamyshin bahkan memberi klausul penasaran dengan berkata, ”Ini adalah drone dan rudal... dan akan ada lebih banyak drone-rudal, sama seperti sudah ada lebih banyak drone penyerang jarak jauh... ini adalah langkah selanjutnya dalam evolusi teknologi pertahanan Ukraina. Kami menantikan momen ketika kami (dapat) menunjukkan efektivitasnya kepada musuh.”
”Saat ini, jangkauan adalah satu-satunya parameter yang membantu kami mengevaluasi senjata. Namun, jangkauan bukanlah hal yang paling penting, melainkan bobot hulu ledak dan keakuratan serangan,” kata Kamyshin memberi gambaran berbahayanya drone-rudal itu (Kyivpost.com, 25/8/2024).
Sejumlah analis militer memperkirakan drone-rudal Palianytsia itu mampu mencapai jarak 1.000-2.500 km, setara dengan jarak yang mampu dicapai drone Shahed-136.
Ketidakjelasan soal seperti apa sebetulnya drone-rudal Palianytsia dan bagaimana detail kemampuannya tampaknya merupakan salah satu bagian dari disinformasi dan propaganda yang sedang dijalankan militer dan pejabat Ukraina. Hingga hari ini belum ada kepastian apakah drone itu benar-benar sudah ada dan dipakai di medan perang.
Tak hanya soal bentuk sesungguhnya, bahkan pada aspek pemilihan kata ”Palianytsia” sebagai nama UAV menunjukkan bahwa Ukraina memang sedang bermain strategi. Palianytsia dalam keseharian Ukraina adalah nama roti gandum tradisional Ukraina berbentuk bulat yang dipanggang di perapian yang sering disantap untuk sarapan atau sebagai camilan sore.
Kata Palianytsia akan sulit diucapkan oleh lidah dan dialek orang Rusia dan merupakan cara untuk mengejek sekaligus mengidentifikasi apakah dia warga Ukraina atau warga Rusia. Teknik menggunakan dialek pengucapan ini dikatakan juga sering dipakai militer di titik pos pemeriksaan militer jalan raya.
Baca juga: Ukraina Minta Rudal Jarak Jauh, AS Pikir-pikir
Apa yang baru dari perang Rusia-Ukraina?
Selama perang melawan invasi Rusia, Ukraina telah bekerja secara intensif dalam mengembangkan senjata jarak jauhnya sendiri karena sekutunya masih memberlakukan pembatasan penggunaan rudal yang dipasok Barat di Rusia, seperti ATACMS AS dan rudal jelajah Anglo-Prancis Storm Shadow/EG Scalp.
Sebelumnya, rudal jelajah antikapal Neptunus (R-360 Neptun) Ukraina (milik eks Sovyet) yang dimodifikasi telah menghantam kapal pengangkut bahan bakar Conroe Trader di dekat pelabuhan di Semenanjung Crimea dan pangkalan Rusia di wilayah Kursk, serta sistem pertahanan udara S-300 di wilayah Rostov.
Prestasi terbesar dua rudal antikapal Neptunus Ukraina adalah ketika pada 13 April 2022 berhasil mengecoh sistem pertahanan udara kapal penjelajah terbesar Rusia, ”Moskwa”, meledakannya dan membuatnya terbakar hebat. Simbol kedigdayaan Angkatan Laut Rusia itu akhirnya tenggelam dalam perjalanan laut S.O.S. menuju daratan.
Ukraina juga melancarkan serangan menggunakan drone konvensional jarak jauh di Semenanjung Crimea dan Tatarstan, serta lapangan terbang Olenya sekitar 1.800 kilometer dari perbatasan dengan Ukraina.
Ukraina saat ini mengembangkan lebih banyak jenis drone-drone kecil, baik untuk fungsi pengintaian, perburuan personel militer, perburuan kendaraan militer berat, hingga sekarang drone-rudal bermesin jet untuk sasaran strategis seperti bandara.
Situs X Pemerintah Ukraina (United24) yang memposting video drone Palianytsia menyatakan, Ukraina mengembangkan senjata ini selama satu setengah tahun.
Palianytsia dilengkapi dengan mesin turbojet sehingga memiliki kecepatan yang jauh lebih tinggi dibandingkan drone dengan mesin pembakaran ber-propeler (baling-baling). Dia juga dilengkapi beberapa jenis sistem panduan sehingga lebih tahan dari pengacakan sinyal dan serangan perang elektronik.
Sasaran utama drone tempur Palianytsia adalah sekitar 20 lapangan udara militer Rusia tempat pesawat pengebom Rusia lepas landas dan mengebom kota-kota Ukraina. Beberapa di antaranya berada pada 600-700 kilometer dari perbatasan Ukraina. Jarak sejauh itu selama ini tak mampu dicapai dengan rudal-rudal yang dikirim negara Barat.
Biaya drone tempur ”jauh lebih rendah dibandingkan dengan rudal analog”, kurang dari 1 juta dollar AS per unit dan diperkirakan akan terjadi penurunan harga lebih lanjut jika terjadi perluasan produksi. Semua informasi lainnya tetap dirahasiakan.
Baca juga: Pertukaran Tawanan Membawa Kabar Baik di Tengah Perang Ukraina
Keuletan industri pertahanan
Pengalaman dari peperangan masa lalu menunjukkan, perang adalah soal kemampuan sebuah negara menjaga ”napas” industri militernya dalam menyuplai persenjataan di medan laga.
Serhiy Zgurets, CEO perusahaan media Ukraina, Defense Express, dalam wawancara kepada DW, 9 September 2024, menyatakan, Ukraina telah mencapai ”beberapa prestasi” dalam program misilnya beberapa tahun terakhir.
Dicontohkan Zgurets, Ukraina mampu mengembangkan rangkaian senjata antitank, seperti misil Stugna dan Corsair, yang saat ini sedang diproduksi massal, atau rudal antikapal Neptunus (R-360 Neptun).
Rudal Neptunus memiliki hulu ledak seberat 150 kilogram dan jangkauan hingga 300 kilometer dan menjadi salah satu rudal terbesar yang dimiliki Ukraina saat ini dalam menghadapi Rusia.
Biro desain alutsista Ukraina, ”Luch”, telah berhasil mengatasi keterbatasan dan mengembangkan rudal yang jumlahnya terbatas ketika perang Rusia-Ukraina pecah pada 24 Februari 2024. ”Termasuk pula di antaranya rudal pantai RK-360MC (R-360 Neptun), yang dirancang untuk mendeteksi dan menghancurkan kapal musuh dari berbagai kelas,” katanya.
Pada tahun 2023, perancang Ukraina telah memodifikasi rudal berbasis laut Neptunus menjadi versi yang mampu mengenai kapal dan sasaran darat. Neptunus yang dimodifikasi memiliki jangkauan sekitar 400 kilometer dan hulu ledak seberat 350 kilogram, alias dua kali lebih besar dari versi antikapal.
Laman RBC-Ukraine menyatakan, 24 Agustus 2024, selama invasi besar-besaran Rusia, produsen Ukraina telah meningkatkan upaya mereka sehingga secara signifikan meningkatkan laju pengembangan dan produksi senjata. Lebih dari 500 perusahaan negara dan swasta di Ukraina terlibat dalam produksi persenjataan, termasuk drone, kendaraan lapis baja, rudal, amunisi, dan peralatan militer lainnya.
Kementerian Industri Strategis Ukraina melaporkan bahwa mereka memiliki kapasitas memproduksi lebih dari 3 juta drone berbagai jenis setiap tahunnya.
Selain itu, Ukraina telah memperkuat kerja samanya dengan mitra internasional dalam produksi senjata, seperti perusahaan Jerman, Rheinmetall, untuk membangun fasilitas perbaikan peralatan dan bersama-sama memproduksi kendaraan lapis baja tempur Lynx.
Drone-rudal Paliatnytsia dan rudal balistik Ukraina telah dibangun dan akan segera menjadi senjata andalan Ukraina. Rusia yang kini menjadi pihak yang semakin sering diserang ratusan drone kamikaze tentu harus berpikir ulang untuk membuat alat penangkis serangan udara Ukraina.
Jika tidak, Rusia harus menerima kenyataan bahwa warga mereka akan benar-benar terganggu dan akhirnya mempertanyakan kemampuan berperang angkatan bersenjata negaranya. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Polandia Klaim ”Drone” Rusia Masuk Wilayahnya, NATO Belum Anggap Kesengajaan