Pemilih Jatim Terbuka, Calon Gubernur Semua Perempuan
TIga sosok perempuan mencalonkan diri sebagai gubernur, membuktikan pemilih di Jatim relatif terbuka kepada siapa pun.
Hadirnya tiga sosok perempuan dalam bursa calon gubernur Jawa Timur makin menegaskan pemilih di provinsi ini relatif terbuka kepada siapa pun calon pemimpinnya. Rekam jejak dan karakter pemimpin menjadi hal yang paling banyak menjadi pertimbangan pemilih saat menentukan siapa calon gubernur yang layak mereka pilih di Pilkada 2024 nanti.
Seperti yang sudah disampaikan ke publik oleh tiap-tiap partai politik pengusungnya, pemilihan gubernur dan wakil gubernur Jatim tahun 2024 ini akan diramaikan oleh tiga srikandi yang akan meramaikan kontestasi. Jika ketiganya resmi berada di surat suara nanti, bisa jadi inilah pilkada gubernur pertama di Indonesia yang calon gubernurnya perempuan semua.
Pasangan calon pertama dan sudah mendaftar di KPUD Jatim pada Rabu (28/8/2024) adalah Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak.
Pasangan calon gubernur-calon wakil gubernur ini diusung oleh 15 parpol, yaitu Golkar, Gerindra, Demokrat, PAN, PKS, PSI, PPP, Nasdem, dan Perindo. Kemudian Partai Gelora, Partai Buruh, Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), Partai Garuda, dan Partai Prima.
Kemudian Partai Kebangkitan Bangsa memperkenalkan pasangan kadernya sendiri sebagai cagub-cawagub Jatim 2024, yakni Luluk Nur Hamidah dan Lukmanul Khakim.
Sebelumnya, Luluk Nur Hamidah dikenal sebagai Ketua DPP PKB yang juga menjabat sebagai anggota DPR dari Fraksi PKB. Sama dengan Luluk, Lukmanul Khakim juga Ketua DPP PKB sekaligus anggota DPR dari Fraksi PKB.
Dengan menaiki kendaraan hias seni tradisi Madura Ul Daul, Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak menuju kantor KPU Jatim untuk mendaftarkan diri sebagai pasangan cagub-cawagub, di Surabaya, Rabu (28/8/2024).
Sementara sosok calon gubernur dari kalangan perempuan lainnya adalah Tri Rismaharini yang saat ini menjabat sebagai Menteri Sosial dan mantan Wali Kota Surabaya dua periode.
Risma, demikian biasa dipanggil, adalah kader dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang dikenal dekat dengan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.
Sejauh ini belum dipastikan siapa nama calon pendamping Risma. Namun, nama Zahrul Azhar Asumta atau biasa dikenal dengan Gus Hans berpeluang besar akan mendampingi Risma sebagai cawagub.
Artinya, jika ketiga sosok perempuan yang masuk dalam bursa calon gubernur ini resmi berlaga di Pilkada Jatim, ketiganya akan didampingi oleh tiga sosok laki-laki yang juga memiliki kekuatan tersendiri dalam meraih dukungan elektoral dari pemilih di Jatim. Praktis, Pilkada Jatim 2024 ini akan menyuguhkan pertarungan politik yang sengit dan kompetitif.
Bagaimanapun ketiganya beririsan dengan konstituen pemilih yang berlatar belakang nahdliyin. Sudah jamak diketahui Jatim adalah salah satu basis utama dari warga Nahdlatul Ulama. Jika dilihat dari latar belakang sosialnya, ketiga cagub dari perempuan ini semuanya memiliki ikatan emosional dengan nahdliyin.
Khofifah saat ini dikenal masih menjabat sebagai Ketua Umum Muslimat NU. Khofifah dikenal juga sebagai mantan Ketua Cabang PMII Surabaya saat dirinya masih aktif menjadi mahasiswa Fisip Unair.
Hal yang sama pernah disampaikan oleh Tri Rismaharini bahwa dirinya adalah masih keturunan pendiri NU. Risma adalah cicit dari Mbah Jayadi, kiai yang ikut mendirikan NU. Jayadi memiliki dua anak yang merupakan kakek Risma dan Mohammad Nuh, mantan Menteri Pendidikan Nasional yang juga pernah menjadi Pengurus Besar NU. Risma sendiri adalah alumnus dari ITS Surabaya.
Sementara itu, Luluk Nur Hamidah adalah politikus kawakan dari PKB yang selama ini menjadi rumah politik bagi warga nahdliyin. Sebelumnya, Luluk terpilih sebagai anggota DPR dari Dapil Jateng IV. Luluk juga tokoh kelahiran Jombang, Jatim, yang menjadi salah satu basis penting NU di provinsi ini. Sebelum masuk dunia politik, Luluk mengenyam pendidikan sarjananya di IAIN Sunan Ampel, Surabaya.
Baca juga: Siapa Gus Hans, Cawagub Pasangan Risma di Pilkada Jatim?
Politisi perempuan
Selain muncul tiga sosok perempuan sebagai calon gubernur di Jatim ini, di sejumlah pilkada kabupaten/kota juga tidak sedikit sosok perempuan maju dalam kontestasi pilkada di provinsi ini.
Merujuk data KPU, sampai 28 Agustus 2024 pukul 19.00 semalam, setidaknya ada empat calon kepala daerah dari kalangan perempuan, yakni Ipuk Fiestiandani (Banyuwangi), Ikfina Fahmawati (Mojokerto), Ita Triwibawati (Nganjuk), dan Nanik Endang R (Magetan).
Menariknya, di Nganjuk, bakal calon bupati Ita Triwibawati ini didampingi oleh bakal calon wakil bupatinya juga dari kalangan perempuan, yakni Zuli Rantauwati. Selain pasangan sesama perempuan di Nganjuk ini, di Kota Kediri juga ada pasangan bakal calon wali kota dan wakil wali kota yang sama-sama dari tokoh perempuan, yakni pasangan Ferry Silviana Feronica dan Regina Nadya Suwono.
Dari peta konstelasi bursa calon kepala daerah dan wakil kepala daerah ini terlihat bahwa di Jatim relatif terbuka dalam menerima sosok perempuan sebagai pemimpin. Terpilihnya Khofifah sebagai gubernur di Pilkada Jatim 2018 lalu juga menjadi penanda sosok perempuan sama-sama memiliki peluang untuk menjadi pejabat publik.
Penerimaan ini tertangkap dari hasil survei Litbang Kompas di Jatim pada periode 20-25 Juni 2024 lalu di mana isu perempuan bukanlah menjadi sesuatu yang diperdebatkan.
Hampir 70 persen responden setuju seorang perempuan menjadi pemimpin di daerah, baik sebagai gubernur, bupati, maupun wali kota. Dari kelompok responden yang setuju tersebut, sebagian di antaranya bahkan menyebut sangat setuju dengan hal tersebut.
Sikap ini juga tampak jika dianalisis dari sejumlah latar belakang responden. Dari latar belakang jender, misalnya. Baik kelompok responden laki-laki maupun perempuan, keduanya sama-sama menunjukkan lebih banyak yang setuju perempuan menjadi kepala daerah di wilayah mereka meskipun jika dibandingkan dengan angkanya lebih tinggi disebutkan dari kelompok responden perempuan.
Dari kelompok responden perempuan, hampir 80 persen menyatakan dukungannya. Sebaliknya, dari kelompok responden laki-laki, yang setuju berada di angka kurang lebih 65 persen.
Sementara itu, jika berdasarkan latar belakang pendidikan, kelompok responden pendidikan tinggi jauh lebih tinggi dukungannya kepada perempuan untuk jadi pemimpin dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan lebih rendah.
Hal yang sama jika mengacu pada latar belakang ekonomi responden. Mereka yang berlatar belakang ekonomi atas lebih tinggi apresiasinya pada pemimpin perempuan dibandingkan dengan mereka yang tingkat ekonominya berada di bawahnya.
Menariknya, jika ditelusuri dari latar belakang generasi responden, mereka yang dari kelompok generasi lebih muda jauh lebih tinggi apresiasinya kepada sosok perempuan untuk menjadi pemimpin dibandingkan dengan dari generasi yang lebih tua. Hal ini menandakan persoalan jender tidak terlalu menjadi isu di kalangan pemilih muda dan mula ini.
Pada akhirnya, rekam jejak dan karakter kepemimpinan menjadi alasan paling banyak disebutkan responden dalam survei ini dalam memilih pemimpin, bukan soal apakah ia laki-laki atau perempuan.
Karakter pemilih yang terbuka di Jatim inilah yang sedikit banyak membuka ruang bagi hadirnya para kontestan calon gubernur yang semuanya adalah perempuan. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: PKB Hadirkan Luluk Nur Hamidah untuk Lawan Khofifah dan Risma di Pilkada Jatim