Perkembangan pesat teknologi kecerdasan buatan, tanpa disadari, AI sudah hadir di tengah masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, apakah manusia masih dapat hidup tanpa AI?
Oleh
Yulius Brahmantya Priambada
·6 menit baca
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Pemanfaatan aplikasi berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), ChatGPT, di sebuah kantor di Jakarta (7/3/2023). ChatGPT adalah chatbot AI berupa model bahasa generatif yang menggunakan teknologi transformer untuk memprediksi probabilitas kalimat atau kata berikutnya dalam suatu percakapan ataupun perintah teks.
Sejak dicetuskan pertama kali oleh para ilmuwan komputer dunia pada 1956, istilah artificial intelligence makin dikenal masyarakat. Demikian pula dengan kemajuan teknologi AI yang makin berkembang pesat di era modern. Salah satu sarana yang dapat menjadi rujukan untuk mengamati perkembangan kecerdasan buatan (AI) ini ialah media massa. Media massa, seperti Kompas, mencatat berbagai peristiwa dan perkembangan sosial yang terjadi di masyarakat, tidak terkecuali dengan kecerdasan buatan (AI).
Istilah kecerdasan buatan muncul pertama kali di Kompas edisi 5 September 1982. Melalui artikel berjudul ”Komputer, Abdi Manusia yang Paling Cerdas” mengisahkan tentang perkembangan pesat teknologi komputer. Tiga tahun kemudian, tepatnya 14 Agustus 1985, istilah kecerdasan buatan mulai muncul dalam bagian judul Kompas, yaitu ”Kecerdasan Buatan Membantu Manusia”.
Sejak September 1982 hingga 29 Juni 2023, total terdapat 1.169 berita atau artikel seputar kecerdasan buatan yang dimuat Kompas. Sepanjang lebih dari empat dasawarsa tersebut, setidaknya ada dua hal yang dapat diamati, yaitu periodisasi perkembangan AI dan tema berita seputar AI.
Pada periode 1982-1990, ada 21 berita dan artikel seputar kecerdasan buatan. Kurun waktu berikutnya 1991-2000 ada 52 berita, periode 2001-2010 sebanyak 91 berita, kurun waktu 2011-2020 sebanyak 556 berita, dan periode 2021-29 Juni 2023 ada 450 berita.
Melihat jejak pemberitaan yang muncul, terlihat gambaran berkembangnya AI di tengah peradaban modern. Jika pada kurun waktu 1982-1990 baru muncul 21 berita atau artikel AI, jumlahnya meningkat pesat di era 2021-2023. Hanya dalam kurun waktu kurang dari tiga tahun sudah muncul 450 berita atau informasi seputar kecerdasan buatan. Peningkatan frekuensi berita ini sejalan dengan perkembangan teknologi AI dan semakin banyaknya produk-produk AI yang digunakan masyarakat akhir-akhir ini.
Laju perkembangan AI tersebut juga diiringi dengan beragamnya topik berita. Di awal-awal kemunculannya, topik berita seputar AI baru menyentuh aspek konsep kecerdasan buatan dan tokoh-tokoh dunia yang berkecimpung dengan AI. Kini, topik itu lebih banyak pula mengupas perkembangan AI, teknologi dan semikonduktor, lini masa AI, hingga dampak AI.
KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO
Pengujian atas kemampuan kecerdasan buatan diperlihatkan untuk ponsel pintar yang menggunakan sistem dalam cip (SOC) Kirin 970 pada pertengahan Oktober 2017. Dengan fitur kecerdasan buatan, ponsel pintar bisa mengelola informasi lebih baik untuk menghasilkan rekomendasi lebih relevan bagi pengguna yang dilakukan secara luring.
Secara khusus, dari aspek dampak, berkembangnya AI membawa dua sisi nuansa berita, yaitu dari sisi manfaat dan ancaman bagi kehidupan manusia, seperti hilangnya pekerjaan akibat tergantikan oleh robot canggih. Meski sarat dengan manfaat dan juga kekhawatiran, kini keberadaan kecerdasan buatan (AI) kian lekat dengan kehidupan manusia.
Ragam aktivitas kehidupan atau pekerjaan manusia banyak dipermudah dengan bantuan AI. Dalam aspek perjalanan, misalnya, AI memberikan navigasi untuk mempermudah mencari dan menentukan rute menuju sebuah destinasi baru.
Terbaru, perkembangan AI yang banyak menjadi perhatian masyarakat ialah ChatGPT. Sejak diluncurkannya ChatGPT versi publik oleh perusahaan rintisan OpenAI pada November 2022, dunia seakan dikagetkan terhadap kecanggihan teknologi AI. Bagaimana tidak, program AI tersebut mampu menjalin interaksi layaknya seorang manusia.
Dengan begitu cepat, kabar kecanggihan ChatGPT tersiar ke penjuru dunia. Antusiasme pun kemudian beralih menjadi kekhawatiran. Sebagian pihak mulai mengutarakan kecemasannya bilamana perkembangan AI yang sedemikian gencar ini dapat mengancam kehidupan manusia di masa depan.
Namun, sebelum kehadiran ChatGPT, sejatinya AI sudah hidup di tengah-tengah kita sejak puluhan tahun yang lalu. Sekarang, hampir semua sektor strategis kehidupan manusia telah ditopang oleh AI. Saking melekatnya, sering kali manusia tidak sadar memanfaatkan AI di dalam kehidupan sehari-hari. Kira-kira seperti apa jadinya kehidupan apabila AI belum ditemukan hingga saat ini?
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Pengajar senior Departemen Sosiologi Fakultas Ilmi Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Meuthia Ganie-Rochman, dan cendekiawan Yudi Latif (kanan) menjadi narasumber dalam webinar bertajuk "Kemajuan Teknologi, Humanisasi, atau Dehumanisasi?" di Kantor Redaksi Harian Kompas, Jakarta, Selasa (27/6/2023).
Mempercepat
Salah satu konsekuensi terdekat bila tak ada AI ialah kehidupan manusia di masa pandemi Covid-19. Tanpa bantuan AI, pandemi Covid-19 mungkin masih akan bertahan untuk waktu yang lebih lama. Ini karena proses penemuan vaksin, salah satu kunci utama pengakhiran pandemi, sangat dibantu oleh AI. Hanya butuh waktu sekitar setahun sampai vaksin Covid-19 ditemukan. Padahal, secara rata-rata, penemuan vaksin membutuhkan waktu sampai 15 tahun.
Hampir semua vaksin pertama Covid-19, seperti Astra Zeneca, Moderna, hingga Pfizer menggunakan AI dalam proses pembuatannya. Berdasar penelitian dari Sharma dkk. dalam jurnal Biomed Research International (2022), AI terbukti dapat membantu mendeteksi penanda biologis (biomarkers) 30 persen lebih cepat daripada ahli patologi. Selain itu, pengaplikasian AI di Moderna meningkatkan kemampuan membuat mRNA, bahan utama vaksin, yakni dari 30 mRNA per bulan menjadi 1.000 mRNA per bulan.
Pengaplikasian AI di bidang kesehatan juga sudah dirasakan oleh penderita kanker dan penyakit organ dalam lainnya. Melansir dari Forbes, sebuah perangkat AI bernama VoxelMorph dapat melakukan pemindaian dan analisis gambar biopsi dan MRI 1.000 kali lebih cepat daripada manusia. Kemampuan AI yang semakin akurat dan dapat dipercaya membuat Badan Keamanan Pangan dan Obat-obatan Amerika Serikat (FDA) telah memberikan izin bagi 178 perangkat AI untuk digunakan dalam penanganan kesehatan.
Kemudian, tanpa adanya AI, jutaan orang mungkin akan kesulitan mengunjungi sebuah destinasi yang belum pernah dikunjunginya. Aplikasi peta dan navigasi digital, seperti Google Maps, Apple Maps, atau Waze, memanfaatkan AI untuk membantu pengguna menemukan rute terbaik menuju suatu destinasi. Google mengatakan bahwa terdapat 1 miliar kilometer yang dikendarai menggunakan Google Maps di seluruh dunia setiap harinya. Akurasi perkiraan waktu tiba (ETA) pun dikatakan secara konsisten mencapai 97 persen.
KOMPAS/LUKI AULIA
Robot-robot yang dioperasikan dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) ini dipertunjukkan di stan AI di China International Import Expo, Minggu (6/11/2022), di Shanghai.
Memahami
Setelah itu, manusia mungkin akan membutuhkan waktu yang jauh lebih lama untuk mendapatkan informasi yang diinginkannya. Adalah AI yang membantu proses pencarian keinginan manusia menjadi hanya beberapa detik saja. Tak hanya cepat, AI juga seakan lebih memahami keinginan penggunanya. Semua itu dapat dinikmati berkat teknologi recommendationsystem yang mampu mempelajari preferensi pengguna dan kemudian mencocokkannya dengan jutaan data informasi yang tersedia. Teknologi ini sangat melekat dalam search engine website, seperti Google atau Bing.
Selain search engine, lokapasar digital juga sangat bergantung pada teknologi AI. Di Tokopedia, contohnya, terdapat 158,3 juta pengunjung bulanan per akhir 2022 dan 1,8 miliar produk yang terdaftar. Dengan Recommendation System yang dimilikinya, Tokopedia dapat mempelajari jutaan data tersebut, lalu membuat rekomendasi produk yang paling sesuai dengan karakteristik si pengguna.
Di media sosial, penggunaan AI tak bisa dilepaskan dari personalisasi konten. Prinsipnya sama dengan recommendation system, yakni menyortir konten-konten yang ditampilkan agar sesuai dengan kesukaan dan preferensi pengguna. Mark Zuckerberg mengatakan bahwa 20 persen konten yang tampil di halaman muka seorang pengguna Instagram dan Facebook merupakan rekomendasi dari AI. Selain itu, penggunaan teknologi text-to-speech yang kerap digunakan sebagai narator di berbagai video tak lain dan tak bukan merupakan teknologi AI.
AFP PHOTO / ISAAC LAWRENCE
Kepala ilmuwan Hanson Robotics Ben Goertzel (kiri) dan pendiri Hanson Robotics, David Hanson (kanan) mendemonstrasikan 'Sophia the Robot' (tengah) selama diskusi tentang kecerdasan ganda Sophia dan kecerdasan buatan (AI) di RISE Konferensi Teknologi di Hong Kong pada 10 Juli 2018.
Di samping menampilkan konten, AI selama ini tanpa disadari turut menjadi ”polisi” untuk menjadikan media sosial lebih aman bagi penggunanya. Sebagai contoh, Tiktok pada tahun 2022 menghapus 182,9 juta konten menggunakan AI. Jumlah tersebut adalah 44,3 persen dari total konten yang dihapus di tahun tersebut.
Di Youtube, penggunaan AI mengambil peran yang lebih signifikan. Pada 2022, AI berkontribusi pada 18,3 juta atau 93,6 persen dari 19,6 juta video yang dihapus. Sebagian besar konten tersebut dihapus karena melanggar ketentuan, seperti mengancam keamanan anak bawah umur, berisi kekerasan dan adegan sadis, serta mengandung unsur pornografi.
Keistimewaan AI yang terletak pada proses machine atau deep learning membuatnya dapat belajar secara eksponensial dan terus-menerus. Berkat itu, AI dapat memberikan manfaat yang begitu besar bagi umat manusia.
Dalam titik ini, sulit membayangkan peradaban manusia modern tanpa AI. Karena tanpa disadari, AI telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari manusia. Yang terpenting ialah keberadaan AI harus terus bermanfaat bagi nilai-nilai kemanusiaan. Meski ada beberapa perubahan yang terjadi secara masif, berbagai contoh yang ada dapat menjadi bukti bahwa manusia dapat hidup berdampingan dengan AI, baik dulu, kini, dan di masa mendatang. (LITBANG KOMPAS)