Catatan Lebaran 2023, Momentum Kemenangan Industri Pariwisata Nasional
Kemenparekraf memperkirakan nilai ekonomi sektor pariwisata selama libur Lebaran dapat mencapai Rp 240,1 triliun. Estimasi ini jauh melampaui realisasi PAD seluruh Indonesia tahun 2022 yang sebesar Rp 187,55 triliun.
Lebaran tahun ini menguatkan harapan pulihnya kehidupan pascapandemi. Masifnya mobilitas masyarakat dapat memberi dampak signifikan bagi perputaran ekonomi pariwisata nasional.
Peningkatan mobilitas masyarakat ini tecermin dari data pergerakan kendaraan pada musim Lebaran 2023. Data Kementerian Perhubungan memperlihatkan jumlah pergerakan kendaraan pada arus mudik dan balik tahun mencapai 3,9 juta unit. Jumlah ini meningkat 6,1 persen dibandingkan Lebaran 2022.
Mobilitas kendaraan pemudik ini juga tergambar dari konsumsi bahan bakar minyak. Laporan Akhir Posko Nasional Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral saat periode Lebaran, 10 April-2 Mei 2023, mencatat konsumsi BBM jenis pertamax naik 28,63 persen dibandingkan situasi normal. Demikian pula dengan konsumsi pertalite yang juga naik 23,28 persen.
Jumlah pergerakan yang sedemikian besar juga dapat membawa efek berantai positif terhadap perputaran ekonomi, terutama dari sektor pariwisata. Sebab, para pemudik kerap memanfaatkan waktu Lebaran untuk berwisata selain bersilaturahmi dengan sanak famili. Hal ini seakan difasilitasi dengan panjang waktu cuti bersama yang terbilang cukup lama, yakni tujuh hari. Ditambah lagi, relaksasi kebijakan pembatasan perjalanan ditengarai turut menjadi faktor melonjaknya tingkat pergerakan masyarakat.
Dampak mobilitas masyarakat dalam bermudik ini terekam dari survei Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Survei dilakukan terhadap 1.045 orang yang memanfaatkan cuti bersama 19-25 April 2023 untuk mudik dan liburan. Hasil survei memperlihatkan, pengeluaran wisatawan Nusantara selama momen libur Lebaran mencapai Rp 2,7 juta per orang. Nilai pengeluaran ini melebihi prediksi Kemenparekraf yaitu sebesar Rp 1,9 juta per orang. Total pengeluaran tersebut sudah termasuk ongkos transportasi, akomodasi, dan makan, dengan porsi terbesar pengeluaran untuk ongkos transportasi.
Jumlah potensi wisatawan domestik yang begitu masif memberi harapan besar dalam aspek ekonomi. Berdasarkan kalkulasi yang dilakukan oleh Kemenparekraf, jumlah perputaran ekonomi di sektor pariwisata selama libur Lebaran dapat mencapai Rp 240,1 triliun. Nilai ini merupakan 34 persen dari total kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB pada tahun lalu. Sebagai pembanding, jumlah tersebut telah jauh melampaui realisasi pendapatan asli daerah (PAD) seluruh Indonesia tahun 2022, yakni Rp 187,55 triliun.
Baca juga: Catatan Lebaran 2023, Keberhasilan Pemerintah Menekan Angka Kecelakaan Lalu Lintas
Langkah strategis
Potensi perputaran ekonomi sebesar itu tentu memberikan gairah baru bagi industri pariwisata nasional. Namun, perlu diingat angka tersebut masih merupakan proyeksi. Untuk dapat mewujud nyatakannya, para pelaku wisata serta pemerintah dirasa perlu mengambil sejumlah langkah-langkah strategis dan tepat.
Salah satu upaya yang penting untuk dilakukan adalah memanfaatkan platform digital. Aspek ini seakan tidak dapat ditawar lagi bagi para pengusaha yang berkecimpung di dunia wisata. Sebab, 51,3 persen responden survei Kemenparekraf menggunakan agen perjalanan daring (online travel agent/OTA) untuk memesan kebutuhan wisata.
Temuan ini selaras dengan hasil survei yang dilakukan oleh Populix pada akhir tahun lalu. Survei yang melibatkan 1.010 responden tersebut menyatakan sekitar 40 persen responden menggunakan OTA untuk memesan tiket transportasi dan akomodasi.
Melansir dari hasil survei yang sama, Traveloka merupakan aplikasi perjalanan daring yang paling diminati wisatawan. Beberapa pilihan favorit lainnya adalah Tiket.com, Agoda, dan Booking.com. Kemudahan menjadi alasan utama para wisatawan menggunakan berbagai aplikasi perjalanan daring tersebut. Selain itu, proses yang sederhana dan cepat turut menjadi faktor signifikan.
Sebagian besar responden juga memilih menggunakan OTA karena harga yang ditawarkan relatif lebih murah dan banyak diskon menarik. Traveloka, misalnya, mengadakan program promosi tiket transportasi, akomodasi, dan aktivitas wisata dengan diskon hingga Rp 1,5 juta. Selain itu, Tiket.com juga tidak kalah menawarkan potongan harga besar, dengan besaran hingga mencapai 50 persen.
Langkah strategis berikutnya adalah memanfaatkan potensi sosial media sebagai sarana promosi. Tak kurang dari 69 persen responden survei Populix mendapatkan rekomendasi destinasi wisata dari sosial media. Temuan ini seakan menjadi penegas bahwa sebagian besar wisatawan menjadikan media sosial sebagai landasan perencanaan wisata mereka.
Baca: Lebaran Turut Mendorong Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Dari jumlah itu, Instagram merupakan sumber informasi yang paling populer. Sebanyak 87 persen responden yang menggunakan media sosial sebagai rujukan destinasi menggunakan aplikasi tersebut. Disusul dengan Youtube sebesar 69 persen dan kemudian Tiktok sejumlah 56 persen.
Selain destinasi wisata, unit usaha akomodasi kerap mendulang manfaat dari media sosial. Para calon wisatawan dapat dengan mudah menemukan rekomendasi penginapan dengan harga terjangkau di berbagai platform media sosial. Di samping itu, banyak pemengaruh atau influencer yang kerap memberikan ulasan atas sejumlah objek dan penunjang wisata di akun medsos mereka. Pola konsumsi informasi seperti demikian semakin menguatkan peran media sosial dalam mempopulerkan tempat wisata.
Mutu pelayanan
Lebih lanjut, pelaku wisata tentu harus melakukan pengembangan dan perbaikan mutu pelayanan. Pasalnya, keamanan dan keamanan adalah hal paling utama yang dicari oleh para wisatawan dalam berpelesir. Survei Katadata Insight Center pada akhir 2022 menangkap setidaknya 90,4 persen responden menganggap kenyamanan adalah hal yang paling penting dalam memilih akomodasi. Selanjutnya, tak kurang dari 87,3 persen responden merasa kenyamanan turut menjadi faktor penting.
Selain itu, para wisatawan juga akan lebih memilih mengunjungi destinasi wisata yang relatif mudah diakses. Setidaknya sebanyak 70,7 persen responden survei mengutamakan aspek ini ketika mengunjungi destinasi wisata.
Data ini seakan memperkuat alasan bagi para pengelola destinasi wisata untuk semakin meningkatkan mutu pelayanan dan sarana penunjang. Di samping itu, manajemen operasional juga perlu untuk dievaluasi dan dipersiapkan sebaik mungkin. Wisatawan biasa datang ke suatu destinasi dengan ekspektasi tinggi untuk dapat bersantai dengan nyaman dan aman. Jika tempat wisata yang dikunjungi tidak mampu memberikan pelayanan dan pengalaman yang memuaskan, bisa jadi para wisatawan akan merasa kecewa dan memutuskan tidak lagi mendatanginya di kesempatan berikutnya.
Baca juga: Menonton Film Indonesia Menjadi Hiburan di Momen Lebaran
Kemudian, langkah utama yang harus dilakukan adalah melibatkan pelaku ekonomi penyokong sektor pariwisata, dalam hal ini adalah UMKM dan sektor ekonomi kreatif lainnya. Kemenparekraf menemukan bahwa jumlah pengeluaran wisata nusantara per perjalanan meningkat dari tahun ke tahun.
Pada 2019, rata-rata wisatawan nusantara mengeluarkan uang sejumlah Rp 1,06 juta. Kemudian meningkat sebanyak 113 persen, menjadi Rp 2,26 juta pada 2020. Selanjutnya, pada 2021 kembali naik menjadi Rp 2,49 juta. Tahun 2023, hasil survei Kemenparekraf menemukan pengeluaran wisatawan selama berlibur mencapai Rp 2,7 juta.
Uang tersebut dibelanjakan untuk aneka keperluan. Data BPS 2021 menunjukkan sebanyak 35,56 persen total pengeluaran wisatawan nusantara dihabiskan untuk keperluan penunjang wisata. Beberapa di antaranya seperti paket wisata, jasa hiburan/rekreasi, belanja, pemandu wisata, dan lain sebagainya. Alokasi berikutnya tak kurang dari 5,4 persen total pengeluaran dikhususkan untuk membeli buah tangan dari destinasi yang dikunjungi.
Temuan ini mengindikasikan bahwa selain transportasi, akomodasi, dan konsumsi, para pelancong tak ragu membelanjakan uangnya untuk cinderamata dan jasa pariwisata. Apalagi, para wisatawan cenderung membeli oleh-oleh dan mendapatkan pengalaman yang otentik dari daerah yang dikunjungi. Ini merupakan kesempatan emas bagi para UMKM yang bergerak di bidang kerajinan, kesenian, dan semacamnya.
Momen libur hari raya Idul Fitri 2023 kali ini dapat menjadi wujud kemenangan bagi industri pariwisata setelah terpuruk tiga tahun akibat pandemi. Pemerintah, pengelola objek wisata, serta UMKM penunjang industri ini didorong untuk bersinergi dalam mengoptimalkan potensi luar biasa ini. Dengan demikian, diharapkan rezeki Idul Fitri dapat dirasakan oleh seluruh 21,6 juta jiwa pekerja di industri pariwisata dengan merata. (LITBANG KOMPAS)