Risma Maju Pilkada Jatim, Bagaimana Potret Pemilihnya?
Tri Rismaharini dan Gus Hans diusung PDI-P dan Partai Hanura maju sebagai calon gubernur dan wakil gubernur Jatim.
Hasil kerja dan kepemimpinan Tri Rismaharini yang mendapat apresiasi nasional dan dunia selama menjadi wali kota Surabaya dan kinerjanya selama menjabat menteri sosial menjadi modal untuk maju di Pilkada Jatim.
Konstelasi politik pemilihan gubernur Jatim tahun ini sangat dinamis. Hal ini terlihat dalam tiga hari masa pendaftaran pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah pada 27-29 Agustus 2024.
Tri Rismaharini berpasangan dengan Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans) yang diusung oleh PDI Perjuangan dan Partai Hanura. Pasangan ini menyusul paket petahana, yakni Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak, yang diusung koalisi 15 partai politik dan sudah mendaftarkan diri sebelumnya.
Selain Risma dan Khofifah, satu pasangan lagi, yakni Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim yang diusung PKB menambah daftar calon gubernur dari sosok perempuan.
Munculnya dua penantang pasangan petahana Khofifah-Emil menjadikan laga pilkada Jatim semakin sengit. Apalagi, ketiga calon gubernurnya adalah perempuan tangguh. Lalu, seperti apa gambaran pemilih Risma?
Baca juga: Siapa Gus Hans, Cawagub Pasangan Risma di Pilkada Jatim?
Kelebihan dan elektabilitas Risma
Nama Tri Rismaharini sebenarnya bukan nama asing bagi warga Jatim. Sosoknya mulai dikenal ketika menjadi Wali Kota Surabaya yang sukses menata ibu kota Jatim tersebut menjadi wilayah yang rapi, hijau, dan asri. Risma juga dikenal dengan gebrakan-gebrakannya dalam menata Kota Surabaya.
Tak mengherankan jika perempuan berlatar belakang arsitek dan Master Pembangunan Kota alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ini dinobatkan sebagai ”Mayor of the Month” atau ”Wali Kota Terbaik di Dunia” pada Februari 2014 atas keberhasilannya selama memimpin Kota Surabaya sebagai kota metropolitan yang paling baik penataannya.
Tidak itu saja, pada Maret 2015 nama Tri Rismaharini masuk dalam jajaran 50 tokoh berpengaruh di dunia versi majalah Fortune. Sederet penghargaan lainnya juga diberikan kepada perempuan energik ini, baik sebagai wali kota maupun menteri sosial.
Dalam beberapa kali survei nasional Kompas, nama Risma bahkan masuk dalam radar tokoh-tokoh bakal calon presiden pada Pemilu 2024. Penilaian publik tersebut tak lepas dari kelebihan-kelebihan yang ditunjukkan sosok ini.
Pada survei Kompas di Jatim periode Juni 2024, terpotret dua kelebihan Risma yang dinilai paling menonjol oleh masyarakat Jatim, yaitu kinerja dan karakter personalnya.
Sebanyak 45 persen responden menyebut kinerja baik yang ditunjukkan Risma ketika menjadi wali kota maupun menteri sosial menjadi kelebihan utamanya. Tak dapat dimungkiri, Risma memang pekerja keras. Ketika menjadi wali kota Surabaya dua periode (2010-2020), bukti nyata perubahan Kota Surabaya hasil kerja kepemimpinannya telah ditunjukkan Risma.
Kemampuan kepemimpinan dan karakter personal lainnya, seperti merakyat dan berwibawa, dinilai 40 persen responden sebagai kelebihannya yang lain. Risma juga dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan berani.
Survei Kompas juga menunjukkan tingkat keterpilihan Risma jika maju dalam pemilihan Gubernur Jawa Timur. Elektabilitas politisi PDI-P ini sebagai calon Gubernur Jatim sebesar 13,6 persen.
Risma berada di urutan kedua setelah Khofifah yang meraih angka elektoral mencapai 26,8 persen. Posisi Risma masih jauh di atas tokoh-tokoh lainnya, seperti Emil Dardak, Syaifullah Yusuf, Eri Cahyadi, dan Marzuki Mustamar yang di bawah 5 persen.
Baca juga: Pemilih Jatim Terbuka, Calon Gubernur Semua Perempuan
Potret pemilih
Kelebihan dan elektabilitas Risma tersebut tentu akan menjadi pertimbangan pemilih di Jawa Timur. Hasil survei Kompas pada Juni 2024, berdasarkan kategori jender, usia, latar belakang pendidikan, ataupun kelompok sosial ekonomi responden, menunjukkan potensi Risma untuk dipilih lebih besar di kisaran 60-80 persen dibandingkan dengan yang tidak memilih.
Hal ini terlihat dari responden yang menjawab ”pasti akan memilih” dan ”mempertimbangkan akan memilih” atas pertanyaan ”jika Tri Rismaharini mencalonkan diri menjadi Gubernur Jawa Timur, apakah Anda akan memilih tokoh tersebut?”.
Dengan pertanyaan yang sama, jika ditelisik lebih dalam per kategori, Risma memiliki potensi pemilih yang kurang lebih sepadan antara laki-laki dan perempuan di kisaran 65 persen dengan pendukung laki-laki 5 persen lebih banyak dibandingkan dengan pemilih perempuan.
Sementara berdasarkan kategori usia, terpotret potensi responden yang akan memilih terbanyak berada di kategori usia 24-40 tahun dan 41-60 tahun juga di kisaran 65 persen. Jika dipotret menurut generasi, mencakup sebagian dari Gen Z, Gen Y (milenial), dan Gen X. Pendukung Risma dari Gen Z paling sedikit di angka 54 persen.
Dari latar belakang pendidikan, Risma mempunyai potensi pemilih paling besar dari responden berpendidikan tinggi sebesar 73,6 persen, diikuti yang berpendidikan menengah 65,4 persen dan pemilih berpendidikan dasar 53,2 persen. Dari persentase tersebut, sekitar 20 persen yang menyatakan pasti akan memilih, sedangkan sisanya menyatakan akan mempertimbangkan untuk memilih.
Berdasarkan kelompok kelas sosial ekonomi, potensi pemilih Risma, baik yang sudah pasti maupun akan mempertimbangkan terpotret paling banyak dari kelas sosial ekonomi atas sebesar 82,3 persen.
Berikutnya kelas menengah atas diisi oleh hampir tiga perempat responden, kemudian kelas menengah bawah 70 persen dan pemilih kelas bawah 50 persen. Proporsi pemilih yang masih mempertimbangkan lebih besar di kisaran 40-60 persen.
Jika dicermati hanya pada pemilih yang pasti akan memilih yang juga disebut dengan pemilih loyal atau strong voters, Risma mempunyai pendukung kuat dari usia 24-60 tahun sebesar 80,8 persen, berlatar pendidikan dasar dan menengah juga sebanyak 80,8 persen, dan berasal dari kelas sosial ekonomi bawah dan menengah bawah sebesar 78,3 persen. Artinya, delapan dari 10 pemilih loyal Risma berasal dari kategori tersebut.
Potret pemilih tersebut dapat digunakan untuk memelihara pemilih loyal dan mengelola pemilih yang masih bimbang yang menjawab akan mempertimbangkan memilih, tetapi proporsi dan potensinya besar, dengan melihat latar belakang pemilih berdasarkan kategori. Di samping itu juga merangkul kelompok-kelompok yang menyatakan tidak memilih.
Menjadi tugas partai pengusung agar lebih memanaskan mesin politik dan mengatur strategi untuk mendulang suara sebanyak-banyaknya dan memenangkan pilkada yang akan membawa Risma menuju Jatim 1. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Putusan MK Membuat Pencalonan Pilkada Penuh Drama