Piala Eropa dan Kualitas Juara Pelatih Lokal Eropa
Iklim kompetitif sepak bola Eropa tidak hanya memunculkan pemain-pemain hebat, tetapi juga pelatih-pelatih berkualitas.

Pelatih Spanyol Luis de la Fuente memberikan arahan saat pertandingan semifinal antara Spanyol dan Perancis pada turnamen sepak bola Euro 2024 di Muenchen, Jerman, Rabu (10/7/2024) dini hari WIB. Spanyol menang atas Perancis, 2-1.
Piala Eropa menjadi ajang kejuaraan sepak bola berkelas dunia. Di turnamen ini, timnas dari negara-negara Eropa saling bersaing kualitas memperebutkan gelar juara Eropa. Selain Piala Eropa, Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) juga mengadakan turnamen usia muda, seperti Piala Eropa U-17.
UEFA juga menggelar kejuaraan antarklub setiap tahun, seperti Liga Champions dan Liga Europa. Kedua liga ini mempertemukan klub-klub peringkat teratas di liga negara masing-masing. Iklim yang kompetitif dan berjenjang dari usia muda dan dilakukan mulai dari level negara menjadi bagian dari hadirnya kualitas sepak bola Eropa.

Baca Berita Piala Eropa 2024
Di sisi lain, ekosistem sepak bola ini juga menuntut kehadiran pelatih-pelatih andal untuk mengawal kualitas liga dan turnamen di Eropa. Data UEFA pada tahun 2000 menunjukkan, Eropa memiliki 200.000 pelatih yang memegang lisensi UEFA.
Untuk Piala Eropa 2024 ini, sebanyak 24 pelatih bersaing memperebutkan gelar Euro 2024. Mereka merupakan bagian dari 172 pelatih timnas yang pernah dan sedang bersaing memperebutkan gelar juara sejak Piala Eropa 1960 hingga Euro 2024.

Pelatih Inggris Gareth Southgate (kiri) merangkul gelandang serang Inggris Phil Foden saat pertandingan sepak bola Grup C Piala Eropa 2024 antara Denmark dan Inggris di Frankfurt Arena di Frankfurt, Jerman, 20 Juni 2024.
Saat ini, empat pelatih berhasil meloloskan timnya ke babak semifinal Piala Eropa 2024. Mereka ialah Luis de la Fuente (Spanyol), Didier Deschamps (Perancis), Gareth Southgate (Inggris), dan Ronald Koeman (Belanda).
Keempat pelatih ini ditempa dari ekosistem kompetitif liga-liga Eropa. Dalam kariernya, De la Fuente pernah menjadi pemain Liga Spanyol, Athletic Bilbao dan Sevilla. Ia juga pernah menjadi pelatih di dua bekas klubnya tersebut.
Tempaan karier senada dialami Didier Deschamps, Gareth Southgate, dan Ronald Koeman. Mereka menjalani karier profesional pemain dan melatih klub-klub Eropa.
De la Fuente, Deschamps, Southgate, dan Koeman juga merepresentasikan pelatih lokal Eropa yang kembali bersinar di Piala Eropa 2024. Berdasarkan data UEFA, dari 16 tim yang pernah menjuarai Piala Eropa, sebanyak 15 tim adalah tim yang dilatih oleh pelatih lokal Eropa.

Pelatih Belanda Ronald Koeman berjalan keluar lapangan seusai laga melawan Gibraltar pada penyisihan Grup B Kualifikasi Piala Eropa 2024, di Stadion De Kuip, Rotterdam, Belanda, Senin (27/3/2023). Belanda menang 3-0 pada laga itu.
Pelatih timnas Spanyol dan Jerman
Spanyol dan Jerman menjadi dua tim tersukses yang mampu meraih gelar juara bersama pelatih lokal negaranya. Kedua negara ini sama-sama sukses meraih tiga gelar dengan memanfaatkan kualitas dari pelatih yang berasal dari negara masing-masing.
Tim ”Matador” Spanyol, misalnya, pada Piala Eropa 1964, sukses meraih gelar juara di bawah asuhan Jose Villalonga. Villalonga merupakan juru taktik berkebangsaan Spanyol yang sebelumnya memimpin Real Madrid dan Atletico Madrid.
Saat melatih Real Madrid selama kurang dari tiga tahun, Villalonga bahkan sukses memberikan dua gelar juara liga. Modal ini memberikan keyakinan kepada federasi sepak bola Spanyol untuk menunjuk Villalonga sebagai juru taktik pada Piala Eropa saat itu.
Catatan serupa kembali terulang pada Piala Eropa 2008 dan 2012. Di bawah kepemimpinan pelatih lokal yang berbeda, Spanyol sukses meraih dua gelar Piala Eropa secara berturut-turut. Hingga kini, capaian tersebut menempatkan Spanyol sebagai satu-satunya negara di Eropa yang berhasil meraih gelar juara beruntun.

Pelatih timnas Perancis Didier Deschamps memegang bola saat pertandingan uji coba antara Perancis dan Kanada di Stadion Matmut Atlantique, Bordeaux, Perancis, Senin (10/6/2024).
Pada Piala Eropa 2012. Spanyol dilatih oleh pelatih kawakan Luis Aragones. Sebagai pelatih lokal, Aragones memang sangat diperhitungkan karena pernah memimpin beberapa klub besar, seperti Atletico Madrid dan Barcelona.
Sementara pada 2016, Spanyol kembali dilatih oleh pelatih lokal Vicente del Bosque. Pengalaman menukangi Real Madrid pada Liga Spanyol menjadi modal berharga bagi Del Bosque untuk memimpin Spanyol pada Piala Eropa. Persis seperti empat tahun sebelumnya, kepercayaan ini dibayar oleh Del Bosque dengan meraih gelar juara bagi Spanyol.
Prestasi serupa ditorehkan Jerman. Sebelum reunifikasi pada 1990, Jerman Barat sukses mendulang dua gelar juara di bawah asuhan pelatih lokal, yakni pada Piala Eropa 1972 saat diasuh Helmut Schoen dan pada Piala Eropa 1980 di bawah pimpinan Jupp Derwall. Prestasi serupa kembali diraih pada tahun 1996 saat dilatih Berti Vogts. Ketiganya merupakan pelatih Jerman yang begitu disegani di benua Eropa.

Setidaknya ada dua faktor utama yang menyebabkan federasi negara-negara di Eropa memilih menggunakan jasa pelatih lokal daripada pelatih asing. Pertama, faktor pengalaman. Pada liga-liga top di ”Benua Biru”, pelatih lokal memperoleh kesempatan untuk menukangi tim-tim di kasta tertinggi. Tradisi tersebut hingga kini masih terus bertahan.
Pada La Liga Spanyol musim 2023/2024, misalnya, sebanyak 16 dari 20 tim yang berlaga dipimpin oleh pelatih asal Spanyol. Dominasi pelatih lokal ini juga tampak pada Serie A Italia untuk periode yang sama. Sebanyak 18 dari 20 tim di Serie A juga dilatih oleh pelatih Italia. Kondisi ini membuktikan bahwa liga-liga domestik di Eropa masih memberikan ruang bagi pelatih lokal untuk berkembang.
Bahkan, Inggris yang dikenal sebagai negara terbuka dalam sepak bola pun masih menyisakan ruang bagi beberapa pelatih lokal pada Liga Premier. Pada musim 2023/2024 terdapat empat pelatih asal Inggris yang menjadi juru taktik tim-tim Liga Premier.
Pemberian ruang bagi pelatih lokal di kompetisi tertinggi pada liga domestik menjadi salah satu jalan lahirnya pelatih berkualitas di negara-negara Eropa. Itulah sebabnya, negara-negara di Eropa memiliki banyak calon pelatih mumpuni untuk menukangi negara masing-masing pada Piala Eropa.
Selain pengalaman, faktor berikutnya yang juga berpengaruh adalah kedekatan pelatih lokal dengan iklim sepak bola domestik. Para pelatih lokal diyakini lebih memahami filosofi sepak bola yang dibangun oleh negara tersebut ketimbang pelatih asing. Seni bertahan ala Italia, permainan kolektif Spanyol, hingga permainan taktis ala Jerman diyakini hanya akan dapat dilahirkan oleh pelatih-pelatih lokal.

Di tengah dominasi pelatih lokal, Yunani menjadi satu-satunya negara yang sukses meraih gelar juara bersama pelatih asing. Raihan ini dicapai pada Piala Eropa 2004 di bawah asuhan pelatih asal Jerman, Otto Rehhagel. Saat itu, Yunani menjadi tim kejutan yang mampu menyita perhatian publik sepak bola dunia.
Sebelum Piala Eropa 2004, Yunani bukanlah tim superior dengan reputasi mentereng di tengah percaturan sepak bola Eropa. Pesimisme pendukung Yunani yang amat besar tampak dari sepinya stadion saat Yunani berlaga di kandang sendiri.
Namun, reformasi sepak bola dilakukan oleh Yunani. Selain membangun fasilitas, federasi sepak bola Yunani menunjuk Rehhagel sebagai juru taktik. Pelatih Bayern Muenchen 1995-1996 ini dipercaya untuk mengangkat reputasi sepak bola Yunani.
Baca juga: Genderang Perang Para Pelatih Debutan di Piala Eropa 2024
Rehhagel melakukan banyak perubahan mendasar dalam sepak bola Yunani. Salah satunya adalah menekankan kepada para pemain untuk tampil taktis dan fleksibel di lapangan hijau. Rehhagel tidak terpaku pada satu skema formasi semata saat menjadi juru taktik Yunani.
Upaya Rehhagel ternyata membuahkan hasil. Yunani berhasil menjadi juara grup pada babak kualifikasi dan kembali berlaga ke Piala Eropa setelah menanti sejak laga terakhir tahun 1980.
Pada putaran final, Yunani terus melaju hingga menembus partai puncak untuk menantang tuan rumah Portugal. Yunani berhasil mengalahkan Portugal, 1-0, di hadapan pendukung tuan rumah.
Baca juga: Juru Taktik di Piala Eropa, Siapa Pelatih Tersukses?
Raihan prestasi ini tidak hanya menjadi rekor manis bagi Yunani. Selain gelar juara perdana, Yunani juga mencatatkan sejarah sebagai tim pertama yang berhasil meraih gelar juara bersama pelatih asing.
Hal ini juga menjadi perhatian jagat sepak bola saat itu mengingat bukan hal mudah menghasilkan permainan padu bersama pelatih asing, terutama bagi Yunani yang saat itu baru mencoba bangkit dari keterpurukan.
Baca juga: Piala Eropa 2024, Kesempatan Terakhir Gareth Southgate Persembahkan Trofi untuk Inggris
Hingga kini, belum ada satu pun negara yang mampu meraih gelar bersama pelatih asing seperti Yunani. Seusai Piala Eropa 2004, deretan tim juara berikutnya selalu dilatih oleh pelatih lokal.
Terakhir, pada Piala Eropa 2020, Roberto Mancini menjadi pelatih lokal Italia yang sukses membawa negaranya meraih gelar juara. Kini, di tengah pergelaran Piala Eropa 2024 yang memasuki babak semifinal, pelatih lokal masih berpeluang mendulang pucuk prestasi. (LITBANG KOMPAS)