Analisis Litbang ”Kompas”: Agenda Politik Pemilih Mula Berbeda
Dalam memilih partai, pemilih mula punya selera yang berbeda dengan pemilih berpengalaman.
Oleh
BESTIAN NAINGGOLAN
·3 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Petugas KPPS di TPS 2 Kelurahan Pabaton, Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat, menggunakan seragam pelajar di teras SDN Pengadilan 5 Kota Bogor, Rabu (14/2/2024).
Dibandingkan dengan mereka yang sudah berpengalaman memilih dalam pemilu, karakter pilihan politik kaum pemilih mula tampak berbeda. Daya tarik pasangan Prabowo-Gibran menyatukan agenda pilihan politik mereka kendati pilihan partai politiknya berbeda.
Dalam ajang Pemilu 2024, keberadaan para pemilih mula atau kalangan yang baru pertama kalinya menggunakan hak pilih menjadi semakin menarik dicermati. Bukan hanya lantaran jumlahnya yang cukup signifikan hingga mampu menjadi determinan kemenangan bagi pasangan calon presiden yang bersaing, melainkan juga perilaku politik unik yang diwujudkan kalangan yang berusia 17-23 tahun saat menggunakan hak pilihnya.
Baca Berita Seputar Pilkada 2024
Pahami informasi seputar Pilkada 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Dengan mengkaji hasil survei pascapencoblosan (exit poll) Pemilu 2024, perilaku politik kaum pemula pemilu ini terbilang berbeda. Di satu sisi, kalangan pemilih mula menjadi kelompok yang paling signifikan memberikan sumbangan elektabilitas pada salah satu pasangan calon presiden. Berdasarkan hasil survei pascapencoblosan, konsentrasi pilihan politik kaum ini pada pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mencapai 71,9 persen.
Proporsi semacam itu terbilang sangat berjarak dengan dukungan kaum mula politik pada para pemilih pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar ataupun Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Pasangan Anies-Muhaimin, misalnya, dipilih 18,9 persen kaum pemilih mula.
Proporsi tersebut relatif lebih rendah dari capaian dukungan seluruh pemilih pada pasangan ini yang mencapai 25,6 persen. Artinya, perbedaan jarak dukungan yang terbangun di antara kedua pasangan ini sekitar 53 persen. Terhadap pasangan Ganjar-Mahfud, jarak perbedaan lebih lebar lagi, mencapai 62 persen.
Begitu juga dukungan pemilih mula pada Prabowo-Gibran menjadi sebuah besaran yang terbilang dominan, jauh melebihi konsentrasi dukungan kaum pemilih yang sudah berpengalaman menggunakan hak politiknya dalam pemilu (55,4 persen).
Dengan kondisi yang terbangun ini dapat dikatakan pasangan Prabowo-Gibran unggul sangat telak di kalangan pemilih pemula. Dengan keunggulan yang terbangun, tidak dapat disangsikan lagi kaum pemula politik ini telah memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi keunggulan Prabowo-Gibran.
KOMPAS/ZULKARNAINI
Seorang pemilih berusia muda sedang memeriksa daftar nama calon pemilih pada papan pengumuman yang disediakan petugas tempat pemungutan suara di Desa Lamteumen Timur, Kecamatan Jayabaru, Kota Banda Aceh, Aceh, Rabu (14/2/2024).
Partai pilihan pemilih muda di Pemilu 2024
Pada sisi lain, pilihan pemilih mula yang terbilang berbeda pada pemilu legislatif membuat konfigurasi keunggulan partai politik juga berbeda. Sebagai gambaran, berdasarkan hasil survei pascapencoblosan yang telah dikonversikan ataupun dibobot dengan hasil hitung cepat, PDI-P menjadi partai peraih dukungan terbanyak. Tidak kurang dari 16,3 persen responden survei mengungkapkan pilihannya pada partai ini. Menyusul kemudian Partai Golkar, Gerindra, PKB, Nasdem, dan partai-partai lainnya.
Meski demikian, di mata pemilih pemula, konfigurasi penguasaan partai politik menjadi agak berbeda. Posisi puncak, yang menjadi bagian terbesar dari pilihan kaum pemilih pemula ini, justru diduduki Gerindra bersama Partai Golkar.
Kedua partai tersebut meraih dukungan kaum muda pada kisaran 14 persen. PDI-P yang unggul dalam perhitungan seluruh pemilih tidak menjadi rujukan utama para pemilih pemula. Dalam survei kali ini, PDI-P menduduki posisi ketiga dengan dukungan sebesar 12 persen.
Perbedaan pilihan politik kaum pemilih mula ini dapat dijelaskan semata-mata lantaran daya tarik ketokohan yang terepresentasikan pada pasangan Prabowo-Gibran. Daya pikat semacam ini pula yang menggerus pilihan politik mereka pada beberapa partai politik, khususnya partai-partai yang tidak mengusung pasangan Prabowo-Gibran.
KOMPAS/HARIS FIRDAUS
Warga menggunakan hak pilihnya di TPS 15 Kelurahan Muja Muju, Kota Yogyakarta, Rabu (14/2/2024). Suasana TPS dipenuhi atribut berwarna pink sebagai simbol perayaan Hari Valentine yang diperingati tiap 14 Februari.
Gambaran detailnya, apabila ditabulasi silang antara pilihan presiden dan pilihan partai politik, pada kalangan pemilih pemula terlihat sebagian besar pemilih partai juga menjadi pemilih pasangan Prabowo-Gibran.
Elaborasi terhadap partai-partai yang menjadi bagian dari pendukung Prabowo-Gibran, misalnya, terbilang sangat loyal. Sedikitnya lebih dari tiga perempat bagian dari pemilih partai-partai ini menjatuhkan pilihan pada Prabowo-Gibran.
Partai Gerindra hanya menyisakan sekitar 10 persen pemilihnya yang menyatakan memilih pasangan capres selain Prabowo-Gibran. Begitu pula pemilih mula yang mengaku menjadi pemilih Partai Golkar, Demokrat, PAN, PSI, dan partai pendukung Prabowo-Gibran lainnya.
Kondisi yang terbilang relatif sama terjadi pada barisan partai pendukung pasangan Anies-Muhaimin. Pemilih mula yang memilih partai ini tidak sepenuhnya solid menjadi pemilih Anies-Muhaimin. PKB, misalnya, sebanyak 57,4 persen pemilih mula justru menjadi pemilih Prabowo-Gibran.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Poster informasi pasangan capres dipasang saat pemungutan suara susulan Pemilu 2024 di TPS 10 Kelurahan Pondok Kacang Timur, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (18/2/2024). Proses pemungutan suara tertunda karena banjir.
Sebaliknya, terbilang sebesar 32,2 persen yang mendukung Anies-Muhaimin. Kondisi yang sama terjadi pada para pemilih mula yang mengaku memilih PKS dan Nasdem. Padahal, jika ditelusuri dari seluruh pendukung Nasdem dan PKS, mereka lebih banyak menjatuhkan pilihan pada Anies-Muhaimin yang didukung partai tersebut.
Partai-partai pendukung pasangan Ganjar-Mahfud setali tiga uang. Pasangan Ganjar-Mahfud tampaknya tidak menjadi daya tarik bagi agenda politik kalangan pemilih mula. PDI-P misalnya. Seluruh pemilih mula yang menjatuhkan pilihan pada partai ini terbilang tidak loyal pada pilihan presiden yang diusung partai.
Hasil survei justru menunjukkan, tidak kurang dari separuh (54,7 persen) pemilih mula PDI-P menjatuhkan pilihan pada Prabowo-Gibran. Bahkan, partai pendukung lainnya, seperti PPP, Hanura, dan Perindo, justru mayoritas pemilih mulanya memilih Prabowo-Gibran.
Dampak pilihan politik pemilih muda di Pemilu 2024
Dengan gambaran perbedaan pilihan politik kaum pemilih mula di atas, tampaknya apa pun pilihan partai politiknya, mereka cenderung memilih Prabowo-Gibran dalam pemilu presiden. Bagi sebagian partai politik, tentu saja fakta split voting semacam ini menjadi pekerjaan rumah yang mengejutkan.
Bagi partai-partai pendukung Anies-Muhaimin, persoalan loyalitas dukungan pemilu mula yang tidak sejalan dengan para pemilih lainnya dapat saja merujuk pada sekadar kurang kuatnya kapasitas ketokohan dari pasangan calon presiden yang diusung.
Akan tetapi, bagi PDI-P, perilaku politik kalangan mula menjadi agak problematik. Selain daya tarik kapasitas ketokohan pasangan capres yang dirasakan kurang kompetitif bagi para pemilih mula, tampaknya pemilu kali ini menunjukkan daya tarik partai ini pun agak redup bagi para pemilih mula. (LITBANG KOMPAS)