Forum Air Sedunia dan Jejak Dunia Mencegah Krisis Air
Krisis air semakin mengancam kebutuhan mendasar penduduk Bumi. Apa yang telah dilakukan dunia guna mencegah krisis air?
Air merupakan salah satu kebutuhan mendasar manusia. Publikasi ”The United Nations World Water Development Report 2024” memberikan ilustrasi bagaimana air diperlukan untuk berbagai kebutuhan hidup, mulai dari pertanian, industri, hingga kebutuhan domestik, seperti minum, memasak, mencuci, dan mandi.
Di seluruh dunia, The United Nations World Water atau UN Water mencatat, rata-rata 72 persen kontribusi air digunakan untuk sektor pertanian atau irigasi. Selebihnya, sebanyak 16 persen digunakan untuk kepentingan industri dan 12 persen untuk kepentingan domestik manusia. Namun secara detail, proporsi penggunaan air tersebut bervariasi, tergantung dari kemjuan pembangunan ekonomi suatu negara.
Negara-negara dengan tingkat pendapatan tinggi lebih banyak menggunakan air untuk industri (39 persen) dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan rendah (4 persen). Di negara-negara berpendapatan rendah, kebutuhan air masih dominan digunakan untuk sektor pertanian (90 persen).
Kebutuhan air ini semakin penting tatkala penduduk dunia kian bertambah banyak. Pada 2023, data Worldometers memperlihatkan penduduk dunia sudah mencapai 8,04 miliar orang. Jumlah ini melonjak tiga kali lipat dibandingkan dengan tahun 1952. Saat itu penduduk dunia tercatat masih 2,54 miliar jiwa.
Jumlah populasi yang kian bertambah membuat kebutuhan air global juga terus meningkat. Menurut UN Water, Badan PBB yang dibentuk untuk mengoordinasi isu mengenai air, untuk hidup layak, seseorang setidaknya membutuhkan 50 liter air bersih per hari. Air bersih ini diperlukan untuk memenuhi keperluan kebersihan diri dan lingkungan, termasuk minum dan memasak makanan.
Hanya saja, belum semua kebutuhan air bersih itu dinikmati merata oleh setiap orang. Faktor sumber daya air yang terbatas ditambah krisis iklim membuat sejumlah warga dunia masih mengalami krisis air. Hingga tahun 2022, UN Water menyebutkan masih ada 2,2 miliar orang di dunia yang belum mendapatkan akses air yang sehat.
Di sisi lain, krisis iklim turut memperparah ancaman ketersediaan air bersih. Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay mengingatkan banjir dan kekeringan akibat krisis iklim bakal membuat merana setengah dari populasi global. Sepanjang 2002-2021, kekeringan yang berakibat pada krisis air sudah berdampak pada lebih dari 1,4 miliar orang dan menimbulkan kematian pada 21.000 orang warga dunia.
Hampir senada, hasil riset dari World Resource Institute (WRI) pada 2021 menyebutkan, setidaknya ada 25 negara yang menghadapi tingkat kekurangan air yang tinggi setiap tahunnya. Di 25 negara ini bermukim hampir seperempat penduduk Bumi. Melihat sebarannya, daerah yang paling banyak mengalami kekurangan air bersih ialah kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.
Lima negara yang paling mengalami kesulitan air, menurut World Resource Institute, ialah Bahrain, Siprus, Kuwait, Lebanon, Oman, dan Qatar. Kekurangan air di lima negara ini disebabkan oleh minimnya pasokan air.
Forum dunia tentang air
Melihat urgensi kebutuhan mendasar manusia dan ancaman krisis air yang kian mengkhawatirkan ini, negara-negara di dunia mulai berkolaborasi mencegah memburuknya pasokan dan kualitas air. Di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dibentuk Kelompok Antarsekretariat PBB untuk Sumber Daya Air pada 1977. Tugas kelompok ini ialah mengoordinasikan kegiatan-kegiatan PBB di bidang sumber daya air.
Dalam perkembangannya, pada 1992, kelompok tersebut ditingkatkan perannnya menjadi Subkomite Sumber Daya Air. PBB juga menginisiasi Hari Air Sedunia sejak 1993. Selanjutnya pada 2003, PBB memperkuat peran Subkomite Sumber Daya Air menjadi UN Water.
Sejumlah aksi dilakukan UN Water, antara lain melakukan kampanye bersama Dekade Aksi Internasional ”Air untuk Kehidupan” pada periode 2005-2015. Aksi ini dilanjutkan untuk satu dekade lagi bertajuk ”Dekade Aksi Air 2018-2028” yang diluncurkan dalam forum Sidang Majelis Umum PBB tahun 2018. Sebelumnya, UN Water juga turut mengawal Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) terkait air yang menjadi komitmen dunia sejak 2015.
Selain PBB, sejumlah lembaga dunia dan negara-negara juga terus berupaya mencegah ancaman meluasnya krisis air. Lembaga Stockholm International Water Institute (SIWI), misalnya, menginisiasi forum World Water Week sejak 1991. Forum ini merupakan konferensi global yang dihadiri para pakar dari negara-negara di dunia.
Ada pula World Water Forum (WWF) atau Forum Air Sedunia. Forum ini diadakan oleh lembaga World Water Council (WWC). Forum Air Sedunia ini merupakan pertemuan global terbesar yang diadakan secara berkala setiap tiga tahun untuk membahas isu-isu strategis terkait air. Tujuan dari forum ini untuk meningkatkan kerja sama internasional dan mendorong kebijakan yang efektif dalam pengelolaan air.
Sejarah Forum Air Dunia (WWF)
Merujuk Kompaspedia, Forum Air Sedunia pertama diadakan di Maroko pada 1997. Forum ini menghasilkan Deklarasi Marrakesh, yang mengamanatkan Dewan Air Dunia (WWC) untuk mengembangkan ”Visi Air Dunia” untuk abad ke-21.
Pada pertemuan keduanya pada 2000, Forum Air Sedunia (WWF) menghasilkan Deklarasi Den Haag tentang Keamanan Air. Tiga tahun berselang, WWF diadakan di Jepang dan menginisiasi ”Aksi Air Dunia” sebagai upaya global dalam mengatasi tantangan air. Forum ini menekankan keterlibatan semua pemangku kepentingan melalui inisiatif, seperti ”Forum Air Virtual” dan pengumpulan kesaksian dalam Portofolio Aksi Air ”Suara Air”.
Berikutnya, Forum Air Sedunia digelar pada 2006 dengan penekanan pada isu peningkatan akses terhadap air dan sanitasi. Forum Air Sedunia selanjutnya pada 2009 menghasikan Konsensus Air Istanbul (IWC), yang berkomitmen untuk meningkatkan infrastruktur dan layanan air. Masalah sanitasi dan air masih menjadi titik utama bahasan WWF 2012.
Baca juga: Darurat Ancaman Krisis Air Dunia
Orientasi dunia kemudian dipertajam dalam Forum Air Sedunia pada 2015 dengan penekanan pada agenda pembangunan berkelanjutan dan politik air yang mengancam perdamaian dunia. Keterbatasan air dan skema berbagi air ini masih menjadi topik bahasan berikutnya dalam Forum Air Sedunia di Brasil tahun 2018.
Makin nyatanya krisis air menjadi agenda utama WWF 2021 dengan mengambil tema ”Keamanan Air untuk Perdamaian dan Pembangunan”. Forum ini membuka jalan perlunya mengamankan pasokan air global melalui investasi keuangan dan pembahasan tentang dampak perubahan iklim, seperti meningkatnya kekeringan dan banjir. Tahun ini, WWF 2024 digelar di Bali, Indonesia, dengan mengusung tema ”Air untuk Kemakmuran Bersama”.
Berbagai program menjaga kelestarian air
Di luar berbagai forum dunia, sejumlah negara dan lembaga telah memulai inisiasi untuk menjaga kelestarian air. Di Jerman, sebuah LSM, Global Nature Fund (GNF), membuat program ”Living Lakes” di Danau Constance, Jerman, pada 1998.
Tujuan nyata proyek ini ialah melestarikan ekosistem danau dan lahan basah sekaligus meningkatkan kualitas hidup warga yang tinggal di sekitar danau. Program pelestarian danau ini kemudian menyebar di sejumlah negara, termasuk upaya merestorasi Danau Jempang di Kalimantan Timur. Pada 2006, program ”Living Lakes” menerima penghargaan dari PBB.
Program serupa yang mendapat penghargaan dari PBB ialah proyek perlindungan Danau Bangalore di India. Program yang diinisiasi oleh lembaga Environment Support Group (ESG) ini mengembangkan jaringan danau agar terbentuk daerah aliran sungai yang lebih besar. Berkat program ini, wilayah semi-kering yang bergantung pada sungai musiman dapat terus produktif karena ada asupan air danau.
Baca juga: Jalan Panjang Penyediaan Akses Air Bersih
Program lain ialah Proyek NEWater di Singapura. Program yang dimulai pada era 1970-an ini secara umum melakukan daur ulang air bekas untuk diolah menjadi air reklamasi yang bersih dan aman. Dengan lima pabrik pengolahan yang beropersi, Singapura berhasil mengamankan pasokan air saat musim kemarau sekaligus mendorong efisiensi konsumsi air dengan skema keberlanjutan air.
Berbagai upaya ini menjadi langkah nyata dunia dalam mencegah krisis air global. Dunia menanti lebih banyak langkah nyata dan inovatif untuk menyelamatkan sumber daya air yang semakin kritis mengancam kebutuhan mendasar penduduk Bumi. (LITBANG KOMPAS)