Pesan Moral dan Harapan dari Kunjungan Paus Fransiskus
Lawatan Paus ke Indonesia meneguhkan Indonesia sebagai miniatur keberagaman dan toleransi.
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia merupakan bagian dari pengakuan atas status Indonesia sebagai miniatur keberagaman dan toleransi. Iman, persaudaraan, dan bela rasa menjadi tema yang dibawa Paus dalam lawatannya ke Indonesia.
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3-6 September 2024 merupakan sebuah kehormatan. Indonesia akan menjadi negara pertama yang dikunjungi Paus Fransiskus dalam rangkaian lawatan ke Asia Pasifik yang dijadwalkan pada 2-13 September. Selain Indonesia, Paus ke-266 ini juga akan mengunjungi Papua Niugini, Timor Leste, dan Singapura.
Menjadi suatu kehormatan karena kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia memiliki arti penting bagi masyarakat Indonesia. Tidak hanya bagi umat Katolik, tetapi juga seluruh umat beragama. Antusiasme masyarakat menanggapi kunjungan Paus ini tecermin dari hasil jajak pendapat Kompas yang dilakukan pada 19-21 Agustus 2024.
Separuh lebih responden dalam jajak pendapat menyatakan sangat menghormati kunjungan Paus. Dari kelompok responden ini, mereka juga sangat mengapresiasi kunjungan tersebut dan merasa sangat bangga Indonesia dikunjungi lagi oleh Paus setelah kunjungan terakhir 35 tahun silam.
Sejarah mencatat, sebelumnya Indonesia sudah dua kali mendapat kunjungan Paus, yaitu Paus Paulus VI pada Desember 1970 dan Paus Yohanes Paulus II pada Oktober 1989.
Sikap menghormati, mengapresiasi, dan bangga itu tidak hanya diluapkan oleh umat Katolik karena pemimpin tertinggi mereka hadir, tetapi juga diungkapkan oleh masyarakat beragama lain. Terpotret dari hasil jajak pendapat, lebih dari separuh responden (54 persen) yang beragama Islam turut memberikan respons positif tersebut.
Paus pun dipandang dan diterima sebagai tokoh agama dunia yang universal. Hal ini juga terpotret dari hasil jajak pendapat yang hampir seperempat bagian respondennya berpendapat demikian ketika ditanya ”Apa yang terlintas di benak Anda jika mendengar kata Paus Fransiskus?”
Memori tentang Paus juga dimaknai sebagai pemimpin umat Katolik dan simbol perdamaian sekaligus toleransi antarumat beragama. Sebagian responden pun mengaku mengikuti pemberitaan kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia.
Baca juga: Sejarah Panjang Kepausan, dari Santo Petrus hingga Paus Fransiskus
Diplomatik dan apostolik
Lawatan Paus Fransiskus ke Indonesia merupakan momentum sejarah yang sangat penting dan bisa dimaknai sebagai kunjungan diplomatik dan apostolik. Kunjungan itu secara inheren akan menghadirkan dimensi kenegaraan dan keagamaan sekaligus.
Sebagai Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus akan melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo untuk mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dan Vatikan. Sebagian responden memaknai hubungan diplomatik dan persahabatan kedua negara ini menjadi simbol dari kunjungan Paus.
Jika mundur ke belakang, sejarah mencatat hubungan diplomatik Indonesia-Vatikan sudah terjalin sejak 1950. Bahkan, Vatikan merupakan satu dari sepuluh negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
Secara politik, sebagai sebuah negara berdaulat, saat ini Takhta Suci Vatikan memiliki hubungan diplomatik dengan lebih dari 180 negara, termasuk Indonesia. Negara ini juga memiliki perhatian besar terhadap pentingnya perdamaian dunia.
Sementara itu, hampir sepertiga bagian responden memaknai kunjungan Paus Fransiskus ini sebagai simbol persahabatan dan dialog antarumat beragama di Indonesia.
Kunjungan ini juga dimaknai sebagai penghormatan kepada bangsa Indonesia yang bisa menjaga persaudaraan atas keberagaman yang ada (agama, suku, ras, budaya, dan lainnya). Hal ini disebut oleh sebanyak 27,6 persen responden. Kekaguman atas keberagaman dan kuatnya persatuan itulah yang membuat Paus Fransiskus tertarik datang ke Indonesia.
Perwakilan dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) sekaligus juru bicara panitia kunjungan Paus Fransiskus, Rm Thomas Ulun Ismoyo Pr, juga menekankan bahwa kunjungan ini merupakan pengakuan atas status Indonesia sebagai miniatur keberagaman dan toleransi dunia.
Selain makna diplomatik, kunjungan Paus Fransiskus ke empat negara ini merupakan perjalanan apostolik Paus sebagai Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik sedunia. Iman, persaudaraan, dan bela rasa menjadi tema yang dibawa Paus Fransiskus dalam lawatannya ke Indonesia. Tema ini sarat dengan pesan moral.
Kardinal Suharyo dalam wawancara khusus dengan Kompas pada Selasa (6/8/2024) menyampaikan adanya pesan mendalam di balik tema ini. Bahwa inti iman sejati adalah persaudaraan dan makna bersaudara adalah bisa berbela rasa, yaitu sikap untuk mau berpihak dan merasakan penderitaan yang sama.
Hal tersebut selaras dengan pendapat sebanyak 41,8 persen responden yang menyatakan makna kunjungan Paus Fransiskus ini membawa misi perdamaian antarumat beragama, toleransi, dan penghapusan diskriminasi.
Misi perdamaian dan kemanusiaan Paus Fransiskus ini tecermin pula dari Deklarasi Abu Dhabi, yaitu Deklarasi Persaudaraan Umat Manusia bagi Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama yang ditandatangani Paus Fransiskus dan Sheikh Ahmad el-Tayeb, Imam Besar Al-Azhar, pada 4 Februari 2019.
Makna deklarasi ini sangat relevan dengan kepentingan bangsa Indonesia yang beragam, termasuk dalam hal penganut agama. Kunjungan apostolik ini juga memiliki dampak besar, tidak hanya bagi umat Katolik, tetapi juga bagi masyarakat luas karena sering kali membawa perhatian global terhadap isu-isu penting yang dibahas oleh Paus.
Kunjungan Paus secara khusus juga memberi apresiasi kepada Gereja Katolik di Indonesia dalam perannya mengirim misionaris ke sejumlah daerah misi di seluruh dunia.
Baca juga: Paus Fransiskus, Menggenapi Panggilan Tuhan
Harapan dan penyemangat
Mendalam dan luasnya makna kunjungan Paus ke Indonesia ini membawa harapan dan penyemangat bagi kehidupan berbangsa. Hasil jajak pendapat memotret, empat dari sepuluh responden mempunyai harapan kunjungan Paus dapat memberikan inspirasi dan dorongan bagi persatuan dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia.
Sebanyak 40 persen responden juga berharap kehadiran Paus akan menjadikan Indonesia sebagai barometer kehidupan beragama yang rukun dan damai. Dalam lawatannya ini, salah satu agenda Paus Fransiskus adalah mengunjungi Masjid Istiqlal dan bertemu dengan pemimpin dari lintas agama.
Apa yang dilakukan Paus tersebut menjadi contoh nyata akan ajaran cinta kasih dan persaudaraan sebagaimana harapan yang disuarakan oleh seperlima bagian responden di jajak pendapat ini.
Sebagian responden lainnya berharap kunjungan Paus Fransiskus ini bisa menggelorakan semangat dialog antaragama yang juga menghasilkan satu gerakan global untuk kemanusiaan. Seperti halnya tema yang diusung dalam kunjungan Paus kali ini, ”Iman, Persaudaraan, dan Bela Rasa” atau ”Faith, Fraternity, and Compassion”. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: ”Durian Runtuh” dari Paus Fransiskus untuk UMKM Tanah Air