Membangun Gaya Hidup Berkonsep Konservasi Energi
Semua lapisan masyarakat dapat berkontribusi secara nyata dalam upaya konservasi dan efisiensi energi.
Guna mendukung kelestarian alam dan juga program pemerintah mencapai karbon netral 2060, semua lapisan masyarakat dapat berkontribusi secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Konservasi energi dan juga efisiensi energi merupakan cara relatif mudah yang dapat dilakukan semua pihak. Langkah kecil ini dapat berefek positif bagi keberlanjutan lingkungan di masa depan.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2023, konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya. Kegiatan konservasi ini dilaksanakan pada seluruh tahap pengelolaan energi, baik dari sisi hulu maupun sisi hilir.
Pada sisi hulu, konservasi pada tahap pengelolaan energi bertujuan melestarikan sumber daya energi. Dengan demikian, pemerintah beserta stakeholder terkait akan memprioritaskan sumber daya energi yang akan diusahakan atau disediakan. Selanjutnya, regulator akan mengatur jumlah sumber daya energi yang akan diproduksi serta membatasi sumber daya energi dalam batas waktu tertentu ketika sumber daya ini tidak dapat diusahakan kembali.
Untuk sisi hilir, konservasi dalam tahap pengelolaan energi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi energi. Hal ini dapat dilakukan melalui penerapan perilaku hemat energi serta menerapkan teknologi yang efisien konsumsi energinya. Kedua hal ini dapat dilaksanakan oleh institusi penyedia energi dan pengguna sumber energi ataupun pengguna (konsumen) energi. Sejumlah sektor yang terkait efisiensi energi ini meliputi sektor transportasi, industri, rumah tangga, dan bangunan gedung.
Baca juga: Sampai Mana Bauran EBT Indonesia?
Semua pihak, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku usaha, swasta, dan juga masyarakat, berperan penting dalam upaya konservasi energi tersebut. Mulai dari lini makro hingga mikro tingkat rumah tangga diharapkan berkontribusi secara nyata dalam upaya efisiensi energi ini. Semakin banyak rumah tangga atau masyarakat yang proaktif dalam menerapkan efisiensi penggunaan energi sehari-hari, maka lingkungan akan semakin lestari.
Sumber daya energi akan dimanfaatkan seoptimalnya tanpa harus merusak lingkungan secara masif, minim pemborosan konsumsi energi sehingga menghemat pengeluaran biaya, serta emisi karbon yang dihasilkan dari proses produksi ataupun konsumsi energi dapat terus diminimalkan. Jadi, tingkat kesadaran masyarakat terhadap upaya efisiensi energi ini menjadi poin sangat penting untuk menyukseskan langkah konservasi energi yang direncanakan oleh pemerintah.
Peran masyarakat
Ada sejumlah hal yang dapat dilakukan masyarakat dalam pelaksanaan konservasi energi. Misalnya saja penggunaan teknologi hemat energi, seperti memilih lampu hemat energi dan berbagai peralatan elektronik dengan model energy star yang konsumsi listriknya lebih sedikit dari rata-rata model teknologi konvensional. Beralih menggunakan kendaraan listrik, seperti sepeda motor listrik dan juga mobil listrik juga termasuk bagian dari upaya menghemat penggunaan energi fosil. Pun demikian juga penggunaan kompor induksi listrik juga bagian dari langkah penghematan energi karena menyubstitusi penggunaan elpiji untuk memasak.
Upaya berikutnya yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam upaya konservasi itu adalah dengan menghemat penggunaan energi rumah tangga. Salah satu caranya melalui desain rumah yang memiliki pencahayaan matahari yang cukup serta sirkulasi udara yang baik. Dengan demikian, akan minim menggunakan energi seperti lampu dan juga pendingin ruangan saat siang hari. Mematikan lampu saat tidak digunakan atau saat sedang beristirahat juga merupakan bagian kecil dari langkah penghematan energi ini.
Baca juga: Janji Surga Rp 353 Triliun Pendanaan Transisi Energi
Cara lainnya lagi dalam upaya konservasi energi adalah membiasakan menggunakan transportasi massal daripada mengendarai kendaraan pribadi. Selain mengurangi penumpukan kendaraan dan kemacetan di jalanan, cara ini juga berkontribusi nyata dalam upaya reduksi emisi karbon dari sektor transportasi. Dengan memilih angkutan massal seperti BRT (bus rapid transit) berikut angkutan pendukungnya, Commuterline, MRT (mass rapid transit), dan LRT (light rapid transit), maka masyarakat telah turut serta dalam bagian konservasi energi.
Dengan pembiasaan-pembiasaan tersebut, harapannya muncul kesadaran bagi setiap individu untuk berperilaku hemat energi dan ramah lingkungan. Semakin banyak individu yang bersikap seperti itu, maka akan berkembang menjadi budaya dan gaya hidup yang baik sehingga dapat memengaruhi perilaku masyarakat atau lingkungan di sekitarnya. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan akan berkembang menjadi sebuh tren yang dianggap baik dan modern bagi perkembangan sebuah peradaban.
Dampak positif konservasi energi
Pelan tapi pasti, upaya konservasi energi yang dilakukan secara luas oleh sejumlah pihak kini mulai tampak hasil positifnya. Pemilihan penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan serta penggunaan teknologi yang andal membuat konsumsi energi kian efisien dalam proses perkembangan perekonomian. Reduksi emisi karbon dari sisi penggunaan energi pun juga kian optimal sehingga linear dengan semangat menjaga keberlangsungan alam.
Berdasarkan laporan Kinerja Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Tahun 2023 Kementerian ESDM, menunjukkan indeks ketahanan energi terkait konservasi energi kian membaik. Salah satunya terlihat dari intensitas penggunaan energi yang kian menurun. Intensitas energi ini mempresentasikan jumlah energi yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk domestik bruto (PDB).
Baca juga: Ekosistem Transportasi Berbasis Listrik di Jabodetabek Diperluas
Pada tahun 2015, intensitas energi di Indonesia masih berkisar 482 setara barel minyak (SBM) untuk menghasilkan PDB senilai Rp 1 miliar. Namun, pada tahun 2022, intensitas energi sudah susut menjadi sekitar 160 setara barel minyak (SBM) per Rp 1 miliar PDB. Pada tahun 2023 lalu, intensitasnya menurun lagi menjadi kisaran 132 SBM per Rp 1 miliar PDB.
Penurunan intensitas tersebut tergolong sangat luar biasa karena terjadi penyusutan yang cukup signifikan dalam kurun sewindu. Hal ini menunjukkan ada upaya serius yang dilakukan oleh pemerintah dan juga masyarakat dalam meningkatkan efisiensi penggunaan energi secara nasional.
Efisiensi itu turut berdampak baik bagi lingkungan karena turut meningkatkan reduksi emisi karbon yang terbuang di lingkungan. Pada tahun 2022, reduksi gas rumah kaca (GRK) dari sektor energi mencapai 91,5 juta ton karbon dioksida (CO2). Setahun berikutnya, reduksi GRK-nya meningkat lagi menjadi 127 juta ton CO2.
Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa tingkat kesadaran pemerintah dan juga masyarakat terhadap isu lingkungan, seperti pemanasan global akibat emisi karbon, kian menjadi perhatian serius untuk segera dimitigasi. Pemerintah kian fokus mengimplementasikan sejumlah kebijakan dalam upaya-upaya reduksi emisi karbon serta didukung oleh sebagian masyarakat yang berupaya berkontribusi secara nyata dalam langkah-langkah konservasi dan efisiensi energi.
Pada tahun 2023, tingkat reduksi emisi GRK dari sektor energi mencapai 0,46 ton CO2 per orang. Angka ini meningkat dari reduksi tahun sebelumnya yang sebesar 0,335 ton CO2 per orang. Artinya, kontribusi setiap individu di Indonesia kian besar dalam langkah mengurangi buangan emisi karbon dari sektor energi. Harapannya, langkah efisiensi energi yang ramah lingkungan ini dapat terus meningkat seiring membaiknya situasi perekonomian nasional dan juga kesejahteraan masyarakat secara luas.
Kualitas pembangunan ekonomi yang baik menjadi salah satu faktor yang penting untuk mendukung upaya-upaya konservasi energi secara masif di Indonesia. Pasalnya, untuk berkontribusi dalam upaya konservasi dan efisiensi energi itu dibutuhkan modal awal yang relatif tidak sedikit.
Baca juga: EBT dan Nuklir, Solusi Reduksi Emisi Karbon Masa Depan
Deskripsinya dapat dibayangkan ketika masyarakat akan mengganti sejumlah lampu penerangan yang hemat energi di rumahnya. Lampu hemat energi ini harganya relatif tidak murah apabila dibandingkan dengan lampu biasa sehingga diperlukan biaya yang cukup besar untuk investasi awalnya. Pun demikian, jika masyarakat akan beralih menggunakan sejumlah peralatan elektronik ataupun kendaraan yang bersifat eco-friendly, di mana harga pembeliannya cenderung lebih mahal.
Oleh karena itu, demi menyukseskan rencana global dan juga ambisi pemerintah meraih karbon netral 2060, pembangunan ekonomi berkualitas yang mendukung kelestarian lingkungan menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi. Ekonomi meningkat, alam terus terjaga keberlanjutannya, serta kesejahteraan kian tumbuh dan merata di segenap lapisan masyarakat. Dengan demikian, upaya-upaya konservasi dan efisiensi energi akan tumbuh di setiap individu dan menjadi budaya serta gaya hidup modern yang meluas di semua kalangan masyarakat. (LITBANG KOMPAS)