Mudik Lebaran 2023, Di Balik Apresiasi Manajemen Perjalanan
Manajemen mudik Lebaran 2023 mendapat apresiasi publik. Namun, di balik apresiasi ini, beberapa hal masih menjadi catatan, seperti antisipasi kemacetan, keselamatan perjalanan, hingga kontrol harga tiket perjalanan.
Mudik Lebaran 2023 menjadi momentum istimewa. Langkah pemerintah mencabut pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM pada akhir tahun 2022 seakan menjadi tanda bagi masyarakat untuk kembali hidup normal setelah hampir tiga tahun terkekang pandemi Covid-19. Tidak heran jika pemerintah memprediksi lebih dari 123 juta warga di Indonesia akan melakukan perjalanan di musim Lebaran 2023.
Tingginya animo masyarakat untuk mudik pada Lebaran 2023 ini diantisipasi pemerintah dengan mengeluarkan sejumlah kebijakan. Mulai dari menetapkan cuti bersama lebih awal, memutuskan berbagai kebijakan angkutan dan lalu lintas yang memudahkan pemudik, hingga memperpanjang kebijakan arus balik.
Selain mobilitas mudik yang kembali normal, perayaan Lebaran tahun ini juga diwarnai perbedaan penentuan waktu hari pertama perayaan Idul Fitri. Namun, tidak ditemukan masalah berarti terkait hal itu. Hal tersebut tergambar dalam jajak pendapat Litbang Kompas yang dilakukan 9-11 Mei 2023.
Mayoritas responden (83,8 persen) mengaku sama sekali tidak terganggu dengan adanya perbedaan waktu hari pertama perayaan Idul Fitri tahun ini. Hanya 8,9 persen responden yang menyatakan terganggu dengan perbedaan ini. Sementara 6,7 persen yang lain merasa agak terganggu. Secara umum, perbedaan itu tak jadi hal yang problematis di masyarakat.
Hal berikutnya yang menjadi perhatian publik saat Lebaran ialah tradisi mudik. Di tengah membaiknya pandemi Covid-19, tak ada lagi hambatan bagi para perantau untuk pulang kampung. Hasil jajak pendapat, jika mencermati pengakuan mereka yang melakukan mudik, 45,6 persen responden pulang ke kampung halamannya dalam rentang waktu tiga sampai lima hari. Sementara 22,3 persen responden meluangkan waktu lima hingga tujuh hari untuk mudik.
Menariknya, ada sekitar 32,1 persen responden yang mudik memberikan porsi cukup panjang untuk bersilaturahmi di kampung halaman, yakni lebih dari tujuh hari. Dari pengakuan responden ini muncul indikasi bahwa Lebaran kali ini publik meluangkan waktu yang cukup untuk bersilaturahmi sekaligus berlibur di kampung halaman. Ini juga menegaskan bahwa pencabutan pembatasan mobilitas masyarakat disambut antusias oleh masyarakat.
Jika melihat durasi mudik di atas, dapat dimaknai pula bahwa langkah pemerintah menambah hari cuti bersama berpihak kepada masyarakat. Jika cuti Lebaran tak ditambah, kemungkinan orang untuk mudik hanya sekitar empat hari, yakni berangkat pada Jumat dan kembali pada Senin.
Adanya kebijakan cuti bersama Lebaran yang lebih panjang membuat masyarakat punya keleluasaan untuk menambah waktu bersilaturahmi di kampung halaman. Keleluasaan pilihan ini terbukti dengan adanya distribusi merata dalam durasi mudik dan balik sehingga tidak menumpuk hanya dalam satu durasi waktu.
Apresiasi
Adanya pilihan dalam menentukan waktu itu terkait dengan dinamika arus mudik dan arus balik. Dampaknya, meski tetap ada kemacetan, secara umum mudik kali ini dijalani masyarakat dengan relatif lancar. Kebijakan satu arah (one way), ganjil genap, hingga diskon tarif jalan tol merupakan usaha pemerintah untuk berpihak kepada pemudik.
Apalagi jika melihat hasil jajak pendapat ini kendaraan pribadi masih menjadi pilihan utama responden melakukan perjalanan mudik. Tak kurang dari 43,9 persen responden mengaku mudik menggunakan mobil pribadi, sementara 29,8 persen lainnya menggunakan sepeda motor. Dengan demikian, ada 73,7 persen responden mudik dengan kendaraan pribadi.
Baca juga: Pola Pemudik Kereta Api dan Pemerataan Penumpang Masa Lebaran 2023
Sementara itu, untuk moda transportasi umum, bus atau travel masih menjadi pilihan paling banyak, yakni 13,3 persen. Kemudian, disusul pesawat terbang (6,5 persen), kereta api (5,1 persen), dan kapal laut (1,5 persen). Kecenderungan dominannya penggunaan kendaraan pribadi menjadi gambaran bahwa moda transportasi itu masih dipandang paling nyaman untuk mudik.
Selain pilihan moda transportasi, kenyamanan pemudik juga ditentukan oleh persiapan pemerintah. Secara umum, derajat kepuasan cenderung lebih tinggi meski ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian. Dari sisi infrastuktur jalan, 78,6 persen responden mengaku puas. Sementara untuk ketersediaan transportasi yang nyaman, ada 85,5 persen responden yang puas.
Untuk persiapan yang sifatnya lebih antisipatif, yakni rekayasa lalu lintas guna mengurai kemacetan, sekitar 53,2 persen responden mengaku puas dan 44,3 persen mengaku tidak puas. Adapun tingkat kepuasan responden terkait tiket dengan harga terjangkau mencapai 58,0 persen. Sebanyak 34,1 persen responden menyatakan tak puas dengan hal itu.
Data itu menunjukkan, meski rekayasa lalu lintas dan jumlah tiket transportasi umum yang memadai sudah mendapat apresiasi, kedua hal ini masih berpotensi menyimpan masalah. Kemacetan memang menjadi hal yang menantang untuk diatasi. Misalnya, saat antrean terjadi di area istirahat di Jalan Tol Palimanan-Kanci, Cirebon. Pada 18 April 2023, polisi dan pengelola tol menerapkan sistem buka tutup Rest Area 207A untuk mengurai kepadatan kendaraan.
Kepadatan lalu lintas juga terjadi pada 20 April 2023 di Jalan Tol Cipali, Purwakarta, Jawa Barat. Padatnya kendaraan membuat pemudik terpaksa beristirahat di bahu jalan Km 72 Jalan Tol Cipali.
Sementara untuk harga tiket, tentu pemerintah perlu lebih tegas lagi untuk tidak memberikan celah bagi penyedia transportasi umum memanfaatkan kesempatan untuk melipatgandakan harga jual selama Lebaran.
Meski memiliki beberapa catatan, secara umum publik mengapresiasi persiapan pemerintah menyambut mudik Lebaran tahun ini. Apabila keempat indikator di atas direrata, kepuasan publik terhadap persiapan mudik mencapai 68,8 persen. Sementara derajat ketidakpuasannya sekitar 27,5 persen. Tingkat kepuasan publik pada manajemen mudik tahun ini meningkat dibandingkan dengan penyelenggaraan mudik 2022 yang besarnya 65,5 persen.
Perbandingan
Hal senada dalam tataran persepsi juga ditunjukkan publik saat membandingkan mudik Lebaran tahun ini dengan tahun lalu. Sisi yang dinilai paling baik jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, menurut publik terkait dengan kenyamanan mudik dengan transportasi umum. Terdapat 80,5 persen yang menilai mudik dengan transportasi umum tahun ini lebih baik ketimbang tahun sebelumnya.
Berikutnya, kemacetan menjadi sisi yang dinilai lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tak kurang dari 79,8 persen responden menilai antisipasi kemacetan sudah lebih baik. Artinya, meskipun pada bagian kepuasan soal kemacetan masih terdapat catatan, publik menilai apa yang dirasakan sudah lebih baik ketimbang tahun lalu.
Hal yang sama tampak dari sisi kenyamanan mudik menggunakan kendaraan pribadi dengan penilaian lebih baik sebanyak 79,5 persen. Adapun kebijakan cuti bersama dinilai lebih baik daripada tahun sebelumnya oleh 74,9 persen responden.
Hal yang menjadi catatan dari publik lebih pada sisi keselamatan mudik. Meski tingkat penilaian lebih baiknya 74,9 persen, sebanyak 21 persen responden menilai bahwa keselamatan mudik tahun ini sama buruknya atau lebih buruk dibandingkan dengan tahun lalu. Penilaian itu tak lepas dari adanya kecelakaan besar di awal pelaksanaan mudik. Salah satunya adalah kecelakaan di Jalan Tol Semarang-Solo Km 487 pada 14 April 2023 yang merenggut delapan korban jiwa.
Memang, data kecelakaan lalu lintas pada Lebaran 2023 menunjukkan tren penurunan. Merujuk data dari PT Jasa Marga, tahun ini jumlah korban kecelakaan secara keseluruhan mencapai 5.337 jiwa dengan korban meninggal 612 jiwa. Namun, dengan penghitungan masa pengamanan Lebaran 2023 selama 10 hari, setidaknya masih ada 61 orang meninggal setiap hari di masa perjalanan arus mudik dan balik Lebaran 2023.
Baca juga: Tingginya Pergerakan Mudik Lebaran 2023 dan Mitigasi Kerawanan Kecelakaan
Akan tetapi, kembali lagi pada penilaian secara umum, seluruh rangkaian Lebaran tahun ini tampak berjalan relatif tanpa hambatan serius. Di balik apresiasi ini, ada upaya pemerintah untuk terus meningkatkan layanan mudik, seperti infrastruktur jalan dan manajemen transportasi umum.
Namun, sejumlah catatan masih muncul yang terkait antisipasi kemacetan, keselamatan perjalanan, dan kontrol harga tiket perjalanan. Hal ini layak untuk diperbaiki di tahun berikutnya.(LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Separuh Penduduk Indonesia akan Mudik Lebaran 2023