Olimpiade Paris 2024 dan Perjuangan Mempertahankan Tradisi Medali Bulu Tangkis
Bulu tangkis Indonesia memiliki catatan gemilang di Olimpiade. Namun, kini perburuan medali kian ketat diperjuangkan.
Oleh
ANDREAS YOGA PRASETYO
·3 menit baca
Jumlah medali yang berhasil dikumpulkan para pebulu tangkis Indonesia di ajang Olimpiade menjadi catatan gemilang prestasi bulu tangkis nasional. Sejak Olimpiade Barcelona 1992 hingga Olimpiade Tokyo 2020, atlet-atlet Indonesia sudah mengumpulkan 21 medali.
Rinciannya, delapan medali emas, enam medali perak, dan tujuh medali perunggu. Indonesia berada pada peringkat kedua negara pengumpul medali terbanyak di bawah China yang sudah mengoleksi 47 medali.
Baca Berita Olimpiade Paris 2024
Ikuti informasi terkini seputar Olimpiade Paris 2024 dari berbagai sajian berita seperti analisis, video berita, perolehan medali, dan lainnya.
Dari nomor pertandingan, tunggal putra dan ganda putra menjadi penyumbang terbanyak koleksi medali Indonesia. Nomor tunggal putra sudah mempersembahkan tujuh medali, sedangkan ganda putra sudah menyumbang enam medali.
Namun, untuk medali emas, nomor ganda putra lebih banyak meraih medali, yakni tiga medali emas. Sementara tunggal putra telah memberikan dua medali emas.
Catatan prestasi Indonesia ini sudah dimulai sejak tahun 1992. Keberhasilan Susy Susanti dan Alan Budikusuma pada Olimpiade 1992 seakan menjadi pembuka catatan prestasi bulu tangkis Indonesia dalam ajang Olimpiade.
Sejak saat itu, secara berturut-turut, Indonesia selalu berhasil menorehkan jejak prestasi dalam ajang Olimpiade. Hanya saja, prestasi ini sempat terhenti pada tahun 2012 sebelum akhirnya kembali berlanjut dalam ajang Olimpiade Rio de Janeiro 2016 dan Olimpiade Tokyo 2020.
Meski mendulang prestasi, upaya atlet-atlet Indonesia merebut medali bulu tangkis Olimpiade tak mudah dilakukan. Munculnya para pebulu tangkis dari negara-negara lain membuat persaingan meraih medali menjadi kompetitif.
Pada Olimpiade Barcelona 1992, hanya ada lima negara yang mampu meraih medali. Jumlah tersebut kian bertambah banyak pada Olimpiade Tokyo 2020, yakni delapan negara.
Munculnya atlet-atlet berbakat dari Jepang, India, dan Taiwan membuat Indonesia tak lagi dominan dalam perebutan medali. Dalam tiga penyelenggaraan Olimpiade terakhir, jumlah terbanyak medali yang dipersembahkan para atlet Indonesia maksimal dua medali.
Munculnya pesaing-pesaing baru nan berkualitas menjadi ancaman bagi tim Indonesia dalam mempertahankan tradisi medali bulu tangkis. Terlebih dalam dua tahun terakhir, prestasi Indonesia di kancah dunia juga sedang mengalami turbulensi prestasi.
Kekuatan bulu tangkis China
Data pertandingan Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) memperlihatkan, pada 2023, prestasi atlet-atlet Indonesia pada ajang turnamen bergengsi seperti Final BWF World Tour, Super 1000, Super 750, dan Super 500 masih di bawah China, Korea Selatan, dan Jepang.
Pada rangkaian turnamen di tiga kejuaraan bergengsi dunia tersebut, Indonesia meraih delapan gelar juara sepanjang 2023. Sementara China mampu meraih 36 gelar, disusul Korea Selatan (19 gelar), dan Jepang (12 gelar juara).
Kekuatan China, Korea Selatan, dan Jepang ini masih sama hingga 2024 ini. Hingga Juni 2024, China sudah meraih 22 gelar juara di rangkaian turnamen Super 1000, Super 750, dan Super 500.
Disusul kemudian oleh Jepang, Korea Selatan, dan Denmark yang masing-masing sudah meraih enam gelar juara. Adapun Indonesia baru merebut empat gelar juara. Jumlah gelar Indonesia ini sama dengan yang diraih atlet-atlet bulu tangkis Thailand.
Sorotan atas penurunan prestasi Indonesia ini juga tertuju pada ajang Asian Games 2022 di Hangzhou, China. Pada ajang olahraga level Asia ini Indonesia tidak meraih medali. Bahkan, tidak ada satu pun atlet yang mampu mencapai babak semifinal.
Kegagalan ini menjadi catatan penurunan prestasi bulu tangkis Indonesia dalam ajang Asian Games. Pasalnya, sejak Asian Games 1962, Indonesia selalu berhasil membawa pulang medali.
Hal lain yang menjadi sorotan adalah saat Indonesia gagal mendulang gelar dalam turnamen Indonesia Open 2023. Selaku tuan rumah, tidak ada satu pun atlet Indonesia yang mampu menembus babak final. Kondisi ini seakan menjadi fase terdalam kelesuan prestasi bulu tangkis Indonesia sepanjang 2023, satu tahun menjelang Olimpiade Paris 2024.
Peluang sempit
Lesunya prestasi Indonesia dan kian kompetitifnya pebulu tangkis dari banyak negara membuat langkah mempertahankan tradisi medali menjadi lebih berat. Nomor ganda campuran dan tunggal putra Indonesia sudah kandas di babak penyisihan grup Olimpiade Paris 2024.
Peluang meraih medali masih terbuka pada nomor tunggal putri dan ganda putra. Spirit kemenangan pasangan ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto di ajang All England 2024 menjadi energi tambahan dalam berburu medali Olimpiade.
Pasangan ini berhasil mempertahankan gelar juara All England. Fajar/Rian meraih dua gelar All England secara beruntun (2023 dan 2024). Pengalaman tersebut menjadi tumpuan dalam mempertahankan prestasi.
Jika menengok peringkat dunia saat ini, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto berada pada peringkat ketujuh dunia. Untuk tunggal putri, pebulu tangkis Gregoria Mariska Tunjung menjadi andalan Indonesia. Gregoria yang berada pada peringkat 8 besar dunia merupakan juara Japan Master 2023.
Masih bertahannya dua wakil Indonesia tetap menumbuhkan optimisme untuk meneruskan tradisi medali bulu tangkis di ajang Olimpiade Paris 2024. (LITBANG KOMPAS)