Perolehan Medali Olimpiade, Tradisi Saling Kejar China dengan AS
China dan Amerika Serikat melanjutkan tradisi bersaing ketat sebagai pemuncak peraih medali Olimpiade.
Oleh
VINCENTIUS GITIYARKO
·4 menit baca
Dua negara adidaya yang menguasai perekonomian dunia tak hanya bersaing sengit dalam percaturan geopolitik dunia, tetapi juga dalam adu perolehan medali di perhelatan Olimpiade Paris 2024. Hingga Rabu (7/8/2024) pagi, Amerika Serikat dan China masih saling kejar sebagai pemuncak klasemen perolehan medali.
Kedua negara sejauh ini sama-sama meraih medali emas sebanyak dua digit. Amerika Serikat meraih 24 emas, sedangkan China 22 emas. Secara jumlah, Amerika Serikat unggul dengan perolehan total 86 medali dibandingkan dengan China yang sementara mengumpulkan total 58 medali.
Baca Berita Olimpiade Paris 2024
Ikuti informasi terkini seputar Olimpiade Paris 2024 dari berbagai sajian berita seperti analisis, video berita, perolehan medali, dan lainnya.
Apabila menggunakan perhitungan internasional dalam pemeringkatan, posisi keduanya masih sama kuat. Pasalnya, klasemen medali Olimpiade didasarkan pada total raihan medali emas. Meskipun begitu, negeri ”Paman Sam” memiliki perhitungannya sendiri, yakni berdasarkan jumlah total medali.
Namun, model pemeringkatan berdasarkan jumlah cenderung bias terhadap jumlah atlet yang dimiliki dan cabor yang diikuti oleh masing-masing negara. Untuk itu, secara resmi, laman Olympics.com mengurutkan klasemen berdasarkan jumlah medali emas yang dikumpulkan tiap negara.
Di luar dua negara ini, pesaing terdekat mereka sementara ini adalah Australia (14 emas), tuan rumah Perancis (13 emas), dan Inggris Raya (12 emas). Sementara itu, terdapat negara Asia kuat lainnya yang mengekor, yaitu Korea Selatan dan Jepang yang sama-sama mengumpulkan 11 emas.
Dilihat dari cabang olahraga yang menyumbangkan medali, cabang olahraga (cabor) renang sementara ini menjadi penyumbang medali terbanyak bagi Amerika Serikat.
Total sebanyak 28 medali datang dari cabor ini dengan rincian 8 emas, 13 perak, dan 7 perunggu. Perenang Katie Ledecky menjadi atlet paling bersinar dengan menyumbang dua emas yang berasal dari nomor gaya bebas 800 meter dan 1.500 meter.
Selain renang, cabor lain yang memberikan medali terbanyak bagi AS sejauh ini adalah atletik yang menyumbangkan lima emas.
Sementara itu, China mendapat sumbangan medali emas terbanyak dari cabor menembak dan menyelam yang masing-masing menyumbang 5 emas. Namun, cabor renang menjadi penyumbang medali terbanyak, yakni 12 medali, dengan rincian 2 emas, 3 perak dan 7 perunggu. Perenang Zhang Yufei sebenarnya menjadi atlet yang terbanyak menyumbang medali, sayang ketiganya perunggu.
Dengan demikian, jika membandingkan antara AS dan China, sementara ini cabor renang menjadi unggulan kedua negara. Akan tetapi, pada cabor lainnya AS unggul pada senam artistik dan atletik, sementara China memiliki keunggulan di cabor menembak dan menyelam.
Persaingan sengit antara AS dan China di perhelatan Olimpiade sebenarnya bukan hal baru. Jika ditarik ke belakang, kedua negara ini selalu dalam posisi saling kejar. Dalam Olimpiade Beijing 2008, misalnya, China menempati klasemen pertama dengan 48 medali emas di antara total 100 medali yang diperoleh.
Sementara Amerika Serikat berada di urutan kedua dengan raihan 36 medali emas dari total 112 medali. Persaingan ketat kembali terjadi empat tahun berselang dalam Olimpiade 2012.
Dalam Olimpiade yang diselenggarakan di London, Inggris, tersebut, AS yang berbalik tampil sebagai pemuncak klasemen dengan raihan 48 medali emas dari total 104 medali. Adapun China mengekor di urutan kedua dengan 39 medali emas dari total 92 medali yang diperoleh.
Persaingan kembali terulang antara Paman Sam dan ”Tirai Bambu” dalam Olimpiade Rio 2016 meskipun ada Inggris Raya yang sempat muncul dalam persaingan di antara keduanya. Dalam perhelatan di Brasil tersebut, Amerika Serikat kembali memuncaki klasemen dengan perolehan 46 medali emas dari total 121 medali.
Meskipun memiliki perolehan medali lebih banyak, China terpaksa berada di posisi ketiga di bawah Inggris Raya yang memperoleh 27 emas dari total 67 medali. Kala itu, China mengumpulkan 26 medali emas dari total 70 medali.
Secara geografis, Eropa cenderung berada di tengah-tengah AS dan China sehingga bisa menjadi lokasi yang ’netral’ bagi kedua negara.
Selisih yang sempat melebar segera diperbaiki oleh China dalam perhelatan berikutnya. Pada Olimpiade Tokyo 2020, persaingan sangat ketat kembali terjadi.
Selisih AS dan China dalam perhelatan empat tahun lalu tersebut hanya satu emas. Amerika Serikat sebagai pemuncak mengumpulkan 39 medali emas dari total 113 medali, sementara China mendapatkan 38 medali emas dari total 89 medali.
Melihat bagaimana perjalanan saling kejar antara AS dan China dalam beberapa tahun terakhir, tampak bahwa Amerika Serikat sejauh ini tetap lebih sering keluar sebagai pemuncak klasemen.
Meskipun begitu, dari perhelatan terakhir tampak selisihnya begitu dekat. Artinya, China menjadi penantang paling serius untuk bisa mengungguli Amerika Serikat.
Perhelatan Olimpiade Paris 2024 yang terselenggara di daratan Benua Eropa tampak menjadi saat yang tepat bagi kedua negara untuk membuktikan siapa yang lebih unggul.
Secara geografis, Eropa cenderung berada di tengah-tengah AS dan China sehingga bisa menjadi lokasi yang ”netral” bagi kedua negara.
Apalagi jika melihat sejarah China menempati posisi pertama, itu pun terjadi dalam Olimpiade yang terselenggara di Beijing pada 16 tahun silam. Sementara itu, ketika perhelatan terjadi di Tokyo yang secara geografis berada di wilayah Asia, Amerika Serikat tetap unggul.
Dengan demikian, mengulang sejarah Beijing 2008 menjadi misi kuat China dalam Olimpiade Paris 2024 ini. Dalam hitung-hitungan jumlah total, Amerika Serikat hampir pasti lebih unggul dari negara-negara lain. Akan tetapi, ketika klasemen dihitung berdasarkan perolehan medali emas, China masih punya kans untuk mengulang sejarah. (LITBANG KOMPAS)