Paus Fransiskus: Suara Anak-anak Perlu Didengarkan
Anak-anak mendapat perhatian mendalam Paus Fransiskus. Ketulusan mereka menyerukan perdamaian dunia perlu didengar.
Tiba pukul 11.25 WIB di Bandara Internasional Soekarno-Hatta (3/9/2024), Paus Fransiskus dalam lawatannya ke Indonesia pertama kali disambut oleh dua orang anak yang membawa rangkaian bunga yang melambangkan Bhinneka Tunggal Ika.
Dengan senyumnya yang khas, Paus Fransiskus menyapa dan memberikan cendera mata kepada dua anak yang terpilih, yaitu Mary Lourdes Wicaksono Atmojo yang berusia 6 tahun berasal dari Jakarta Pusat dan Irfan Wael berusia 12 tahun dari Kabupaten Buru, Maluku.
Setibanya di Kedutaan Besar Vatikan, Jakarta Pusat, pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia ini juga langsung disambut oleh lima anak-anak dari Panti Asuhan Si Boncel dari Perhimpunan Vincentius Jakarta yang menyanyikan lagu ”Surya Bersinar”. Paus Fransiskus menunjukkan perhatian yang mendalam kepada anak-anak tersebut.
Mereka diberi kesempatan untuk diberkati dan bersalaman, bahkan mendapat pelukan hangat. Mereka juga menerima cendera mata berupa Rosario. Paus Fransiskus juga menerima pengungsi yang sebagian juga anak-anak.
Senyuman, sapaan, dan pelukannya pada anak-anak menggambarkan begitu dekat, hangat, dan tanpa jarak Paus Fransiskus yang memang dikenal sangat menyayangi anak-anak. Beberapa momen kedekatan Paus Fransiskus dengan anak-anak terpotret dalam sejumlah pemberitaan media massa.
Salah satunya terjadi beberapa bulan setelah terpilih menjadi Paus, tepatnya pada Oktober 2013. Saat sedang berpidato di depan ratusan ribu orang dalam perayaan ”Year of Faith with His Holiness”di Vatikan, Paus Fransiskus memperlihatkan sikap hangatnya pada seorang anak yatim piatu berusia enam tahun yang tiba-tiba datang memeluknya. Paus mengusap kepala Carlos nama sang anak yang lahir di Kolombia dan diadopsi keluarga Italia itu dan membiarkannya dipeluk sambil terus melanjutkan pidatonya.
Pada kesempatan lain, Paus membiarkan seorang anak berkebutuhan khusus berlarian, bertepuk tangan, dan menari-nari di hadapan Paus yang sedang mengadakan pertemuan di Aula Paul VI, Vatikan (21/8/2019).
Seruan perdamaian dunia
Kedekatan dan perhatian Paus Fransiskus pada anak-anak juga tampak pada saat memperingati Hari Anak Sedunia (World Children’s Day), di Stadion Olimpic, Roma, Italia, 25-26 Mei 2024. Event terbesar dan perdana yang melibatkan anak-anak ini digagas oleh Paus Fransiskus di bawah pengawasan Vatican’s Dicastery for Culture and Education, serta dibantu oleh beberapa mitra utama, salah satunya 5P Global Movement asal Indonesia.
5P Global Movement merupakan inisiatif global yang bertujuan untuk mempromosikan perdamaian (peace), kesejahteraan (prosperity), kemanusiaan (people), bumi (planet), dan kolaborasi (partnership).
Pada acara tersebut Paus Fransiskus bersama dengan 50.000 anak perwakilan dari seluruh dunia menyerukan perdamaian dan juga mendesak masyarakat global untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi dunia anak-anak, serta tidak menghendaki perang dan konflik.
Mereka juga berdoa bagi teman-teman mereka yang menderita akibat perang dan ketidakadilan dan mendorong mereka untuk terus memimpikan masa depan yang lebih baik. Compassion atau berbela rasa, yaitu sikap untuk mau berpihak dan merasakan penderitaan yang sama yang dicontohkan Paus telah tumbuh sejak dini.
Dalam sesi dialog beberapa anak mengajukan pertanyaan, salah satunya Dayuen Belvania Sihotang dari Indonesia yang bertanya, ”Apa yang akan Bapa Paus pilih bila dapat melakukan sebuah keajaiban?” Paus memanggil bocah perempuan itu mendekat dan mendekapkan kedua tangannya dengan penuh kasih sayang dan menjawab, ”Saya ingin agar anak-anak di seluruh dunia mendapatkan haknya secara penuh untuk hidup, mendapatkan makan, bermain, pergi ke sekolah.””Segala sesuatu tentang anak-anak adalah kehidupan, harapan, dan masa depan yang lebih baik”.
Paus yang selalu menggaungkan spirit perdamaian dunia itu juga mengajak untuk mendengarkan suara anak-anak, pada keinginan sederhana dan ketulusan mereka untuk perdamaian dan kerukunan di dunia. Anak-anak mengingatkan betapa indahnya hidup dalam kesederhanaan dan betapa indahnya kebersamaan. Seruan pesan perdamaian dari anak-anak itulah yang harus mendapat perhatian.
Perhatian Paus Fransiskus pada nasib anak-anak tertuang dalam pesan yang ditulisnya menyambut Hari Anak Sedunia tersebut. Dalam pesannya Paus memikirkan anak-anak yang menjadi korban perang dan kekerasan, mereka yang mengalami kelaparan dan kehausan, mereka yang hidup di jalanan, mereka yang terpaksa menjadi tentara atau mengungsi sebagai pengungsi, terpisah dari orangtuanya, mereka yang dilarang bersekolah, dan mereka yang menjadi korban geng kriminal, narkoba atau bentuk perbudakan dan pelecehan lainnya.
Perlindungan anak
Sebagaimana nama Fransiskus (dari Fransiskus Asisi) yang dipilihnya, Paus ke-266 ini selalu berpihak dan mempunyai perhatian khusus pada mereka yang terpinggirkan, rentan, dan terabaikan, termasuk anak-anak. Paus Fransiskus tak hanya memikirkan anak-anak yang menjadi korban perang dan konflik, tetapi semua permasalahan dan kejahatan yang mengancam kehidupan mereka.
Di antaranya kejahatan penyalahgunaan anak-anak di bawah umur, secara seksual atau eksploitasi lainnya seperti perbudakan dan perdagangan anak. Segala bentuk penyalahgunaan tidak dapat diterima dan harus diberantas demi masa depan mereka.
Paus mengajak semua pihak untuk bersama-sama memberantas kejahatan pada anak-anak tersebut, termasuk gereja. Bahkan, kepada para pemimpin gereja, terutama para ketua konferensi waligereja di dunia, Bapa Suci mengatakan bahwa, ”Tujuan Gereja adalah untuk mendengar, mengawasi, melindungi, dan merawat anak-anak yang disalahgunakan dan dieksploitasi, dan dilupakan, di mana pun mereka berada.”
Baca juga: Paus Fransiskus, Bapa yang Berjalan Bersama Orang Muda
Dalam Surat Paus Fransiskus kepada anggota Komisi Kepausan untuk Perlindungan Anak-anak tertanggal 29 April 2022, Paus juga mengingatkan komisi perlu terus-menerus memberi perhatian agar Gereja tidak hanya menjadi tempat yang aman bagi anak di bawah umur dan tempat penyembuhan, tetapi juga dapat membuktikan sepenuhnya (bahwa ia) dapat dipercaya dalam mempromosikan hak-hak mereka di seluruh dunia.
Setiap anggota gereja, para uskup, pemimpin religius, imam, diakon, anggota hidup bakti, katekis, dan umat awam, sesuai dengan keadaan masing-masing, dipanggil untuk memikul tanggung jawab mencegah kasus-kasus pelecehan dan bekerja untuk keadilan dan untuk penyembuhan. Begitu cinta dan perhatiannya Bapa Paus pada anak-anak karena ia menyadari ”suara anak-anak perlu didengarkan”. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Si Kecil dengan Keberuntungan Besar