Faisal Basri dan Jurus Pamungkas Mengelola BBM Bersubsidi
Ekonom Faisal Basri wafat dalam usia 65 tahun. Sederet pemikiran telah disumbangkannya untuk negeri ini.
Oleh
ANDREAS YOGA PRASETYO
·4 menit baca
Kegelisahan mendasar yang diungkapkan oleh Faisal Basri ialah membangun peradaban baru Indonesia sehingga bisa bersejajar dan berdialog dengan peradaban modern secara setara. Pemikiran ini berpijak dari momentum bangsa Indonesia yang telah berhasil memilih sendiri pemimpinnya melalui pilpres secara langsung pada 2004.
Menurut Faisal Basri, tantangan bagi bangsa Indonesia setelah era baru reformasi politik tersebut ialah memadukan seluruh kekuatan dan potensi bangsa untuk bergerak maju dengan kecepatan tinggi. Hal ini juga didukung oleh modal dasar dalam wujud fisik yang dimiliki bangsa Indonesia lebih dari cukup untuk membangun peradaban baru tersebut (Kompas, 20/9/2004).
Dua dekade berlalu, kegelisahan Faisal Basri masih terlihat hingga kini. Bangsa Indonesia masih terus tertatih-tatih dalam mengatasi masalah-masalah besar yang sampai sekarang pun belum tertangani secara patut. Kerja keras saja tidak cukup karena pada waktu yang bersamaan masalah-masalah baru yang tak kalah peliknya muncul silih berganti. Belum lagi menghadapi segala kemungkinan yang serba tak pasti yang berasal dari luar.
Tanda-tandanya pun masih sama dengan 20 tahun silam. Ekosistem perekonomian dunia masih melesu, yang disertai dengan tekanan angka pengangguran, suku bunga dan inflasi akan merangkak naik, serta volatilitas nilai tukar dan tekanan proteksionisme.
Dalam pandangan Faisal Basri, salah satu peningkatan risiko yang menghadang perekonomian dunia ini berasal harga minyak bumi yang tinggi, bahkan bisa lebih tinggi lagi. Problem ini juga dialami pemerintah saat ini.
Sebagai negara dengan status pengimpor minyak bumi, ruang fiskal ekonomi Indonesia sangat rentan terhadap harga minyak dunia. Data bp Statistical Review of World Energy 2022 menyebutkan, Indonesia masih mengimpor 53 persen minyak bumi untuk memenuhi kebutuhannya.
Posisi Indonesia yang masuk kategori net importer ini relatif berisiko bagi kondisi makroekonomi nasional. Kondisi fiskal negara rentan tergerus karena sebagian komoditas energi disubsidi oleh negara.
Atas kondisi ini, pemerintah berupaya mengatur pembelian bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Salah satunya ialah rancangan pembelian BBM subsidi pada kendaraan roda empat akan menggunakan pemindai kode respons cepat atau QR code. Menurut rencana, kebijakan ini akan diterapkan mulai Oktober 2024.
Gagasan Faisal Basri tentang pengelolaan BBM bersubsidi
Dalam hal pengeloaan BBM bersubsidi, Faisal Basri pernah melontarkan solusinya. Melalui artikel ”Jurus Pamungkas BBM Bersubsidi” kepada Kompas edisi 1 September 2014, Faisal Basri menawarkan dua jurus pengelolaan BBM bersubsidi. Pertama ialah merombak total cara penyusunan APBN. Hal ini dimulai dengan meminimalkan subsidi BBM terhadap perubahan besaran APBN.
Kemudian yang kedua ialah membangun kesepakatan dengan DPR untuk mematok besaran subsidi sehingga tidak kerap berubah dan membuka ruang bagi penyesuaian harga BBM bersubsidi secara berkala dengan besaran kenaikan yang tipis.
Dengan perubahan ini, pemerintah punya dana tambahan yang dapat dialokasikan untuk membangun sektor pertanian guna mengikis kemiskinan di desa. Selain itu, sebagian dana juga untuk membenahi angkutan umum dan membangun perumahan terjangkau di kota besar guna membasmi kemiskinan di perkotaan.
Menurut Faisal Basri, cara paling ampuh menurunkan angka kemiskinan bukanlah dengan mempertahankan harga BBM bersubsidi yang nyata-nyata menambah kenikmatan kelas menengah ke atas, melainkan dengan menjaga kestabilan harga beras di tingkat eceran seraya mendorong pendapatan petani dengan mereformasi mata rantai setelah panen.
Pemikiran ini berpijak dari kegelisahan Faisal Basri yang mendapati di hampir setiap terjadi gejolak harga minyak dunia, pemerintah ragu mengambil keputusan. Pemerintah sebatas sigap menyusun berbagai opsi dan membentuk tim kajian.
Namun, keputusan terus digantung. Tenggat yang telah ditetapkan biasanya molor, bahkan batal untuk dilaksanakan. Begitu terus, berulang kali. Padahal, menurut Faisal Basri, bangsa Indonesia bisa keluar dari perangkap dan mitos BBM lalu melaju dengan kecepatan penuh.
Faisal Basri dan keyakinan Indonesia Emas 2045
Tak hanya pengelolaan BBM bersubsidi, pemikiran-pemikiran lain dari Faisal Basri juga banyak menyentuh berbagai sektor ekonomi, seperti nilai tukar rupiah, kinerja ekspor, pertumbuhan ekonomi, pengangguran, hingga suku bunga dan inflasi.
Gagasan dan analisis ini tidak terlepas dari perjalanan karier Faisal Basri yang banyak bersinggungan dengan dunia ekonomi sesuai latar belakangnya yang meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan gelar Master of Arts bidang Ekonomi dari Vanderbilt University, Amerika Serikat.
Pemikiran Faisal Basri juga dituangkan ke dalam artikel di harian Kompas. Sejak 1996 hingga 2022, tak kurang 245 artikel telah ditulis oleh Faisal Basri di Kompas.
Melalui artikel-artikelnya, Faisal Basri memproduksi gagasan, ide, terobosan, dan pencerahan bagi berbagai permasalahan kontemporer di Indonesia. Sikap kritis yang ia tunjukkan ibarat guru-guru masyarakat (civil education) yang mencerahkan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Atas dedikasinya, harian Kompas menganugerahkan Penghargaan Cendekiawan Berdedikasi 2016 bagi Faisal Basri. Penghargaan ini diberikan atas kontribusi keilmuan dan profesi kepakaran yang digunakan untuk mengabdi dan melayani kepentingan masyarakat luas.
Gagasan dan pemikiran Faisal Basri juga dituangkan dalam publikasi buku. Salah satunya ialah buku tentang Perekonomian Indonesia: Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia (2002). Ada pula buku tentang Lanskap Ekonomi Indonesia: Kajian dan Renungan terhadap Masalah-masalah Struktural, Transformasi Baru, dan Prospek Perekonomian Indonesia (2009).
Faisal Basri juga pernah menulis buku Catatan Satu Dekade Krisis: Transformasi, Masalah Struktural, dan Harapan Ekonomi Indonesia (2009). Warisan pemikiran bagi bangsa Indonesia juga dituangkannya dalam buku Menuju Indonesia Emas. Buku yang ditulis pada 2019 ini menguraikan bagaimana pasang surut perjalanan ekonomi Indonesia sejak merdeka.
Linimasa tersebut dapat menjadi materi pembelajaran berharga bagi bangsa Indonesia untuk meniti perjalanan ke depan menuju Indonesia Emas 2045. Dengan kemampuan mendayagunakan potensi bangsa yang luar biasa sebagai negara maritim dan negeri dengan karunia kekayaan alam yang sangat memadai, Faisal Basri yakin Indonesia mampu memiliki generasi emas yang mumpuni dalam menghadapi segala tantangan di era Revolusi Industri IV dan V nantinya sekalipun. (LITBANG KOMPAS)