Lebih dari Rp 200 Triliun Dibelanjakan pada Lebaran 2024
Masyarakat diperkirakan membelanjakan dana lebih dari Rp 200 triliun untuk memenuhi kebutuhan Lebaran 2024.
Ramadhan dan Lebaran menjadi salah satu pengungkit ekonomi paling besar di Indonesia. Tahun ini, masyarakat membelanjakan dana lebih dari Rp 200 triliun untuk memenuhi kebutuhan Lebaran. Sektor transportasi, industri makanan, industri tekstil, hingga pariwisata terkerek naik signifikan pada masa hari raya ini.
Lebaran telah usai dan aktivitas harian kini berangsur normal kembali. Meski demikian, tak dapat dimungkiri kemeriahan Ramadhan dan Lebaran yang berlangsung sekitar satu bulan itu telah menggairahkan perekonomian secara nasional.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, momen tahunan itu juga diprediksi mampu mendongkrak perekonomian nasional secara signifikan. Hasil analisis Litbang Kompas menemukan, setidaknya dana sebesar Rp 237 triliun dibelanjakan selama Lebaran tahun ini. Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari beragam pengeluaran untuk kebutuhan Lebaran.
Salah satu penyokong utama adalah pengeluaran untuk mudik ke kampung halaman. Aktivitas ini menyumbang sekitar Rp 71,8 triliun dari total perkiraan uang yang dibelanjakan selama Lebaran 2024. Meski hanya sekitar 26,5 persen responden yang mengaku mengalokasikan dana untuk mudik, nominal uang yang dianggarkan paling besar, yakni rata-rata Rp 3,88 juta per responden.
Survei tersebut diformulasikan untuk memprediksi nilai belanja secara nasional. Dengan populasi Indonesia saat ini yang sekitar 279,3 juta orang, setidaknya ada 74,1 juta orang yang menganggarkan dana untuk mudik. Jika dihitung dalam satuan keluarga atau KK, lebih kurang ada 18,5 juta keluarga yang mengalokasikan biaya untuk mudik Lebaran. Jumlah tersebut didasarkan pada asumsi rata-rata anggota keluarga di Indonesia empat orang per KK.
Baca juga: Banyak Warga Belanja Kebutuhan Harian Melebihi Budget Saat Liburan
Perhitungan per keluarga itu digunakan sebagai dasar proyeksi analisis mengingat kegiatan mudik di Indonesia identik dengan perjalanan ke kampung halaman bersama dengan anggota keluarga. Hal ini sejalan dengan penghitungan yang dilakukan oleh berbagai penelitian dari sejumlah instansi lainnya. Kamar Dagang Indonesia (Kadin), misalnya. Kadin Indonesia memperkirakan, dari 193,6 juta pelaku perjalanan sesuai hasil survei Kementerian Perhubungan, setidaknya terdapat 48,4 juta keluarga. Dengan rata-rata pengeluaran untuk mudik Rp 3,2 juta, perputaran uang selama libur Lebaran 2024 berkisar Rp 157,3 triliun.
Jika menggunakan basis jumlah pemudik berdasarkan survei Kemenhub tersebut, dengan anggaran rata-rata sesuai temuan jajak pendapat Kompas, setidaknya Rp 167,9 triliun uang telah beredar hanya dari mobilitas perjalanan mudik. Dengan demikian, proyeksi total perputaran uang selama Lebaran dapat melampaui angka analisis Kompas sebelumnya yang berkisar Rp 237 triliun. Akumulasi jumlahnya diperkirakan mencapai Rp 313,6 triliun yang merupakan total pengeluaran untuk mudik dan belanja lainnya.
Belanja Lebaran
Selain dari pergerakan menuju kampung halaman, setidaknya dana lainnya sekitar Rp 97 triliun juga beredar untuk membelanjakan kebutuhan makanan-minuman dan fashion Lebaran. Dibandingkan untuk mudik, responden yang menganggarkan dana untuk membeli dua kebutuhan tersebut lebih besar, yakni lebih dari separuh responden jajak pendapat.
Pasalnya, hidangan khas Lebaran bak menjadi kebutuhan wajib di hari raya. Saat acara silaturahmi, makanan menjadi salah satu bagian yang tak terpisahkan. Opor dan kue kering menjadi hidangan yang tampaknya tak pernah absen dari meja makan dan ruang tamu saat Lebaran. Begitu pun kebutuhan fashion. Menyambut hari kemenangan dengan baju baru seperti sudah menjadi tradisi dari tahun ke tahun.
Meskipun demikian, dibandingkan dengan pengeluaran untuk mudik, proporsi anggaran sandang dan pangan Lebaran lebih kecil. Rata-rata pengeluarannya berkisar Rp 1,12 juta-Rp 1,41 juta per responden.
Pengeluaran berikutnya yang tak pernah terlupakan juga di hari Lebaran adalah kerelaan hati masyarakat untuk berbagi. Masih merujuk hasil jajak pendapat Kompas, sekitar Rp 41 triliun dana berpotensi tersebar ke seantero negeri melalui zakat, sedekah, hingga angpau Lebaran kepada sanak famili. Meski besaran dana yang dianggarkan paling kecil di antara pengeluaran Lebaran lainnya, proporsi masyarakat yang secara khusus mengalokasikan dana untuk berbagi di hari raya lebih besar. Sekitar dua per tiga dari total responden menganggarkan pengeluaran untuk berbagi ini.
Baca juga: Masyarakat Anggarkan Dana Lebaran 2024 Lebih Besar
Di luar berbagai pengeluaran tersebut, ada pula konsumsi lainnya yang juga dibelanjakan oleh sebagian masyarakat, yakni wisata. Kegiatan tamasya selama libur Lebaran juga terpantau turut mempercepat gerak roda ekonomi nasional. Sekitar Rp 27,5 triliun diperkirakan menambah perputaran uang selama periode hari raya Idul Fitri tahun ini.
Bahkan, kajian Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memperkirakan potensi perputaran ekonomi di sektor pariwisata akan mencapai Rp 276,11 triliun. Bagi yang tidak melakukan perjalanan mudik, berwisata menjadi salah satu alternatif untuk mengisi waktu luang. Pun demikian dengan mereka yang melakukan perjalanan mudik, juga acap kali ditemukan turut memadati area wisata bersama anggota keluarganya.
Sektor terkait
Semua kegiatan belanja yang dialokasikan tersebut pada akhirnya akan turut menggerakkan sektor-sektor ekonomi terkait. Transportasi menjadi salah satu sektor yang mendapatkan kue ekonomi paling besar. Hal ini sejalan dengan besaran dana yang disiapkan masyarakat untuk mobilisasi masa Lebaran sehingga potensi perputaran uangnya sangat masif. Tingginya aktivitas sektor transportasi pada hari raya ini konsisten juga terjadi di tahun-tahun sebelumnya.
Lebaran tahun lalu yang jatuh pada 22 April 2023 mampu mendorong sektor transportasi tumbuh hingga 15,59 persen. Peningkatan ini merupakan perbandingan antara triwulan II 2023 dengan triwulan sebelumnya. Momen tersebut secara akumulasi mampu mempertahankan kinerja sektor transportasi yang relatif baik dengan besaran pertumbuhan 13,96 persen sepanjang 2023. Tertinggi di antara sektor lainnya.
Tahun ini, kinerja sektor transportasi kemungkinan lebih baik lagi. Pasalnya, pelaku perjalanan Lebaran tahun ini diperkirakan lebih banyak dibandingkan tahun lalu. Survei Kementerian Perhubungan yang dilaksanakan dua bulan sebelum Lebaran menemukan sekitar 193,6 juta orang akan melakukan perjalanan ke luar kota. Perkiraan ini lebih tinggi 56 persen dibandingkan tahun lalu.
Baca juga: Wisata Lebaran Dongkrak Ekonomi Daerah
Meski belum tampak signifikan peningkatannya, realisasi pergerakan selama periode Lebaran tahun ini terpantau lebih tinggi. Merujuk Sistem Informasi Angkutan dan Sarana Transportasi Indonesia (SIASATI) dari Kemenhub, sejak H-7 hingga H+7 Lebaran 2024 terdapat 15.505.017 pergerakan penumpang seluruh moda transportasi. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu terjadi peningkatan sebesar 5,4 persen. Data tahun 2024 ini berdasarkan pantauan pada Kamis (18/4/2024) pukul 21.30 WIB.
Sektor berikutnya yang turut mengerek pertumbuhan ekonomi sejumlah lapangan usaha terkait adalah belanja hidangan khas Lebaran. Industri makanan dan minuman tumbuh 4,97 persen pada periode yang sama. Kinerja positif itu secara langsung ataupun tidak langsung mampu memberikan penghidupan bagi jutaan insan tenaga kerja yang terlibat di dalamnya. Aktivitas wisata Lebaran pun turut mendongkrak kinerja sektor penyedia akomodasi restoran dan makan-minum.
Sektor yang tampak berat terkerek naik pada masa Lebaran saat ini adalah kinerja industri tekstil. Permintaan produk tekstil meningkat di hari Lebaran, tetapi belum mampu membangkitkan industri padat karya ini secara signifikan. Tahun lalu, pada periode Ramadhan dan Lebaran, kinerja ekonominya masih terkontraksi. Lemahnya permintaan luar negeri menjadi salah satu faktor penurunan itu. Walaupun permintaan domestik relatif tinggi, nilai ekonominya tetap lebih rendah dari nilai permintaan asing. Akibatnya, kinerja sektor sandang menjadi cenderung relatif rendah.
Begitu pun tahun ini agaknya masih berat untuk bangkit mengingat kondisi ekonomi global yang tengah lesu. Meski demikian, permintaan domestik di hari raya mengurangi celah kerugian industri tekstil.
Secara keseluruhan, sejumlah ekonom memperkirakan Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini akan turut mendorong ekonomi tumbuh sebesar 0,14-0,25 poin persen. Potensi tersebut bagai oase di padang pasir di tengah gejolak dunia yang makin penuh ketidakpastian.
Diharapkan pemerintah dapat mengambil kebijakan yang sesuai dengan kondisi saat ini. Dengan demikian, masifnya belanja saat Ramadhan dan Idul Fitri dapat terus terakselerasi di kemudian hari dan mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Setidaknya di level lima persen meski kondisi ekonomi dan geopolitik dunia terus bergejolak. (LITBANG KOMPAS)